Category Archives: LDR

Ini cerita tentang rasanya LDR Jakarta London. Simak ya :)

Letter #3

LDR_Banner

Dear Mas Arie,

Udah lama banget aku enggak nulis surat cantik buat kamu! Sekarang jam 2:41AM disini, harusnya udah jam tidur-demi-kecantikan sih, tapi aku kangen menyapa kamu 🙂

Oh ya, sudah pertengahan November, dan cuaca makin nggak bersahabat disini. Saat aku menulis surat ini suhu di luar sekitar 8 derajat Celcius, suhu dimana dua lapis jaket mulai dibutuhkan. Plus sarung tangan. Eh, itu sarung tangannya kamu yang beliin bukan sih Mas, atas titah ibu camer? Hihihi… Semoga beneran dari kamu, jadi kan kalau aku pakai aku berasa lagi nggandeng tangan kamu gitu…… *pusing baca gombalan sendiri*

Like you predicted, life as a student gets more tense nowadays. I can even barely have fun, seriously. Everyday they give us a new assignment, new things to be learnt, new reading list…. Argh! Ini sehari masih dua puluh empat jam kan ya? Masalahnya, efek samping utama dari semua tugas-tak-berujung ini adalah reduksi waktu macar. Krusial banget ini, mengingat kamu juga lagi sibuk. Tapi Rangga sama Cinta aja bisa LDR-an, lebih jauh malah Jakarta-New York, kita Jakarta-London nggak boleh kalah!

Tapi rasa-rasanya mengatur jadwal komunikasi itu memang salah satu tantangan dalam hubungan kita sekarang ya. Dulu kita janji tiap weekend harus Skype. Tapi setelah dijalani, ada aja acara-acara kita masing-masing yang membuat Skype kala weekend menjadi jadwal tentatif. Tapi menurutku, kita sudah mulai bisa menyesuaikan diri kita masing-masing. Either aku yang akan tidur larut malam supaya bisa ngobrol sama kamu yang baru bangun tidur, atau kamu yang akan bangun cepat supaya bisa ngobrol sama aku yang lagi siap-siap mau tidur. But, instead of cursing on that somehow-uncomfortable condition, aku malah suka dengan spaontanitas-spontanitas komunikasi yang kita lakukan. Yang penting, effort kita aja yang selalu dijaga 🙂

By the way, kabar gembira! Please jangan garing, ini nggak ada hubungannya sama ekstrak apapun. Aku kurusan loh! Yippie! Emang sih belum dibuktikan secara kuantitatif (nggak tahu harus nyari timbangan dimana), tapi secara kualitatif aku yakin aku kurusan. Hahaha… Syukurlah, terimakasih kepada duit beasiswa yang tidak-lebih-tidak-kurang, saya jadi hemat makan banget plus memperbanyak jalan kaki. Lagipula disini nggak ada emang-emang batagor/cuanki/siomay/baso malang/soto kudus/pempek yang siap menjebol iman saya. Adanya emang-emang jual sandwich dimana-mana, which I don’t like kecuali kalau terpaksa, dan sekali lagi, mahal. Jadi saya sih ogah. Mohon doa restunya aja deh, semoga pulang ke Indonesia beneran bisa kurus hahaha.

Ah, baiklah. Sudah jam 3.16AM disini, saya tidur dulu ya, supaya besok pagi bisa bangun dan kerjain essay, hahaha. Doain dong semoga malam ini aku dapat ilham di dalam mimpi jadi besok nulis essay nya lancar hahaha… Kamu pulang dari Palembang kan siang ini? Hati-hati ya mas Arie, safe flight 🙂

God bless you!

xoxo,
Tiesa

* * *

Dear Tiesa,

Ahay! Anggap saja merpatinya nyasar, jadi aku balas suratnya seminggu kemudian. Merpati masa kini memang suka mampir, apalagi kalau perjalanannya dari London menuju Jakarta. Ehm, mungkin merpati pun eneg untuk hidup di Jakarta, jadi dia mampir dulu di dalam kenangan. Lah, kok jadi bahas merpati?

Well, hidup baru sebagai auditor ternyata nggak mudah, pasti sama dengan hidup baru kamu sebagai manusia. Seperti sudah sering kita bahas–dan tentu saja pembaca setia blog ini nggak perlu tahu detailnya–tapi hidup kita kan memang selalu berubah. Pas kenalan sama-sama karyawan market leader. Pas jadian, ya masih sama-sama, sih. Pas kencan ketiga, hubungannya sudah berubah antara pengangguran dengan karyawan. Tidak lama kemudian berubah lagi jadi abdi negara dengan karyawan. Terus nggak lama pun, itu ganti lagi jadi abdi negara dengan pengangguran, dan sekarang abdi negara dengan mahasiswa. Dan tentu saja, adalah berkat bahwa kita bisa melakoni semua perubahan itu berdua. Setidaknya pengalaman kamu yang menclok di kota demi kota kemudian bisa jadi bahan hidup aku sekarang yang dalam sebulan sudah pergi ke Sulawesi, lalu Sumatera.

Eh, tadi aku tugas sama Cantus Firmus. Ada pertanyaan mendasar, “bojomu ngendi?”. Untung ada Cicilia, si juru bicara, yang bisa menyampaikan bahwa pacar saya ada, sedang proses pengurusan badan di London. Dan karena beberapa teman bawa pacar, lalu pacarnya join tugas juga, sesungguhnya tiba-tiba aku pengen kamu ada di Indonesia, jadi bisa ikutan tugas sama Cantus Firmus. Adalah akulturasi budaya yang luar biasa ketika ada anak PSM ITB nyelip di kalangan PSM USD. Tapi nggak apa-apa, nanti pasti akan ada waktunya. Iya kan?

Oh, sudah lebih dua bulan kami pergi ke seberang sana. Sudah delapan malam minggu aku malam minggu magabut. Hehe. Nggak apa-apa, untungnya edisi sepi fisik ini ditunjang dengan pekerjaan yang juga nambah banyak. Yah, semoga saja bisa seimbang ya.

Last, but not least, selamat ulang bulan ke-9. Ingat, 9 hari lagi melahirkan #eh. Semoga kita akan selalu bisa mengulang bulan itu hingga kita nggak mampu lagi menghitungnya.

Love,
ArieSadhar

 

Tiesa’s Thought: Musuh Dalam Selimut Itu Berjudul Koneksi Internet

LDR_Banner

Selamat sore waktu London, pemirsa ariesadhar.com sekalian. Salam kenal dari saya! Well, maybe perkenalan ini sangat terlambat, tapi just in case anda sekalian penasaran sama saya, boleh ditengok lagi postingan author blog ini tentang Braga Culinary Night. Yah, kira-kira saya ada di bagian dimana ongol-ongol disebutkan. Haha.

Jadi ceritanya saya sama bapak-bapak author ini sedang LDR. Ya ampun, mainstream banget ya! Gimana nggak mainstream, lagu buat kaum LDR ini sudah banyak sekali, mulai dari Mbak Raisa sampe Avenged Sevenfold aja mendedikasikan lagu mereka buat kami. Sayangnya, belum ada lagu yang didedikasikan untuk membahas salah satu poin krusial dalam LDR: koneksi internet.

Sebagai pasangan antar benua antar negara antar propinsi antar kota, komunikasi via dunia maya adalah satu-satunya cara buat kami tetap catch up satu sama lain. Terimakasih kepada semua penemu aplikasi messenger dengan fitur video call! Saya jadi bisa saling memandang sama bapak ini. Seperti sudah saya utarakan dalam surat pertama saya, saya bisa gila deh kalau cuma liat muka dia setahun sekali. Dan koneksi internet tentu saja salah satu faktor yang membuat semua komunikasi ini bisa berjalan lancar.

Sore ini saya cukup kesal karena si koneksi internet ini. Lagi kangen berat sama pacar, pengen ngobrol banyak (apalagi tadi baru dapat pengalaman kerja di hospital sini, so many things to be told to him!), pengen liat mukanya yang kaya kentang (kentang cakep), tapi hampir sejam kerjaan kami cuma mencari cara gimana bisa terkoneksi dengan baik. Pertama coba messenger S (like we always do), terus coba F, terus coba H. Semuanya nggak ada yang kece. Duuuh!

Nggak tahu juga mau nyalahin siapa. Should I put the blame to lambatnya koneksi internet di negeri tercinta (karena katanya kan ‘internet cepat, buat apa?’. Okay, I’m being sarcastic here, pardon me)? Tapi bisa juga koneksi saya yang lambat dan nggak stabil. Mungkin angin kencang (kencang!) di kota ini membuat koneksi jadi amburadul, kan bisa aja. Pada akhirnya, kami memutuskan ini bukanlah waktu yang tepat buat video call-an, and we should try it again another time (yang mana suka susah dicari karena perbedaan waktu adalah masalah kedua di LDR antar benua).

Tapi anak hebat nggak boleh menyerah sama keadaan dong! Maksudnya, gimanapun koneksi internetnya, yang penting relationship-nya. Harus tetap dijaga, di-maintain juga. Kalau katanya cinta pasti pake telepati hati juga bisa. Haha. Seburuk-buruknya, masih ada merpati pos yang siap mengantar surat saya ke Jalan Percetakan Negara Jakarta kok.

Be strong, LDR-ers dimanapun Anda berada. Salam manis dari angin-angin gelebug di kota ini!

Letter #2

LDR_BannerLondon

Dear Mas Arie,

Iya, aku tahu ini belum seminggu dari surat terakhirku buat kamu, but I hope you don’t mind if I flood your blog with my letters, hihi…

So, Sunday! Hari dimana kamu biasanya akan berangkat pagi-pagi banget dari Kramat, naik KRL ke Bintaro, tiba di depan (mantan) kosanku sekitar jam 8, sarapan, ke gereja di Sanmare jam 9 pagi, pulangnya belanja di Lotte Mart, masak bareng (maksudnya aku masak bareng dukungan doa dari kamu gitu, because we know you had tons of reasons to not-helping me in the kitchen :p).

Hari Minggu terasa berbeda sejak dua minggu ini. For me, for you. Kamu akhirnya hijrah ke gereja Kramat setelah sekian lama nggak pernah kesana walaupun jadi penduduk sana, karena sudah nggak ada lagi mbak-mbak lucu di Bintaro yang bisa kamu apelin. As for me, aku juga hijrah ke Newman House, the Catholic Chaplaincy for the Universities and other Higher Education Institutions in the Diocese of Westminster (hore! Lengkap!).

Selanjutnya, Mbohae!

Letter #1

LDR_Banner

London

Dear Mas Arie,

It’s been two weeks! Two weeks since our last hug, since the last time I could have your hands on mine. I am so missing you!

Dua minggu ini rasanya berlangsung sangat lambat buatku. Rasanya tiap saat aku menghitung hari, kapan bisa balik ke Indonesia. Dua hari pertama adalah hari terberat buatku. Sampai di kota yang benar-benar asing setelah tujuh belas jam duduk di bangku pesawat terbang, disambut dengan hiruk pikuk kota metropolitan dengan segala hal yang serba cepat, menghadapi perbedaan waktu. Waktu baru pertama sampai dorm pun, aku cuma sempat taruh koper aja, habis itu langsung pergi ke toko yang jual bantal dan lain-lain. Capek! Haha…

But life must go on! So I told myself, I am here now, let’s not grieving, let’s start to live a life. Untunglah, sekolah sangat menyenangkan. Materinya, pengajarnya, suasananya. Kelasku isinya international student semua, and it’s nice to hear their stories about their respective country. Temanku dari Finlandia bilang dia pernah hidup di suhu -40 derajat, temanku dari Kenya cerita dia bisa lihat zebra dan jerapah di halaman rumahnya, temanku dari Hongkong (iya, yang kamu bilang cantik itu) cerita soal bagaimana hidup sebagai farmasis di negaranya.

Although it’s fun, it’s challenging as well. Bayangin aja, 180 credits dalam 3 term alias 12 bulan! Mabok, mabok deh. Bener-bener harus rajin belajar sendiri, harus exploring something new juga. Dan kadang-kadang, aku merasa nggak percaya diri sama diriku sendiri. Bisa nggak ya, aku melewati semua ini. Bisa nggak ya, aku lulus. Hahaha…

Untung aja ada mas pacar yang selalu nemenin aku belajar. Via Skype. Thank you for stay alive until late night supaya bisa Skype sama aku yang jam segitu baru pulang kuliah ini. Melihat wajah kamu dari layar tablet memberi suntikan semangat buatku, semangat untuk lulus dengan baik dan pulang ke Indonesia dan bertemu denganmu. Yay! Bener-bener terimakasih banget ya sama kemajuan teknologi informasi zaman ini. Kayanya aku bisa gila deh kalau cuma bisa liat muka kamu setahun sekali.

Mas, lagi dingin nih hari ini. Hujan pula. Cuaca London itu ibaratnya suasan hati aku pas lagi PMS. Unpredictable at its max level. Kemarin cerah ceria, hari ini super kelabu. Dingin-dingin sendirian di kamar, terus kangen deh sama kamu. Pengen nge-pukpuk rambut barunya yang botak itu haha. Anyway, terimakasih karena sudah melaksanakan ‘titah’ saya buat potong rambut ya. Pokoknya kamu cakep kalau rambutnya pendek. Hehehe.

IMG-20141001-WA0013

Ngomong-ngomong, malem Minggu nih. Semangat ya, buat aku, buat kamu. Seperti biasa, kita malam Minggu-an via dunia maya aja yah hehe. Jangan lupa makan malam. Jangan lupa bersihin kamar. Jangan lupa shaving. Jangan lupa makan buah sama sayur harus ada setiap hari di menu makanannya ya.

Hugs and kisses from London,

Love,
Tiesa

* * *

Jakarta

Dear Tiesa,

Nota dinas ini saya kirimkan… eh… salah ya? Hmmm, harap maklum, tuntutan pekerjaan mengedarkan nota dinas ke bagian-bagian terkait. Ya sudahlah, namanya juga kembali fitri.

Beberapa hari ini aku lewat Kramat, stasiun andalan buat macar. Baru ngeh juga sudah sebulan nggak jadi penumpang KRL Commuter Line KMT-TNB, lanjut TNB-PDJ. Udah lumayan lama juga. Aku kan rindu ngecengin mbak-mbak di kereta. #ups #ditabok

Nggak ada yang terlalu baru dua minggu ini. Palingan cuma kabar si BG yang akhirnya dicuci sesudah berbulan-bulan lamanya. Juga kabar bahwa si BG sudah diisi Shell V-Power, yang paling mahal. Terus apalagi ya? Oya, si BG tetap jadi tempat tidur yang nyenyak untuk wanita dari kalangan kucing kampung. Oh, dan masih belum ada wanita lain dari spesies manusia yang menumpang di joknya si BG, selain wanita yang sudah-sudah. Yang utama dan terutama tentu kamu 🙂 Ya, kira-kira begitu.

Tanggal 1 Oktober kemaren jadi komandan upacara (lagi), cuma karena kostumnya nggak kece jadi fotonya tidak disebarluaskan supaya tidak beredar di Instagram kamu. Soalnya seragamnya mirip office boy Hotel Balairung Matraman, cuma kurang rompi merah sahaja. Terus apalagi ya? Oh! Akhirnya sesudah 7 bulan absen, bisa ikut misa Jumat Pertama lagi. Nggak sedekat Titan ke Sanmare, tapi yang pasti nggak sejauh Jababeka ke Trinitas. Malu juga, sih, giliran jauh rela-rela saja dijabanin sampai pernah kecelakaan. Giliran sudah terbilang dekat, malah absen. Sebagai lelaki bertampang santo gagal Jumat Pertama selama itu sebenarnya bukan pencapaian yang baik. Heu.

Yaudah. Sekolah yang bener ya. Jangan ngecengin bule, ingat kalau sudah dibiayain sama negara, jadi kamu juga harus setia sama negara. Salah satu bukti setia pada negara adalah setia pada abdi negara. Salah satu contoh abdi negara adalah CPNS. Jadi, untuk membuktikan kamu setia dan sayang sama negara, kamu harus setia dan sayang sama CPNS. Nah, salah satu CPNS itu adalah pacar kamu. #okesip

Hugs and kisses (wah, nggak enak kalau dibaca yang belum cukup umur) from Jakarta Pusat bagian dusun,

Love,
ArieSadhar

Antara Brunswick Square dan Percetakan Negara

Halo pemirsa ariesadhar.com yang saya cintai! *cipoksatusatu*

Mungkin banyak yang suka baca tulisan tentang jomlo di blog ini. Iya, memang banyak. Sebagian diantaranya adalah curhatan pribadi. Sebagian lainnya adalah semata-mata hendak ngenyek jomlo. Iya, jelek-jelek begini saya punya pacar loh!

Terima kasih kepada Rian Chocho yang akhirnya membalas budi terhadap campur tangan saya tujuh tahun yang lalu. Kok terima kasih? Terima kasihnya karena sudah turut serta dalam kenalnya saya dengan seorang gadis yang kemudian secara tiba-tiba ada di seluruh hidup saya. Satu hal yang pertama kali dibilang oleh teman saya yang playboy itu adalah  bahwa gadis itu suka menulis. Otak saya seketika berputar dan berharap bisa kolaborasi nulis buku, laku, lalu kalau poinnya cukup bisa jalan-jalan ke Paris. #loh

Sejak punya pacar, saya nggak pernah men-state secara jelas di blog ini. Siapa sih dia? Bagaimana kami lalu bisa pacaran? Awalnya, saya cuma takut, nanti kalau (amit-amit) putus, saya bakal kerepotan menghapus semua post yang ada namanya dia. Tapi setelah melihat blogger lain dengan pede memperlihatkan kebahagiaan hubungan mereka. Kenapa saya nggak?

Kebetulan, pacar saya sedang sekolah di London. Gile, saya seumur-umur mimpi paling tingginya sekolah di UGM, si pacar malah sudah kuliah di London, di sebuah universitas yang mirip sekolahannya Harry Potter. Iya, memang dekat sama stasiun tempat si Potter berangkat itu loh. Tanah Abang.

*kemudian hening*

Saya merasa sayang saja kalau cerita LDR ini tidak didokumentasikan. Ehm, ngomong-ngomong LDR, kok berasa ditakdirkan akrab dengan LDR ya. Cuma sekali saya nggak LDR, sisanya ada bau-bau LDR. Cerpen saya di buku antologi pertama juga berhawa LDR. Karin, tokoh di cerpen itu, adalah cewek yang LDR sama Barlian. Buku antologi ketiga saya malah judulnya ‘Curhat LDR’. Sudah terang benderang begitu judulnya.

Yah, dalam rangka mengabadikan momen hubungan yang dipastikan tidak mudah ini, maka mari kita sambut segmen baru di blog ariesadhar.com ini. Namanya harus kece kayak pacar saya: Antara Brunswick Square dan Percetakan Negara! Ini mengacu pada tempat kami sehari-hari menghabiskan waktu. Oh iya, dua tempat yang jadi judul itu sama-sama dekat stasiun berawal huruf K. Brunswick Square dekat dengan King’s Cross, Percetakan Negara dekat dengan…

Kramat. Anggap saja setara. *ngampet ngguyu*

So, kalau ada posting yang diawali dengan banner ini:

LDR_Banner

Maka itu cerita kami. Semoga pembaca ariesadhar.com yang terkasih bisa memetik sesuatu, menghina saya (karena LDR), atau apapun asal jangan ngegodain pacar saya, kalau ngegodain saya sih boleh.

Selamat membaca!