[Review] Surat dari Praha

Menyaksikan acara Mata Najwa beberapa waktu yang lalu membuat saya geram. Ya, geram karena ada lho manusia keji yang bahkan rela meniadakan kewarganegaraan seseorang, hanya karena orang itu menolak dia. Kisah eksil tertolak karena stigma sosialis, komunis hingga kata sakti–PKI–itu bahkan masih ada SAMPAI SEKARANG. Po ora edan kuwi.

sumber: detik.com

Maka, ketika ternyata acara Mata Najwa itu mengarah pada iklan film terbaru Angga Dwimas Sasongko yang berjudul ‘Surat Dari Praha’, segera film itu masuk daftar untuk ditonton. Tentu saja tidak sendirian. Sedih amat, kak, nonton sendirian. Yha, seperti saya pas nonton The Avengers, sudah jomlo sendirian pula.

Ngomong-ngomong, sebelum tayang, film ini sudah sempat mendapatkan masalah, karena judulnya yang sama persis dengan sebuah buku yang ditulis oleh Yusri Fajar. Bagi saya, tiga kata itu memang begitu komersial untuk dijadikan judul. Jadi wajar kalau dua karya menggunakan judul yang sama. Saya tidak bisa memberi justifikasi karena saya cuma tukang fotokopi belaka belum baca bukunya. Tapi menurut saya, Mas Yusri Fajar bisa lho mendapatkan keuntungan dari penjualan dengan memakai booming film Surat dari Praha ini. IMHO.

Selengkapnya, baca disini yah!

Belajar Korupsi di Perpustakaan KPK

Belajar Korupsi

Perpustakaan. Beuh. Waktu SD, saya pernah mengalami masa doyan ke perpustakaan karena tempatnya luas dan menawan. Bukan mau baca, cuma mau guling-guling menunggu Mamak pulang kerja. Kala SMP, agak malas karena perpustakaannya ada di pojokan nan sepi. Hiii. Namun saya mulai suka pinjam buku, termasuk buku tentang musibah Tampomas dan heroik itu. Saat SMA? Ini dia. Saya rajin ke perpustakaan. Meminjam dan membaca buku memang iya, namun tujuan yang lebih utama adalah berebut membaca Bola dan Hai terbaru, karena kalau sudah delay 1-2 hari, maka wajah mbak-mbak kece di Majalah Hai sudah tinggal kenangan. Bolong, kak. Tujuan lainnya ya tidak lebih tidak kurang adalah karena nggak punya duit buat jajan di kantin.

photogrid_1453820853167.jpgKetika masuk ke perguruan tinggi, perpustakaan buat saya adalah peraduan kedua. Tenang, masih bukan urusan belajar. Perpustakaan adalah tempat saya kabur dari rumah tempat numpang untuk waktu yang cukup lama–cerita suram masa lalu saya yang bisa dibaca di buku OOM ALFA yang lagi diskon gede-gedean. Selain itu, perpustakaan juga jadi tempat mengetik, karena saya belum punya komputer sendiri. Dan terakhir, perpustakaan adalah tempat melihat gebetan dari jauh, karena dari jendela perpustakaan tampak lorong cinta nan keji itu. Tsah.

Meskipun kini saya juga punya kartu Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) yang letaknya nggak jauh-jauh amat dari kos, tapi perpustakaan tidaklah menjadi bagian integral dalam diri saya, seperti halnya barisan para mantan. Lah. Maka, ketika dalam proses mencari bahan untuk sebuah project, bisa terpikir untuk mencari bahan ke perpustakaan malah bikin saya bingung sendiri. Kok iso kepikiran. Mungkin belum move on.

Selengkapnya baca disini!

5 Tips Agar Asyik Mengunjungi Museum De Arca dan De Mata Yogyakarta

Sesudah berhasil bergratisan ria di depan museum Trick Eye, Singapura, saya mencoba menemukan tempat agar saya bisa berfoto di tempat yang trick eye beneran dengan harga yang sesuai dengan kantong kering calon manten. Nah, sambil membajak mahasiswa-jomlo-nan-kerap-terjebak-friendzone yang belum masuk kuliah, saya akhirnya bisa berkunjung ke Museum De Mata, Yogyakarta. Sehingga, setidaknya saya bisa berpose macam begini:

photogrid_1452615781186.jpgSebagai bonus, saya juga berkunjung ke museum ala-ala Madame Tussaud yang bernama De Arca. Lokasinya satu kompleks dengan De Mata, di dalam kompleks XT Square, Yogyakarta. Jadi saya bisa lihat bagaimana Dalai Lama melirik Bunda Teresa dan Mahatma Gandhi.

photogrid_1452673370232.jpgDengan tempat yang menurut saya bahkan lebih lebar daripada Trick Eye Singapura, kedua museum unik di Yogyakarta ini adalah tempat yang menarik untuk dikunjungi. Namun, akan lebih afdol kiranya jika sebelum berkunjung, kita memperhatikan gambar ini:

wp-1452722246427.jpegEh, maksud saya memperhatikan beberapa tips dari OOM ALFA berikut. Bukan apa-apa, ini hasil evaluasi saya sesudah kembali dari foto-foto-gila di De Arca dan De Mata. Semoga membantu, yha!

1. Datang Pada Hari dan Jam Kerja
Mengacu pada website kedua museum ini, harga tiketnya adalah 75 ribu untuk paket dua museum. Kalau satu museum, di De Arca 50 ribu, De Mata 40 ribu. Well, sebuah opsi menarik, kan, jika kita datang di jam kerja–atau sering disebut Happy Hour. Kemaren ketika saya ke De Mata, tiket masuknya 60 ribu BERDUA, dan ke De Arca 70 ribu BERDUA juga. Sebuah bilangan harga yang menarik untuk kesempatan berfoto di titik-titik yang cukup cantik dan menarik untuk di-socmed-kan.

wp-1452722229105.jpegKapan lagi dengan harga 35 ribu bisa berfoto sama patungnya Pak Presiden yang anaknya jualan martabak itu?

Selengkapnya!

Acer Liquid Z320: Sama-Sama Tenang, Sama-Sama Senang

Suatu kali, pada suatu grup WhatsApp tetiba muncul percakapan begini:

WhatsApp EditHayo, mengingat jumlah grup WhatsApp di gawai masing-masing pasti telah melebihi jumlah mantan kekasih, hampir pasti kejadian kayak di grup FPL Ngetan-Ngulon itu tadi pernah dialami oleh banyak pengguna ponsel pintar.

Itu tadi baru kepencet teks. Bagaimana dengan yang semacam ini:

LINE lengkapMengandalkan falsafah ‘masih untung’, maka masih untung yang diunggah adalah foto nggak jelas. Bagaimana jika yang terunggah oleh si Tintus–anaknya Veren–tadi adalah file nan sangat personal, tapi terunggah ke grup kantor, misalnya. Yang ada bos besarnya, pula. Berabe kan?

Perkara anak memegang gawai bukanlah hal langka di era kekinian. Meski di Facebook berseliweran ajakan untuk mengembalikan anak-anak ke main pasir, yang terjadi kemudian adalah si anak main pasir sambil bawa gadget bapaknya. Lebih serem, mungkin pikir bapaknya.

Selengkapnya klik DISINI

Custom Tshirt dan Hadiah LDR Lainnya

Sesungguhnya, saya masih heran dengan manusia-manusia yang menjalani Lelah Dikibulin Relationship alias LDR. Bagaimana mungkin menjalin kisah kasih di selokan dengan seseorang yang nggak mesti ada di sisi? Tapi, ya gitu. Ada saja yang memilih jalan itu, dan ada banyak sekali yang sukses. Tentu saja karena visi hubungan LDR itu rapi dan mantap seperti para pengusaha kaos custom. Contoh suksesnya, ya setidaknya saya setahun LDR London-Jakarta, dan baek-baek saja, seperti kata Kak Pinkan Mambo.

Nah, namanya LDR itu harus ada esensi kejutannya. Tentu saja kejutan yang dimaksud bukan saja tiba-tiba kirim design kaos undangan pernikahan yang isinya antara dia dan orang lain. Namun kejutan berupa hadiah-hadiah sederhana nan kece merona yang dapat membuat pasangan seolah-olah ada di sisi dan bisa dikecup.

Muach!

Terus apa dong yang bisa dijadikan hadiah LDR? Ini ada beberapa yang bisa saya sarankan. Oh, iya, mungkin saya bisa minta tolong dipahami bahwa LDR dalam tulisan ini tidak termasuk LDR Beda Rumah Ibadah, yha! Seriusan.

Bunga Bank
Ini khusus untuk diberikan kepada cewek. Tentu saja, kalau cowok mah lebih doyan diberikan kado berupa gadis bernama Bunga. *kemudian ditabok mbak pacar*.

bunga

Memberikan bunga itu sepintas sulit, apalagi bagi yang LDR-nya luar ngeri negeri. Namun enaknya dunia masa kini adalah banyak hal yang bisa di-online-kan, selain titip teman. Maka, dengan lancar dan bahagia saya pernah berhasil mengirimkan bunga kepada pacar di London, dan alhamdulilah dianya klepek-klepek. Uhuk!

Postcard
Yah, lagi-lagi ini khusus LDR luar negeri, soalnya kalau di Indonesia agak kurang biasa. Wong saya nyari kartu pos itu setengah mati, malah lebih mudah nyari Print Tshirt, lho. Padahal jelas-jelas saya nyari di kantor pos. Pos satpam.

images

Kado ini menarik apalagi ketika yang LDR-nya lagi di Eropa. Lagi di Hungaria tinggal mampir ke kantor pos, tinggal kirim deh ke Indonesia. Lagi di Roma, juga tinggal melakukan hal yang sama. Postcard itu boleh dibilang hadiah yang menarik untuk menandakan sedang LDR. Soalnya kalau nggak LDR, ngapain juga kirim-kiriman kartu pos?

Video
Merekam kegiatan sehari-hari dengan model tertentu lantas diunggah ke YouTube atau dikirimkan personal ke kekasih yang lagi jauh di mato juga adalah ide menarik. Lagipula di era kekinian, ngedit video itu semudah kita mencari Online Tshirt Creator.

images (1)

Semisal potongan-potongan 1 detik tapi di tempat-tempat yang berbeda, kirimkan testimoni atau ungkapan rindu kepada kekasih via video itu dan niscaya bakal bikin mbrebes mili yang air matanya dapat dihapus dengan kaos custom si kekasih.

Custom Tshirt
Nah, selain beli kembang online, kita juga bisa melakukan design Tshirt online. Dan lebih dari sekadar design your own Tshirt, kita juga bisa melakukan print kaos sekalian. So, desain dan print, lalu bayar dan kemudian pakai, deh. Semuanya itu bisa kita lakukan via utees.me

Di utees.me ini kita dapat memilih desain-desain kece seperti yang bisa kita simak disini. Namun kalau pengen desain Tshirt sendiri, itu juga bisa. Bahkan kalau desain kita laku dibeli orang, kita malah dapat reward sebesar 1,11 Dollar. Nah loh, lumayan bisa ngaku ke calon mertua kalau kita dibayar pakai Dollar, kayak ekspatriat.

Jadi, ketika melakukan desain Tshirt online via utees.me untuk kaos custom yang hendak kita hadiahkan kepada kekasih hati nun jauh disana, kita bisa pilih model. Kalau mau yang model biasa, reguler. Kalau pacarnya cewek, pilih Female. Nah jika pacarnya punya anak bocah, ambil Kids.

utees1

Dan jika kita agak keder kalau bikin kaos custom sendiri, bisa lho bikin desain kaos dengan template-template menarik yang sudah ada. Bisa juga mengunggah gambar sendiri, atau jika sekadar hendak berkata-kata bisa insert Text.

utees2

Oh, jangan lupa, kalau habis pasang template, nongol mbak-mbak kece ini:

utees3

Begitu desain selesai, kita bisa Save and Publish, atau kalau masih malu-malu unyu atau desainnya adalah foto kekasih ya tinggal Save As Private.

utees4

Soal privacy ini, begitu kita sumbit, muncul lagi si mbak-mbak kece untuk memberi peringatan tentang desain Tshirt online yang kita miliki:

utees5

Begitu selesai dan pengen diorder, harganya cukup 144 ribu rupiah saja. Itu kurang lebih setara uang harian PNS-PNS yang pada diklat di Cimory Ciawi. Jadi yah masih terjangkau, pokoknya.

utees6

Kita sudah berhasil difasilitasi untuk mengirimkannya kepada kekasih hati tanpa perlu repot-repot ke mamang-mamang sablon dengan kemungkinan kena minimum order dan kita pulang dalam tangis sambil membawa desain kaos yang sudah dibuat dengan sepenuh hati. Kan syedih. Hiks.

Buat yang LDR, nih contoh karya saya. Heuheu.

utees7

Nah, tunggu apalagi, berikan kejutan berupa Custom Tshirt yang kamu desain sendiri melalui online Tshirt creator kepada kekasih hati, niscaya LDR kamu bakal awet, alias bakal LDR terus. Eh, salah doa, yha?

6 Kegiatan Gratisan di Sekitar Universal Studio Singapore

Bahwasanya tidak ada yang gratis di dunia ini. Kalau di Indonesia, pipis mbayar. Kalau di Singapura, ngeludah itu mbayar. Sungguhpun sekarang ini untuk sekadar berekskresi belaka, ternyata bukan hal yang mudah. Namun demikian, bagi manusia yang hendak berwisata (tapi) kere di Singapura, kita tetap bisa melakoni kegiatan yang gratisan namun menyenangkan di sekitar Universal Studio Singapore. Jadi, tanpa perlu mengeluarkan uang tujuh puluhan dollar Singapura untuk masuk ke Universal Studio, kita sudah bisa menahbiskan diri jadi wisatawan gratisan.

mtf_kvfaz_317.jpg.jpg

Jadi, cukup dengan mengeluarkan duit 4 dollar Singapura, alias kurang lebih 40 ribu rupiah, kita sudah dapat naik Monorel dari Vivo Mall ke Sentosa Island. Di perhentian pertama, kita berhenti dan mbak-mbak kece sudah ada di pintu Monorel untuk mengarahkan kita sampai ke DEPAN Universal Studio. Mestinya sih masuk ke dalam Universal Studio, seperti yang dituliskan sama Om Roy Saputra di postingan paling populer di blognya. Nah, bagi yang belum mampu, ini dia enam kegiatan gratisan yang dapat kita lakukan di sekitar Universal Studio Singapore bersama OOM ALFA.

1. Menikmati Perjalanan Monorail
Okelah, ini tidak gratis karena kita bayar 4 dollar Singapura. Namun, 4 dollar ini berlaku sepuas kita mau bolak balik Monorail Sentosa Island sesuka kita. Ada tiga stasiun destinasi kalau kita berangkat dari Vivo Mall, yang akan dilewati oleh Monorail berwarna-warni kece itu. Tidak lama, makanya kalau memang belum puas ya bablaskan saja bolak-balik suka-suka, niscaya 4 dollar Singapura akan terasa gratis.

2. Berfoto Dengan Bola Dunia khas Universal Studio
Ini mau Mamak-Mamak-Naik-Metik sampai cabe-cabean juga pasti akan mencari spot satu ini. Bola besar dengan tulisan UNIVERSAL yang selalu berputar pelan itu adalah titik foto paling happening dan selalu kekinian. Mamak saya saja sudah duluan berfoto di tempat itu. Lokasinya persis di depan pintu masuk Universal Studio. Cukup lapang untuk berfoto, namun perlu usaha, kerja keras, dan doa untuk mendapatkan posisi foto yang clear dari sesama manusia. Sekali lagi, itu karena animo yang luar biasa dari para pengunjung–yang sebagian adalah turis gratisan kayak saya.

Selengkapnya, klik disini!

Jangan Makan Martabak Anaknya Jokowi!

Sesungguhnya saya terpancing trik duo Jokowi Junior yang bermain cuit-cuitan sehingga memancing portal media mainstream untuk memberitakan mereka. Yaelah, twit balas-balasan mah saya sama mantan dulu sering sekali, twit no mentions apalagi–kalau lagi marahan–tapi nggak pernah diliput media. Ya, bedanya sih itu. Kowe ki anak e sopo. Cuit-cuitan mereka pada ujungnya berakhir pada satu titik: martabak.

Sungguh, ini martabak!
Sungguh, ini martabak!

Karena sudah terpancing, maka dengan bijaksana saya akhirnya melajukan si BG nan kece karena ban depan isi nitrogen namun ban belakang isi udara kompresor mamang tambal ban ke Jalan Raden Saleh Raya. Jalan Raden Saleh Raya ini terletak antara Jalan Cikini dan Jalan Kramat Raya. Patokannya, kalau jalan dari Matraman menuju Senen, nanti kira-kira sebelum Bank BNI ada belokan ke kiri. Kalau dari Senen, ya cari lagi Bank BNI besar di kanan jalan, kurang lebih dekat Halte TransJakarta Kramat Sentiong NU.

Mengapa saya sampai ke Jalan Radeh Saleh? Tenang, saya nggak hendak menggugurkan kandungan. Sungguhpun saya buncit, bisa dipastikan isinya lemak semua. Lagipula saya berduaan sama teman saya, laki. Lakinya orang, pula. Jadi, saya sampai ke Jalan Raden Saleh itu untuk mencicipi martabak yang trending sekali pekan kemaren itu, ya karena cuitan Gibran dan Kaesang. Judulnya Markobar. Dengar-dengar adalah kependekan dari Martabak Kota Barat. Di Jalan Radeh Saleh itu tadi, letaknya di parkiran Hotel Puri Inn, sebuah hotel budget area Cikini. So, jangan makan Markobar kalau kamu-kamu tidak berada di Jakarta, Semarang, Solo, dan Jogja. Soalnya, emang Markobar sejauh ini baru ada di kota-kota itu.

Selengkapnya!

8 Tips Survive di Keramaian AEON Mall BSD City

Sungguh, saya bukan anak mal, saya anak mamak. Bahwasanya saya telah masuk ke mal-mal yang happening di Jakarta dan Bandung semacam Kuningan Indah Plaza dan Bandung City, Istana City dan Gandaria Plaza, hingga Kota Van Java dan Paris Kasablanka, itu lebih karena saya menemani mbak pacar. Bagaimanapun saya sudah mau twenty-nine-my-age-yeah dan kebutuhan akan pacar merangkap calon istri adalah krusial jaya abadi. Ya, sudah, masuk ke mall-pun saya lakoni walaupun tujuan utamanya adalah bangku di bagian sepatu entah di Sogo, Metro, atau H&M. Melihat bangku kosong di sudut-sudut itu, saya sudah bahagia. Memang, bahagia itu sederhana. Ah!

photogrid_1451663227089.jpg

Maka, ketika banyak orang sudah foto-foto, sudah upload-upload, hingga sudah check in di AEON Mall BSD City, saya nggak peduli. Padahal lampu-lampu di AEON Mall itu bagus. Untunglah alay yang hobi selpa-selpi sambil bilang, “suka-suka gue…” itu ada di Jogja. Kalau tidak, mungkin dia bakal nginjek lampu-lampu bagus di AEON, dan begitu ditegur satpam segera bilang, “suka-suka gue, dong!”.

Pada akhirnya, karena temannya mbak pacar yang kerja di Jerman dan lagi mudik pengen main ke AEON, diajaklah si pemburu bangku di sudut Sogo ini. Sekalian hendak kenalan dan diberikan restu, katanya. So, jadilah saya tukang nebeng sejati yang akhirnya berhasil nemplok di AEON Mall.

Selengkapnya!