Category Archives: Berniat Lucu

Belajar menulis lucu :|

Jangan Underestimate Sama Anak

Sejak 10 Maret 2020, si Isto memang tidak masuk daycare lagi (walaupun tiap bulan masih bayar). Ketika itu masih ada Opung sama Mbah di rumah. Per 20 Maret, Opung sama Mbah ke Solo dan bapaknya sudah Pembelajaran Jarak Jauh alias kuliah di rumah. Walhasil, sudah nyaris 3 bulan si Isto jadi anak asuh bapaknya.

Bersama mantan tetangga yang pindah buru-buru karena atapnya keburu mau roboh.

Berhubung bapaknya juga cuma sendirian, maka kalau pas bapaknya sambil garap paper atau cuci piring, mau tidak mau si Isto jadi anak YouTube. Beberapa waktu belakangan, dia menjadi anak asuh Daddy Pig. Ha nontonnya Peppa Pig terus.

Nah, sejak beberapa waktu belakangan pula, dia kalau lihat kucing mampir ke teras dan nggak berkenan maka dia akan mengusir kucing itu. Diksi yang digunakan awalnya bikin ngekek.

“Su….su…..”

Normalnya, orang Indonesia kalau ngusir hewan kan “Hush… Hush…” yha. Jadi, saya anggap si Isto ini kebalik aja HUS jadi SU (H luluh). Cuma demi kesopanan, ya saya coba benarkan. Mosok nanti di ranah publik dia bilang “SU… SU….” kan dikira bapaknya nggak ngajarin adab yak.

Sampai kemudian, beberapa hari yang lalu saya mendapati sebuah adegan Daddy Pig mengusir ayam. Pada detik itu juga, saya sadar, bahwa saya selama ini salah memahami maksud anak saya.

Soalnya, Daddy Pig–yang aksennya sangat British itu–ternyata mengusir ayam dengan kata-kata, “Su… su…..”

Saya laporan sama Mamaknya yang pernah setahun di England sono. Eh, mungkin karena belajar terus dan nggak pernah ngusir kucing, Mamaknya juga nggak tahu. Jadilah kemudian dia ngecek ke kamus dan…. ow…ow…..

SHOO itu betul-betul ada di kamus Cambridge! Anak aing pakai diksi dari kamus Cambridge dan selama ini saya mengira dia kebalik mengucapkan sesuatu. Inilah akibat kalau bapaknya lebih ndeso daripada anaknya. Dan ini pula akibat dari pengasuhan Daddy Pig. Heu.

Pilus vs Virus

Kondisi pandemi COVID-19 tentu membuat saya dan Mama Isto harus mengajarkan tentang bahaya virus kepada anak yang hampir tidak batita lagi ini. Setidaknya, agar dia mau pakai masker kalau pergi ke warung. Dan ya sejauh ini berhasil. Dia tahu bahwa di luar lagi ada virus jahat warna oranye. Saya tentu nggak bilang bahwa kalau menurut JRX, virus jahat itu adalah ulah dari elit global. Bukan apa-apa, setahu saya, elit Global itu tentunya Harry Tanoe, sebagai pemilik dari MNC Group yang membawahi Global TV.

Konteks virus ini juga yang membuat dia masih baik-baik saja selama 2 bulan tidak sekolah karena sekolahnya libur gara-gara ada virus jahat. Soal nama aslinya adalah SARS-CoV-2, tentu nanti kapan-kapan saya ajarkan. Semoga ketika saatnya tiba, si virus hanya tinggal sejarah.

Nah, pada saat yang sama karena lagi doyan betul ke warung, maka secara kebetulan semesta anak ini mengenal pilus. Kebetulan doyan. Pilus kemudian menjadi pengalihan yang bagus karena dia lagi doyan Pringles. Bayangkan bahwa bapaknya hanya PNS biasa, bukan PNS DKI, apalagi PNS Pajak, kok bisa-bisanya doyan snack seharga 20 ribu sekali makan? Betul-betul harus disadarkan, dan untungnya pilus sangat membantu pengalihan itu.

Persoalannya kemudian adalah dia belum terlalu memahami perbedaan VIRUS dengan PILUS. Sehingga, dialog yang selalu terjadi adalah seperti ini:

Isto: Pa, Eto minta vi-rus (sambil bawa-bawa pilus)
Bapak: Pi-lus…
Isto: Vi-rus…
Bapak: Pi…
Isto: Pi…
Bapak: lus…
Isto: lus…
Bapak: Pi-lus…
Isto: Vi-rus…

Mana saat ini posisi dia sudah mulai nggak terima kalau salah dan kadang-kadang malah saya yang diajarin. Jadilah kami berdebat soal virus dan pilus saja setiap harinya~

Ini Batu, Pa!

Ini sudah hari ke dua puluhan dia dikarantina padahal nggak salah apa-apa. Aslinya saya kasihan, tapi ya gimana. Demi kebaikan dia juga. Jadilah tadi saya belikan cat air, dipadukan dengan stok batu taman miliknya. Lumayan buat pelipur lara.

Kemudian dia akting masak dengan gelas McD itu, sambil bilang, “Hmmm, sudah matang…”

Terus ya saya terusin, dong. Wong dia pakai sendok begitu. Saya bilang, “am..am…” kayak habis makan.

Lah dia bilang, “Ini batu. Bukan dimamam. Di main aja.”

Aku kok yo dadi merasa pekok.

5 Cara Bikin Meme Lucu

5 CARA BIKIN MEME LUCU

Hidup sekarang dipastikan nggak bebas dari meme, karena sebenarnya hidup kita lebih lucu dari meme. Nggak di Facebook atau di Instagram atau bahkan di WhatsApp sekalipun kita pasti sering menerima atau mengirimkan meme. Sayangnya, seringkali meme itu kek kerupuk. Garing. Garing Nidji. Bah.

Sebenarnya, bikin lucu itu susah-susah gampang. Sebagaimana banyak pelawak justru meninggal bunuh diri, sebenarnya memikirkan komedi itu adalah hal yang sangat-sangat serius. Lantas, bagaimana cara bikin meme lucu agar tidak bunuh diri? Berikut 5 hal yang kayaknya bisa membantu. Kalau nggak membantu? Ya, tinggal order Gojek. Go-Meme.

1. Template Meme

Ini adalah cara paling mudah yang disediakan pula oleh banyak aplikasi. Gambar-gambar meme seperti Leo Di Caprio, Yao Ming, hingga Nicholas Cage hanya tinggal ditambahi kata-kata yang relevan lucunya. Atau kalau kita agak (((niat))), kita bisa kok menggunakan foto sendiri yang ditambahkan caption yang ciamik. Kayak punya Om-nya Isto ini misalnya:

Screenshot_1516
Kata saya, sih, lucu. Nggak tahu sih kalau nanti sore.

2. Topik Viral

Supaya pas lucunya, kita bisa mengambil topik yang sedang viral. Misalnya pas zaman Bowo Tiktok atau pas era film AADC2 turun ke pasar atau ketika Dilan dan Milea sedang asyik-asyiknya balapan liar. Kata-kata yang biasa, jika ditampilkan bersamaan dengan momen yang tepat, ya bisa lucu juga.

3. Ambil dari Percakapan Sehari-Hari

Seringkali di obrolan warung kopi atau bahkan chat WhatsApp dan LINE banyak yang lucu. Nggak tabu juga jika kita mengambilnya untuk dijadikan meme lucu-lucuan. Tapi ingat, ini bukan mengunggah screenshot percakapan di grup, yha!

Supaya lucu, pastikan kita ambil satu bit dan satu punchline. Ya kira-kira mirip teka-teki deh. Misalnya, ada obrolan tentang kondangan mantan, lalu percakapan jadi panjang. Kita bisa ambil Bagian “Hal paling seram itu adalah datang ke kondangan mantan.”

cake celebration dairy product decorate
Photo by Ana Paula Lima on Pexels.com

Supaya greng, berikan punchline yang singkat dan sangat padat: SENDIRIAN atau TANPA GANDENGAN. Atau malah BAWA GENDONGAN. Sila dipilih saja yang cocok dengan suasana hati.

4. Ambil dari Postingan Orang Lain

Status FB yang lucu itu nggak ada royaltinya, lho. Jadi ketika ada status orang yang berisi kata-kata lucu kek gini, terus kalian tempel dan jadikan meme, ya nggak akan kena tuntut. Cuma demi etika bahwa ada orang yang susah-susah berpikir buat ngelucu, lebih baik kita mencantumkan sumbernya. Komik tenar Gump n Hell selalu menuliskan bahkan jika suatu status menjadi sumber inspirasi.

5. Ditunjang Desain Yang Ciamik

woman in brown scoop neck long sleeved blouse painting
Photo by bruce mars on Pexels.com

Nah, walaupun sudah ada banyak aplikasi meme, kadang-kadang kita perlu juga buat desain meme sendiri. Atau misalnya lagi kesambet dan pengen posting kata-kata bijak. Kalau saya, misalnya, termasuk untuk bikin header blog ini, pakainya aplikasi Canva yang interface-nya lumayan mudah dan sederhana.

Nah, bagaimana? Sudah mau bersiap bikin meme? Monggo, silakan. Tapi jangan lupa kerja atau sekolah ya, hidup itu bukan buat bikin meme soalnya~~

Pertarungan Cebok di AEON

Pertarungan Cebok di AEON

Hari libur, Mama Isto lagi pengen makan sushi, katanya. Kebetulan, kontrakan kami nggak jauh-jauh benar dari mal yang begitu hits dengan hal-hal berbau Jepang, AEON. Jadilah kami memutuskan untuk dolan ke mal yang pada jam sibuknya itu bahkan lebih tidak manusiawi daripada sekadar ITC tersebut. Dolan membawa anak bayi. Yiha.

Benar saja, begitu sampai dan mengarah ke tempat makan AEON, kami gagal mendapatkan bangku. Banyak bangku kosong, sih, tapi diakui oleh bapak atau ibu di sebelahnya sebagai ‘ada orangnya’, meskipun saya pantau 10 menit ya nggak ada orang sama sekali yang menduduki kursi tersebut. Yha, mungkin tuyul mereka yang ikutan makan sushi.

Jadilah kami minggir ke sisi lain AEON yang boleh disebut sebagai food court-nya. Tempat diperoleh, makanan dipesan, hidup bahagia. Lebih bahagia lagi karena Istoyama makannya lahap sekali. Sampai ramen yang notabene buat bapaknya diembat juga. Padahal ramennya spicy sekali, tapi dia tampak tidak gentar sama sekali.

salted pasta
Photo by Dana Tentis on Pexels.com

Kalau lagi bertiga saja, saya dan Mama Isto memang makan bergantian. Salah satunya akan fokus pada Isto. Entah menyuapi, entah sekadar mengajak main. Ketika jatah ramen saya tandas, tentu gantian dengan mamanya. Saya lalu membawa Isto ke sebuah kereta dorong milik seorang bayi lainnya yang sedang terlelap di meja sebelah. Dalam hal ini, AEON memang termasuk salah satu mal paling ramah. Masalahnya, pengunjungnya warbiyasak banyaknya. Jadilah, baik stroller maupun kereta dorong yang banyak itu habis juga.

Baru dua langkah Isto napak di AEON, saya mencium bau yang cukup familiar. Sigap, saya mengangkat pantatnya dan mencium aroma yang memang familiar.

Yeah, bayi ini pup, saudara-saudari.

Bagi saya, tempat-tempat yang dipilih Istoyama untuk pup memang mengagumkan. Sebelumnya, kami pernah lari-lari di Living World karena dia juga pup dan bocor. Tentu juga termasuk di langit sebagaimana kisah sebelumnya. Masih ada juga di Gereja ketika momen paling sakral. makanya, ini mah biasa saja.

Karena mama Isto masih makan dan cari bangku di AEON itu susahnya kayak cari politisi jujur, jadilah saya putuskan untuk mengeksekusi pup ini seorang diri. Dalam bayangan saya, toilet difabel pasti sepi dan sebagaimana di bandara, saya bisa menguasai keadaan dengan cepat dan menuntaskan pup ini dengan bahagia.

Kuwi kan karepmu, Cuk.

Begitu ditemukan, ternyata toilet difabel–apa toilet family kali, yha–antre! Ada 2 bayi yang tampaknya juga pup sedang diantrekan oleh orangtuanya. Pada saat yang sama, polah Isto yang sudah tyda nyaman semakin menjadi. Saya tidak akan bisa menanti 3 bayi kelar cebok dengan bayi di tangan kelakuannya mirip Demian. Melepaskan diri wae kerjanya.

Nah, saya kemudian memilih membawa Isto ke toilet cowok. Sepengalaman saya, jarang ada bapak-bapak bawa bayi ke toilet cowok, jadi mestinya tidak akan ngantre.

Untunglah ini AEON, toiletnya ternyata ciamik. Di sudut, toiletnya dua kali lipat luas sebelahnya, dengan sebuah bangku anak. Toilet semacam ini sungguh saya apresiasi karena mendukung bapak millennial kayak saya.

Screenshot_1496

Begitu mendapat ladang perang yang terang, segera Isto saya eksekusi. Bocornya sudah lumayan menyebar dan baunya juga asyik. Bau asyik? Hmmm.

Masalahnya adalah karena dia benar-benar bertingkah dengan gerakan yang tiada kunjung berhenti. Apalagi ternyata di toilet bagus ini, semprotannya bukan yang pakai selang, melainkan pipa kecil bawah s*lit. BAGAIMANA COBA SAYA MAU NYEMPROT EEK YANG BERTEBARAN DI SEANTERO PANTAT?

white toilet paper
Photo by hermaion on Pexels.com

Ini gunanya jadi orangtua, banyak-banyak belajar! Dengan sedikit pemahaman dan pemaksaan, saya bisa membuat Isto diam di kloset untuk kemudian saya semprot pelan-pelan pakai semprotan bawah sil*t itu. Ngucur hanya sedikit, pula. Heu.

Jadi, akhirnya tangan juga yang bermain. Ya nggak apa-apa, memang eek anak sendiri bukan dosa, cuma jorok aja. Akan tetapi daripada ampas-ampas feces itu berceceran ke lantai, jadi ya sudah. Kerjakan!

Selesai membersihkan pantatnya, PR lanjutan adalah mengenakan pampers dan pakaian pada bayi yang menemukan WC luas ini sebagai arena merangkak yang tepat. Dua pria, satu tua satu muda, saling berkejaran di dalam toilet. Itu kalau bapak/ibu yang saya audit sehari-hari tahu, citra saya sebagai auditor kejam bisa luntur seketika.

Begitulah, bayi belum setahun itu tangguhnya minta ampun. Jadi malah bapaknya yang lelah. Sesudah bertarung setengah mati, diapers dan celana akhirnya terpasang sempurna. Pada saat yang sama, WC AEON ini jadi berantakan tiada terkira. Untuk itu, biarkan saja dia mainan terlebih dahulu. Bapaknya yang uzur ini tarik nafas dulu:

Screenshot_1497

BAPAK MACAM APA MEMBIARKAN ANAKNYA DUDUK DI TOILET? LAPOR KAK SETO! Yowes, karepmu. Yang jelas, daripada dia malah merambah diapers penuh pup? Daripada dia masuk ke kloset? Daripada dia tidak mengakui saya bapaknya?

Asli, pengalaman ini seru sekali. Keliling Indonesia, ketemu Sekretaris Daerah beberapa Provinsi, menemukan kekurangan volume pekerjaan, dll tiba-tiba nggak ada apa-apanya dibandingkan sebuah aktivitas sederhana: menangani bocah yang pup di mal. Punya anak dan kemudian menjadi orangtua memang hal yang luar biasa.

Untuk menutup momen indah itu, akhirnya kami mengambil pose wefie dengan bahagia seraya berkata, “Sampai jumpa, wahai Netizen, pada kisah-kisah bapak millennial selanjutnya.”

Screenshot_1498

Balada Bayi Pup di Ketinggian 34000 Kaki Dpl

Ini sisa #IstoMudik2018 yang lalu. Bayi millennial yang satu itu sebelumnya sudah naik pesawat 2 kali. Jakarta ke Jogja pulang pergi. Jogja doang, selow. Tantangan berikutnya lebih mantap. Penerbangan 1,5 jam ke Padang. Istoyama mau paskahan di Gereja tempat Bapaknya belajar agama.

Penerbangan ke Padang dijalankan dengan sukses. Sengaja saya pilih penerbangan pukul 06.15 karena menurut jadwal Daycare, kurang lebih 06.30 sesudah mandi, Istoyama akan tidur dengan durasi ya 1-2 jam. Harusnya pas.

Keberangkatan sukses. Dengan demikian, Isto telah 3 kali terbang dengan pola ciamik. Tidur sejak take-off dan baru menggeliat saat landing. Saya cukup bangga dengan kemampuannya beradaptasi pada perjalanan.

Singkat kata, perjalanan pulang dilakoni dengan naik travel AWR bayar 3 seat. Karena pukul 5 pagi, jadi si bayi ini statusnya juga masih lelap. Ibarat berangkat ke Daycare saja jadinya. Tapi naik mobilnya 2 jam. Continue reading Balada Bayi Pup di Ketinggian 34000 Kaki Dpl

6 Perbedaan Bermain Futsal Kala Usia Belasan Dengan Umur Tiga Puluhan

img_8463_monkey_monkey

Dalam sebulan ini, alhamdulilah, saya berhasil melaksanakan dua kali pertandingan futsal tingkat dunia. Bermain futsal di usia saya yang sekarang ini sesungguhnya butuh perhatian khusus, karena–sungguh–nggak satu-dua kali saya mendengar kabar seseorang yang meninggal habis main futsal. Lagipula, main futsal di usia segini jelas adalah sebuah bentuk kemewahan dari banyak sisi. Jelas beda dengan jaman muda dahulu, kala setiap hari bisa futsal. Kalau pas kere, ya tinggal nyelip di lapangan voli kampus dan main sampai telapak kaki terkelupas dan berjalan tertatih-tatih hingga 3 pekan lamanya.

img_8516_monkey

Nah, membandingkan main futsal tahun 2016 dengan tahun 2004, ternyata saya mendapati banyak fakta menarik dan layak untuk diteliti lebih lanjut hingga benjut.

Ini dia!

Continue reading 6 Perbedaan Bermain Futsal Kala Usia Belasan Dengan Umur Tiga Puluhan

Surat Terbuka Untuk Metro TV

Surat Terbuka

Permisi, Bapak-Ibu Redaksi Metro TV di tempat masing-masing, apa kabar? Iklan lancar? Saya doakan semoga baik-baik saja. Bukan apa-apa, sih. Bapak saya dan calon Bapak mertua saya–yang keduanya adalah pensiunan PNS–sama-sama menggemari siaran Metro TV. Belum lagi Ibu Kos saya entah bagaimana kisahnya membuat pengaturan antena hingga menghasilkan channel hanya Metro TV dan TV One yang jernih. Kan saya jadi nggak bisa nonton Mulyadi si OK-Jek dengan bahagia, apalagi nonton Uttaran. Pedih, Pak. Perih, Bu. Sama pedih dan perihnya ketika Bapak saya yang setiap pagi nonton Metro TV, menelepon setiap saat untuk urun komentar, namun selalu berujung kegagalan.

Jadi begini, Bapak-Ibu Redaksi Metro TV nan budiman. Belakangan ini kok tetiba marak muncul gambar hasil screenshot dari tayangan Metro TV yang dengan pedih bin perih menyebut  bahwa ‘Produsen Kebanyakan Lulusan Apoteker’ untuk judul ‘Fakta Vaksin Palsu’. Hmmm. Hmmm. Hmmm. Apalagi begitu saya lihat videonya, ketika infografis itu ditayangkan, sama sekali tidak sedang membahas produksi alamat vaksin palsu sama sekali, wong lagi bahas efek yang diduga vaksin palsu.

Mungkin begini, jika judulnya adalah ‘Fakta Vaksin‘, maka keterangannya cocok dengan ‘Produsen Kebanyakan Lulusan Apoteker’. Sepakat banget saya, karena namanya perusahaan farmasi yang baik dan benar sudah pasti isinya kebanyakan adalah lulusan apoteker. Kalaulah ada lulusan Akuntansi itu untuk berantem dengan lulusan apoteker perihal CoGS.

Untitled design

Masalahnya, judulnya adalah ‘Fakta Vaksin Palsu’ dan keterangannya adalah ‘Produsen Kebanyakan Lulusan Apoteker’. Nah, itu kan masalah, ya Bapak-Ibu. Masalah banget soalnya tersangka yang mengemuka di media adalah sepasang suami istri nan kaya raya. Sementara, Bapak-Ibu Redaksi mungkin perlu cek lagi di dunia nan fana ini, berapa banyak sih apoteker yang kaya? Lha, yang digaji kecil, kontrak sekian tahun–kalau resign bayar pinalti, ada juga lho. Kadang juga bonus ijazah ditahan. Lagi-lagi saya perlu bilang, ini pedih dan perih loh Bapak-Ibu.

FAKTA VAKSIN

Saya perlu sungguh bertanya kepada Bapak-Ibu Redaksi, sekalian saya mau tanya sama sumber datanya sekalian (tertulis di gambar: MRC), yang dimaksud ‘kebanyakan’ itu apa ya? Soalnya seingat saya yang walaupun apoteker tapi pernah belajar Bahasa Indonesia ini, ‘kebanyakan’ itu punya definisi setidak-tidaknya lima:

  1. perihal banyak; banyaknya; jumlahnya
  2. bagian yang terbanyak; sebagian besar
  3. biasa
  4. biasanya; pada umumnya
  5. terlampau banyak

Jadi, apakah yang dimaksud ‘kebanyakan’ itu adalah ‘sebagian besar apoteker’ atau ‘pada umumnya apoteker’ atau malah ‘terlampau banyak apoteker’? Ini penting, lho, Bapak-Ibu, soalnya seperti saya bilang tadi, tersangka produsen yang selama ini diungkap itu bukan apoteker. Kalau dibilang ‘kebanyakan’ itu berapa? Apakah dari–katakanlah–10 tersangka, maka 7 adalah apoteker, sesuai definisi ‘bagian yang terbanyak’? Atau berapa? Tolong dong saya diberi penjelasan nan berfaedah. Soalnya setahu saya belum ada tersangka produsen yang apoteker. Saya jadi tambah bingung bagaimana yang belum ada itu bisa disebut kebanyakan. Soalnya ini menyangkut gelar yang tersangkut di belakang nama saya. Kalau disebut ‘kebanyakan’ kan saya jadi deg-degan, jangan-jangan saya juga produsen, padahal saya memproduksi buku saja nggak laku.

Bukan kapasitas saya untuk mempetisi apalagi menggugat Bapak-Ibu Redaksi untuk pemberitaan ini. Maklum, secara registrasi periode STRA saya sudah berakhir, pun secara kompetensi, sertifikat saya sudah kedaluwarsa. Saya bukanlah apoteker yang layak dan pantas untuk menggugat Bapak-Ibu Redaksi karena saya hanyalah manusia yang pernah mengucapkan Sumpah/Janji Apoteker 7 tahun silam sehingga kemudian gelar itu melekat mesra dengan nama saya. Kalaulah dalam dunia kefarmasian dikenal istilah APA, maka saya bisa disebut sebagai APA, namun itu terbatas pada kepanjangan Apoteker Pendamping (Hidup) Apoteker. Begitulah, saya hanya mampu menulis surat terbuka ini, di blog saya sendiri–yang sepi dan minim job review ini, toh yang baca juga cuma sedikit. Semua ini demi Bapak dan calon Bapak mertua saya yang punya anak seorang apoteker, dan dengan luar biasanya disebut sebagai ‘produsen’ untuk keterangan ‘vaksin palsu’. Salah-salah Bapak saya menyesal berhutang banyak di Credit Union hanya untuk menempelkan gelar apoteker dalam nama saya. Kan ngeri, Bapak-Ibu, tolong dibayangkan, seperti Spongebob meminta kita untuk berimajinasi.

hqdefault

Bahwa adalah kekebasan, eh, kebebasan Bapak-Ibu Redaksi untuk memberitakan apapun tapi mbok ya diberi keterangan yang jelas. Memberitakan AnwaR dan pelariannya saya jelas dan runtut, masak memberitakan ApotekeR ditulis ‘kebanyakan’ yang jelas-jelas menurut kamus maknanya sampai sejumlah jari tangan kiri. Itu hanya untuk konten yang sama-sama diawali huruf A dan diakhiri huruf R, lho. Walaupun jelas sekali beda lelaki pemerkosa dan pembunuh dengan profesi bersahaja.

Intinya, sih, sederhana sekali, saya hanya minta tolong diberikan penjelasan nan segamblang-gamblangnya tentang klaim nan mengkhawatirkan itu. Semata-mata supaya rakyat nggak hilang arah dan gagal paham pada profesi apoteker. Hidup ini sudah sulit, Bapak-Ibu, bahkan lebih sulit daripada mencari parkiran pada Sabtu siang di IKEA maupun merebut remote dari Emak sewaktu nonton D’Terong, tolonglah jangan dipersulit dengan tayangan yang bikin orang gagal paham pada gawe kami-kami ini. Berikanlah penjelasan singkat saja perihal maksud tayangan itu tadi. Daripada di masyarakat jadi terdapat kebanyakan ngalor-ngidul dan kebanyakan mispersepsi karena kebanyakan nonton kebanyakan berita di Metro TV.

Demikian saja, Bapak-Ibu Redaksi. Salam dari Bapak saya, dan tolonglah sekali-kali kalau Bapak saya nelpon itu mbok diangkat.

Tabik,
Penggemar Kick Andy dan Metro Sports

7 Pertanyaan Ajaib Dari Pembaca ariesadhar.com

7 PERTANYAAN AJAIB

Mempersiapkan banyak hal dalam waktu yang semakin ketat seketat cawet sungguh menguras waktu, tenaga, dan terutama dompet. Dampak lainnya? Tentu saja blog ini yang makin hari makin trenyuh jumlah visitornya. Bahkan pada Lebaran silam, jumlahnya sudah di bawah angka psikologis saya. Aduh! Oh, satu lagi, saya dikasih tahu Kakak Farizka bahwa kata Kakak Dita Malesmandi, tulisan saya terlalu serius. Hmmm, mungkin yang dibaca oleh Kak Dita adalah tulisan-tulisan yang buat lomba, yang mana daripada saya ikuti karena butuh hepeng. Heuheu.

Oke, agar tidak terlalu serius, mari kita menyediakan sebuah posting khusus untuk menjawab beberapa pertanyaan yang diketik oleh manusia Indonesia di Google hingga kemudian mereka dengan suramnya kandas di ariesadhar.com. Saya hanya ambil 7 pertanyaan saja, semoga mewakili aspirasi banyak pihak. Tenang, saya tidak akan mendengarkan aspirasi siapapun, hitung-hitung belajar jadi kayak yang di Senayan.

Bakul bakso di Senayan, maksudnya.

1. “kenapa cewe ngelike doang tanpa komen di inbox fb”

Picture1

Sebuah pertanyaan yang perlu penelaahan tingkat Kementerian/Lembaga. Untuk menjawab pertanyaan ini tentu saja kita perlu data yang komprehensif. Jangan-jangan yang dibuat oleh penanya kita di dinding Facebook-nya adalah share dari blog ariesadhar.com, ya wajar kalau begitu. Masih mending dia nge-like. Atau jangan-jangan yang diunggah adalah foto si penanya sedang memamah biak, sungguh sangat wajar untuk di-like saja tanpa dikomentari.

Tenang, saya dulu juga begitu. Bikin status mlipir-mlipir, kali-kali aja gebetan-nan-tak-bisa-digapai itu mahfum. Dia nge-like, sih, tapi yang lain juga nge-like. Lha iyo, wong status FB saja itu dibikin lucu, ngenes, dan sangat like-able. Sejatinya hal semacam ini nggak usah dipertanyakan, karena sudah pasti penanya kita adalah penganut tarekat Cinta Diam-Diam. Jadi, jawaban untuk pertanyaan ini? Gampang. Dia nggak suka sama situ, kak. Dia cuma suka status situ. Fix!

2. “pria 36 tahun kerja blm mantap masih jomblo apa ada cewek yg mau”

Sesungguhnya saya masih menerka ekspektasi penanya kita hingga bisa-bisanya menuliskan hal semacam itu, alias bertanya, di Google. Pun, saya juga heran, kok bisa dia sampai ke ariesadhar.com. Ya, memang hingga usia yang nyaris 30, pemilik ariesadhar.com belum kawin, tapi kan nggak jomblo. Cih!

Picture2

Selengkapnya!

11 Hal Yang Dapat Dilakukan Saat Menjemput Pasangan Yang Belum Kelar Urusannya

11 Hal Yang Dapat Dilakukan Saat Menjemput Pasangan Yang Belum Kelar Urusannya

Suatu ketika di kesunyian kantor tampaklah dua orang sedang main Pro Evolution Soccer di laptop. Ketika Gareth Bale sedang menggiring bola mendekati garis gawang, tetiba terdengar suara ringtone iPhone SE. Diangkatlah gawai itu dengan segera, mungkin karena di layar ponsel muncul tulisan, “Kantor Polisi”.

“Halo?”
Dari speaker lantas terdengar, “jemput, ya, Pah. Mamah udah mau keluar.”

Sontak Gareth Bale mutung. Dia segera mengambil bola dan tanpa minta di-close, dia nge-close sendiri layar PES-nya. Kegagalan mencetak gol dalam pertandingan PES ini sama pedihnya dengan gol bersih yang dianulir pas El Classico untuk melengkapi gol trio maut BBC.

“Sorry, coy! Gue jemput bini dulu!”

Selengkapnya klik di sini, ya!