Yang Berbeda Hanya Waktu

Ini tentang rasa itu
Ini soal  rasa yang kusebut cinta
Ini soal hati yang telah memilih

Ini juga tentang semua yang telah terjadi
Ini juga soal semua yang telah kita lewati
Ini masih mengenai hubungan rasa dan waktu

Percayakah kamu, kalau tidak ada yang berubah?

Rasa itu tetap ada, tidak sedikitpun hilang
Bahkan ia membesar

Aku masih sama, Sayang!
Aku masih disini dengan rasa yang sama
Aku masih disini untuk mencintaimu

Entahlah
Aku hanya bisa menerka
Aku hanya bisa berharap
Aku bahkan sering bermimpi
Bahwa hal yang sama terjadi padamu

Kalaulah itu terjadi
Aku masih sama
Kamu masih sama

Yang berbeda kini hanyalah waktu
Dulu dan sekarang
Kini dan nanti

Ketika dalam mimpiku
Di dalam nanti itu
Akan ada “KITA”

-Senin Pagi, 081012-

Tulang Rusuk

Aku hanyalah pria yang hendak memberikan cinta yang sepenuhnya
Aku hanyalah pria yang selalu ingin kamu tersenyum
Aku hanyalah pria yang berharap kesedihan akan jauh dari dirimu

Aku hanyalah pria yang tidak meyakini kamu sempurna
Aku hanyalah pria yang meyakini jika kamu adalah yang terbaik
Aku hanyalah pria yang juga manusia biasa yang punya banyak salah
Aku hanyalah pria yang selalu berharap ada maaf untuk setiap ketidaksempurnaan

Aku hanyalah pria yang membayangkan masa depan bersamamu
Aku hanyalah pria yang selalu khawatir pada dirimu
Aku hanyalah pria yang rindu gelak tawamu
Aku hanyalah pria yang rindu suara kantukmu
Aku hanyalah pria yang membenci setiap tetes air mata kesedihan menetes dari bola matamu

Aku hanyalah pria yang berharap dapat mendekapmu dalam pelukku hingga kamu tertidur lelap disana
Aku hanyalah pria yang telah menemukan tulung rusukku, yang adalah kamu

🙂

Teman

Apa yang harus disyukuri dalam hidup? Pasti banyak, bahkan bisa hidup itu harus disyukuri dalam setiap tarikan nafas. Tapi terkait kemajuan zaman, saya bersyukur berada pada masa yang tepat.

Yah, saya baru punya FB dan HP yang bisa internet 3G (bukan 3gp) pada Desember 2008. Pada saat itu di FB baru ada bule-bule gila. Kalimat itu milik Lussy Dugonk yang waktu itu jadi 1 dari sedikit teman FB saya. Pada Desember 2008 saya memasuki masa-masa akhir studi.

Kenapa tepat?

Karena saya nggak kebayang kalau saya dalam masa studi dan saya sudah punya ponsel pintar plus akses linimasa. IP saya di kuliah yang sudah jongkok akan semakin jongkok, bisa tiarap malah.

Berikutnya, ya, memang saya termasuk kurang mengikuti zaman. Kalau yang lain sudah ber-BB ria, saya malah nggak. Saya setia pada sebuah benda yang saya beli di IP Palembang seharga 1,4 juta bernama LG GW300. Benda itu saya pakai terus sampai kemudian godaan muncul.

Era Android sudah masuk, dan saya termasuk ketinggalan. Nah, teman-teman saya mulai menggunakan aplikasi Whatsapp. Interaksi saya dengan teman-teman memang tidak banyak. Kenapa? Ya karena saya memilih untuk kerja di Palembang, jauh dari teman-teman di Pulau Jawa. Pada awal-awal kerja, sekitar Juli 2009, sempat ada sebuah forum bernama ‘Ngalor Ngidul’ yang isinya email-email kantor berbagai perusahaan farmasi di Indonesia dan isinya ngomongin nggak jelas *halah*

Forum itu perlahan punah seiring pindahnya beberapa orang sehingga mengurangi member forum.

Lalu beralih ke FB, ada sebuah pesan FB isi banyak bernama ‘Jangan Sampai Putus Kontak’, sempat ramai, lalu musnah lagi.

Ketika saya mendengar ada Grup Whatsapp antar teman-teman yang nggak jelas ini, saya mulai goyah. Memang sih, keypad si GW300 sudah memintanya untuk diganti. Akhirnya dengan uang arisan (yang untungnya masih selamat) saya membeli sebuah HP Android, paling murah.

Akhirnya saya join grup Whatsapp. Hore juga. Memang timbul tenggelam, kadang ada, kadang nggak. Wajar, orang kan punya kesibukan masing-masing.

Pas lagi di mobilnya Boriz, saat berhenti menunggu Robert di perbatasan kota Wonosari, dibuatkan sebuah grup Whatsapp bernama UKF DLN2. Dari mana aja udah kelihatan kalau yang buat malas, namanya aja ngasal. 🙂

Tapi kemudian di grup itulah, saya bisa tertawa ngekek sendirian di kamar, atau bahkan di kantor. Hanya sebatas kata-kata yang tertulis, tapi kemudian mampu menyunggingkan senyum hingga membuat tawa terbahak-bahak. Asli ngekek.

Yah, ada yang di Pangkalpinang, ada yang di Pontianak, dan berbagai tempat lainnya, tapi bisa bersatu bercanda bersama di sebuah layanan yang disediakan Whatsapp. Ini hiburan ketika hidup mlai semakin pelik. Membaca sebaris dua baris kalimat di grup itu setidaknya mampu membuat ngekek. Yah, hinaan itu paralel dengan tawa dan canda plus paralel dengan kebersamaan. Jadi satu, tidak terpisahkan. Mungkin inilah yang namanya teman.

Bukan begitu? 🙂