Bukittinggi: Kota Pendidikan?

Saya agak trenyuh membaca tulisan yang saya baca dari web pemerintah kota ini, maaf seribu maaf, tapi sebagai orang yang lahir dan menjelang besar dan dibesarkan oleh dunia pendidikan disana, saya merasa perlu urun komentar.

Profil dibawah asli diambil dari http://www.bukittinggikota.go.id/v2/index.php?class=text&file_id=108


Bidang Pendidikan

Bidang pendidikan ditetapkan menjadi potensi unggulan daerah Kota Bukittinggi, juga sejalan dengan fungsi dan kondisi alamiah Kota Bukittinggi dengan udaranya yang sejuk akan sangat mendukung bagi penyelenggaraan pendidikan, sebagaimana didunia ini Kota Pendidikan itu adalah kota yang berudara sejuk.

Oleh karena itu, sejak dari zaman Belanda, Kota Bukittinggi dan sekitarnya dijadikan sebagai tempat pendirian pusat-pusat pendidikan. Kita kenal dengan “ sekolah Raja “,Fakultas Kedokteran Pertama, Sekolah Mosvia, Kweek School, Mulo, Sekolah Tata Praja (APDN), HIS dan Ambach shcool. Dan pada Zaman awal kemerdekaan berdiri sekolah Polwan dan kadet serta Pamong Paraja yang pertama di Indonesia, bahkan Universitas Andalas yang saat ini berada di Padang, sebelumnya berada di Bukittinggi.

Dalam melestarikan bukti sejarah pendidikan tersebut, pemerintah kota Bukittinggi telah membangun Monumen Kadet dan Tugu Polwan serta melestarikan bangunan Pamong Paraja.

Peningkatan pelayanan pendidikan dijadikan sebagai salah satu agenda pembangunan ini tidak hanya pada pendidikan dasra dan menengah, tetapi juga pada pengembangan pendidikan tinggi yang berbasis aqidah. Melalui peletakan prioritas pembangunan pada peningkatan kualitas pendidikan diharapkan kualitas sumber daya manusia secara bertahap akan dapat ditingkatkan dan pondasi pendidikan bertaraf internasional dapat diwujudkan.

Bukittinggi sebagai Kota Pendidikan telah memiliki sarana dan prasarana pendidikan yang memadai karena saat ini telah tersedia 34 Taman Kanak-kanak, 59 Sekolah Dasar, 10 SLTP, 15 SMU, 13 SMK dan 18 Perguruan Tinggi. Jangkauan pelayanan pendidikan tidak hanya untuk putra daerah Kota Bukittinggi saja, akan tetapi meliputi Wilayah Sumatera Barat bagian Utara, sebagian Riau, Sumatera Utara dan Jambi. Demikian juga tenaga guru/ dosen telah memadai sehingga prestasi akademik pelajar kota ini sangat membanggakan.

Dengan kondisi demikian maka ke depan orientasi pendidikan harus diupayakan bagaiman menciptakan kualitas akademik yang tinggi dibarengi dengan kualitas agama yang sempurna. Hal ini harus kita antisipasi karena dampak globalisasi akan menyebabkan pengaruh negatifnya merasuk ke rumah tangga. Untuk itu kedepan akan dikembangkan Pembangunan SDM berbasis Aqidah, maka pola pendidikan yang berbasis agama sudah dimulai sejak dini (dari kandungan)


Saya terpaksa comment:
1) tidakkah aneh angka 34 Taman Kanak-kanak, 59 Sekolah Dasar, 10 SLTP, 15 SMU, 13 SMK dan 18 Perguruan Tinggi?
Yup, 59 SD berbanding 10 SLTP. Apakah siswa-siswa dari 59 SD itu akan masuk di 10 SLTP yang dimaksud? Mungkin tidak juga. Mungkin anak-anaknya lari ke Padang? Bisa jadi.
2) Ini poin utama saya, dan ini adalah hasil pengamatan saya sejak lama, sejak saya meninggalkan kota kelahiran saya dengan alasan pendidikan.
Bukittinggi itu sangat sangat sangat potensial dari sisi SDM. Nggak percaya? Pada kenal Bung Hatta, Syahril Sabirin, dan tokoh2 lain yang besar di Bukittinggi? Itu potensi besar, buessarrr sekali.
Tapi yang terjadi, dan saya amati betul dari teman-teman saya yang notabene asli sana. Kecenderungan merantau itu pasti, khas Minang. Selalu ada dorongan untuk merantau.
Mengapa merantau? Untuk mencari kesempatan mendapatkan yang lebih baik. Well, lets talk about the name of university. Ada yang tahu nama universitas disana? Saya tahu, karena saya menjelang besar disana.
Lantas kemana bibit2 unggul disana mencari ilmu? Nggak mungkin di kampung sendiri, dengan kualitas yang maaf, masih kalah dengan kualitas anak-anak Bukittinggi. Sekali lagi maaf, tapi ini faktanya.
Itulah yang menyebabkan anak-anak pintar dari Bukittinggi kemudian lari mencari pendidikan ke Padang, Medan, Jakarta, Bandung, sampai Jogja. Dan mereka tidak masuk di Universitas sembarangan, ITB, UI, UGM, UNPAD, STAN, USD (itu saya hahaha..) ada semua.
Dan kecenderungannya, tentu, sudah kadung merantau ke Jakarta-Bandung-Jogja, maka akan mencari penghidupan di tempat yang dekat-dekat situ. Intinya: jarang yang kembali. Dan jadilah tunas-tunas itu mekar di tempat lain.
Maaf, maaf, dan maaf. Tapi ini kenyataan, yang sepenuhnya saya lihat di lapangan.
Lantas?

Aku Tak Mau Kehilangan

Aku Tak Mau Kehilangan

Aku dapat tetap terjaga hanya untuk mendengarmu bernafas
Melihatmu tersenyum saat sedang terlelap
Sementara kamu jauh bermimpi
Aku bisa menghabiskan hidup dalam penyerahan diri yang manis ini
Aku bisa tetap tersesat pada saat ini selamanya
Dimana setiap saat dihabiskan dengan Anda adalah harta yang kucari

Aku tidak ingin menutup mata, aku tidak ingin jatuh terlelap
karena aku akan merindukanmu sayang dan aku tak mau kehilangan
Karena bahkan ketika aku bermimpi indah tentangmu adalah hal yang tidak pernah terjadi
Aku masih akan merindukanmu sayang dan saya tidak mau kehilangan

Berbaring dekatmu, merasakan merasa detak jantungmu
Dan aku bertanya-tanya apa yang kamu impikan
Bertanya-tanya apakah aku yang kamu lihat
Lalu aku mencium matamu dan berterima kasih kepada Tuhan bahwa kita bersama-sama
Aku hanya ingin tinggal bersama kamu di saat ini selamanya, selama-lamanya

Aku tidak ingin ketinggalan satu senyuman, aku tidak mau ketinggalan satu kecupan
Aku hanya ingin bersama kamu, di sini denganmu, seperti ini
Aku hanya ingin menahan kamu dekat, merasa hatimu begitu dekat denganku
Dan hanya tetap sini pada saat ini untuk semua sisa waktu
Aku masih akan merindukanmu sayang dan aku tak mau kehilangan

* * *

Hayo, lagu opo iki? Hehehe…

Pohon Kersen dan Bunga Gladiol


Kelas I SMA, pelajaran yang paling menarik di sesi Bahasa Indonesia adalah membuat cerita. Ketika kita mengalami kebuntuan: (1) ambil satu cerita, (2) lanjutkan cerita itu dalam 3 paragraf, (3) buang cerita asli, dan (4) lanjutkan 3 paragraf itu menjadi sebuah cerita lagi.

Special thanks kepada pemilik cerita asli 😀

Tersebutlah sebuah pohon kersen di suatu taman. Ia sendirian, hanya kadang parkit dan hujan yang menemaninya.

“Ada baiknya kita tanam bunga disini..” sebut seseorang yang berdiri di bawah pohon kersen, pada suatu siang yang terik.

“bunga apa?”

“Gladiol agaknya menarik”

Bunga gladiol adalah salah satu bunga kebun yang terindah dan merupakan tanaman bunga hias yang termasuk dalam keluarga iridaceae. Tanaman ini berasal dari Afrika selatan dan sebagian kecil spesis lainnya berasal dari Eurasia. Julukan lain dari bunga gladiol ini adalah “sword lily” atau pedang kecil dikarenakan bentuknya yang merupai. Bunga gladiol ini dapat tumbuh di ketinggian 90 sampai 150 cm dan mempunyai nilai ekonomis yang cukup baik. Warnanya juga bervariasi ada yang putih, kuning, oranye, merah-muda, dan merah. Tanaman ini bisa tumbuh dengan baik pada tanah ber-pH 5,8-6,5 dalam suhu 10-25⁰ C sangat toleran pada berbagai struktur tanah, dari tanah yang ringan berpasir dengan berbahan organik rendah sampai tanah yang berat berlempung atau liat. Tanaman gladiol akan berbunga sekitar 60-90 hari setelah tanam. Kelebihan dari bunga potong yang satu ini adalah kesegarannya bisa bertahan sampai sekitar satu setengah minggu dan dapat berbunga sepanjang waktu. Warnanya dan penampilannya akan tampil maksimal jika ditanam di kondisi dimana mereka mendapatkan cahaya matahari yang penuh, dan dapat membantu tanaman ini menyimpan energi matahari tersebut untuk masa pertumbuhannya di tahun berikutnya. Perlu diingat juga bahwa bagian tertentu dari bunga gladiol ini mengandung racun, jika dimakan atau disentuh bisa mengakibatkan reaksi iritasi atau alergi. Manfaat dari bunga gladiol ini adalah untuk sarana peralatan tradisional, untuk keperluan agama, ritual ritual tertentu, dan upacara kenegaraan. Bunga gladiol ini adalah salah satu cut-flowers atau bunga potong yang paling banyak dicari orang baik sebagai bunga hias atau untuk keperluan tanaman kebun karena bunga ini sangat menarik perhatian atau “eye-catching”.

Gladiol, pikir pohon kersen, terdengar menarik. Ia memang terlalu lama disana, sehingga wawasannya kurang. Ia tidak tahu seperti apa bentuk bunga gladiol itu, hanya kedengarannya menarik.

Ia begitu menanti kehadiran gladiol, setiap kali sang pemilik taman tiba, ia selalu berharap dapat melihat sosok bernama gladiol itu. Baginya gladiol dapat menjadi tambatan dari kesendiriannya di taman ini. Lagu lawas berkata “I knew I love you, before I met you

Sampai suatu ketika, di suatu senja, ketika pohon kersen dalam kantuk dan kesendiriannya, ia merasakan sesuatu yang lain ketika benar-benar terjaga. Sesosok indah bunga gladiol ada di dekatnya, sungguh-sungguh dekat.

Gladiol itu masih baru dan kecil. Meskipun besar nanti, pasti tidak akan sebesar pohon kersen. Itu keniscayaan.

Pohon kersen pada dasarnya telah dapat akrab dengan gladiol, namun itu semata-mata dalam halnya melindungi si kecil gladiol. Meskipun pohon kersen berharap agar keindahan di depan mata itu benar-benar menjadi pelangkap dirinya.

Suatu kali, pohon kersen hendak mendekat, bercerita lebih dalam.

Ia melihat sesosok kumbang bercengkrama manis bersama gladiol. Hatinya tertusuk. Mengapa kumbang yang datang dan pergi itu bisa begitu dekat dengan gladiol, sementara ia yang selalu ada disana, tidak dapat menyentuhnya.

Satu hal, pohon kersen tidak pernah bercerita kepada siapapun. Ini berbeda dengan upaya-nya yang lain, ia masih dapat bercerita dengan parkit, dengan hujan, bahkan dengan awan.

Pohon kersen kemudian menjadi saksi, ketika kumbang gila meninggalkan gladiol dalam keadaan terluka dan menangis. Pohon kersen kemudian menjadi pelindung, penyemangat sampai akhirnya gladiol dapat tersenyum kembali.

Namun, hanya sampai disitulah pohon kersen bertindak.

Lagi-lagi ia tiada mampu menyatakan, bahwa gladiol telah dapat memberi semarak pada jiwanya. Dan ia hanya mampu menyimpan itu sendiri. Hanya sendirian.

Kini ia hanya mampu menyaksikan gladiol tengah menikmati keindahan hidup bersama kupu-kupu. Pun gladiol masih sempat menyampaikan ketakutannya akan terluka lagi. Pohon kersen hanya dapat mendengar dan berucap seolah-olah tanpa ada hati yang terluka.

Mungkin ia harus mengutuk seseorang yang pernah berkata, “apabila kamu mencintai sesuatu, kamu pasti bahagia apabila sesuatu itu bahagia”

Yang ada saya sedih Tuan, batin pohon kersen.

Dan itulah yang terjadi sekarang, pohon kersen dalam kesendiriannya, menatap gladiol menggapai asa dengan kupu-kupu yang selalu hinggap manis kala senja hari.

Ini ironi, ia begitu dekat, tapi kau tak mampu-bahkan sekadar-untuk menyentuhnya.

Teori menyebut gladiol beracun, tapi bukan racun itu yang membuat pohon kersen iritasi dan alergi, tapi ketidakmampuannya mengucapkan cinta.

Hanya 1 soal, mengapa pohon kersen tak mampu mengucapnya, sedangkan ia begitu dekat?

Tidak ada yang tahu, karena memang pohon kersen memilih untuk menyimpannya sendiri.

* * *

inspired by: http://bailaconmigo-jola.blogspot.com/

Terima Kasih

Dear All,

Pada kesempatan ini saya hendak mengucapkan terima kasih atas semua kesempatan, bantuan, kerjasama, dan hubungan baik yang telah saya alami dalam 2 tahun berinteraksi bersama seluruh tim yang terlibat di tempat ini. Support yang luar biasa tersebut telah terbukti dapat memberi makna dan nilai pada seseorang yang sebelumnya bukanlah siapa-siapa.

Ucapan terima kasih secara khusus saya sampaikan kepada DC, Tim PS, dan teristimewa kepada tim saya, yang dengan caranya masing-masing telah memberi makna khusus dalam keseharian saya di tempat ini.

Sebagai manusia biasa, saya juga menyampaikan permohonan maaf atas kesalahan dan kelalaian yang terjadi baik sengaja maupun tanpa saya sadari, sesungguhnya segala ketidaksempurnaan itu tanpa maksud selain upaya untuk memberikan kontribusi yang terbaik.

Per esok hari, saya akan bertugas di tempat baru dan tentunya masih akan berinteraksi aktif dengan tim yang ada di sini. Semoga kerjasama yang telah berjalan baik selama ini, dapat terus menjadi semakin baik. Demikian pula koordinasi antara tim saya dengan seluruh tim yang ada di sini pastinya akan bertambah baik pula.

Segala isu terkait pekerjaan dapat disampaikan ke partner , cc atasan saya.

Tuhan selalu menyertai dan memberikan kesuksesan kepada kita.

Terima kasih

Hormat Saya

Kita hanyalah manusia biasa, dengan karya yang luar biasa”

Perpisahan

Lagu terbaik untuk menggambarkan perpisahan adalah milik Sheila on 7, Sebuah Kisah Klasik:

Jabat tanganku, mungkin untuk yang terakhir kali

Kita berbincang tentang memori di masa itu

Peluk tubuhku, usapkan juga air mataku

Kita terharu, seakan tiada bertemu lagi

Bersenang-senanglah karena hari ini yang kita rindukan

Di hari nanti, sebuah kisah klasik untuk masa depan

Bersenang-senanglah karena waktu ini yang kan kita banggakan

Di hari tua.. ooo…

Sampai jumpa kawanku

Semoga kita selalu, menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan

Sampai jumpa kawanku

Semoga kita selalu, menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan

Mungkin diriku masih ingin bersama kalian

Mungkin jiwaku masih haus sanjungan kalian

Selalu menjadi pernyataan yang kekal bahwa suatu perpisahan tidak akan terjadi tanpa adanya pertemuan. Ya iyalah, gimana bisa berpisah kalau tidak pernah bertemu. Hal ini tidak terbantahkan.

Satu hal yang menjadi perbedaan adalah aspek perpisahan itu sendiri. Apakah perpisahan itu dengan tidak baik atau dengan baik dan penuh haru.

Adapun, baik pertemuan dan perpisahan, sangat terkait dengan suatu hal bernama keputusan. Pertemuan terjadi karena adanya keputusan, demikian pula dengan perpisahan. Tak peduli ini keputusan pihak-pihak yang berpisah atau keputusan pihak lain yang ada di luar itu.

Well, apapun itu, nyaris tiada yang suka dengan perpisahan.

Sudahlah, tak perlu membahas banyak soal perpisahan. Karena toh ini bagian dari perjalanan hidup, bagian dari keputusan hidup.

Yang terpenting, bagian terbaik dari perpisahan adalah saat anda mengetahui bahwa anda dicintai. That’s All!

Masih Soal Gawang

Hmmm.. Posting saya kemarin belum memuaskan saya. Masih banyak yang ingin di-share.. hehehe..

Let’s see

Jadi kiper itu tentu saja perlu latihan. Karena dari latihan-lah lahir kesempurnaan, atau setidaknya sense untuk menangkap bola.

Lalu, sebelum bertarung, tentunya perlu bergembira sejenak. Karena kegembiraan sejenak dapat menghilangkan ketegangan. Walaupun belum tentu menambah kekuatan. Sekilas senyum itu penting.

Dan jangan lupa foto-foto dulu. Ini wajib dalam upaya nampang. Wow..

Dan sesudah nampang, tentunya bersiap. Dalam hal ini berdoa itu perlu. Tentunya sebelum pertandingan mulai.

Oya, dalam pertandingan, ada kalanya sang kiper harus mengembalikan bola ke lapangan dengan caranya sendiri.

Kurang jelas ya.. hmmm.. kira-kira jelasnya begini:

Bentuknya memang agak aneh. Hehehe..

Jangan lupa waspada atas serangan yang ada, itu penting sekali.

Waspada itu perlu, karena kadang-kadang kita akan dijegal. Btw, dijegal itu sakit loh.. Maka sedikit protes itu perlu.

Tentu waspadai juga kemelut yang ada. Ini yang sulit, mengambil keputusan itu sudah sulit, dan keputusan itu belum tentu benar pula. Ngenes juga…

Hmmm… sudah demikian-sudah jatuh-sudah usaha, tetap ada peluang untuk kebobolan.

Yah, kebobolan itu pasti pahit rasanya. Tapi tidak boleh meratap terus menerus. Waktu terus berjalan. Kita masih perlu usaha untuk menepis bola-bola lainnya. Sambil, kadang berharap, segeralah teman kita mencetak gol dan segeralah pertandingan selesai. Hehehe..

Demikian sedikit sharing saya soal gawang.

Penjaga Gawang

Apa yang anda pikir ketika melihat ini:

Kalau buat saya, gawang ini berarti sebuah kepercayaan dan usaha untuk membayar kepercayaan yang telah diberikan. Terlalu berlebihan? Tidak juga.

Apa makna bahwa gawang ini kepercayaan? Jelas sekali, peraturan di olahraga sepakbola menyebutkan bahwa ada 1 orang yang boleh menjaga gawang dari kebobolan. Apa pula makna kebobolan? Sederhana sekali, hasrat dasar manusia adalah kemenangan. Kemenangan terjadi, setidaknya, harus dimulai dari kenyataan bahwa sang penjaga gawang alias kiper tidak mudah ditembus.

Dari 11 orang yang bertarung, hanya 1 yang diberi peran menjaga gawang. Ia diberi kepercayaan, diberi hak khusus, boleh memegang bola. Kepercayaan itu yang harus dibalas dengan penampilan, sederhana saja, tidak kebobolan.

Posisi ini sungguh menarik. Dalam satu tim sepakbola misalnya, setidaknya akan ada 20-an pemain, dan hanya 3-4 orang saja yang menjadi kiper. Namun, bersaing untuk 3-4 itu juga tidak sesimpel yang dikira. Sang kiper yang sudah mendapat kepercayaan dari tim, akan selalu ada di bawah mistar, sampai semampunya.

Kiper juga rata-rata diberi nomor punggung 1. Nomor pertama dalam sistem penomoran yang diakui sepakbola. Apalagi kurangnya?

Cuma ya itu, tanggung jawab yang diberikan harus dibalas dengan penampilan. Jatuh itu pasti untuk kiper. Terbang itu kemungkinan besar. Kontak antara kepala dengan dengkul orang peluangnya 50-50.

Dan yang pasti, satu prinsip yang harus dianut oleh para penjaga gawang.

bukan soal sebanyak atau seindah apapun penyelamatan yang kamu lakukan, tapi soal berapa banyak gol yang bersarang di gawangmu

Quote di atas sifatnya mutlak.

Yah, seringkali penjaga gawang sudah tampil semaksimal mungkin, namun ketika lawan lebih kuat selalu ada peluang untuk mencetak gol. Maka, sebanyak apapun penyelamatan, itu tidak masuk angka skor. Memang bisa dibalas dengan argumen, “kalau tidak diselamatkan, maka gol akan menjadi sekian” dan memang hanya itu saja. Angka yang tercatat sampai akhir hayat adalah berapa skor akhir pertandingan tersebut. Itulah mengapa posisi ini identik dengan usaha membayar kepercayaan.

Oya, ada hal lain terkait kepercayaan ini.

Ketika kepercayaan itu sedikit ternodai, maka selalu ada kepercayaan berikutnya. Kok jadi rumit ya?

Begini. Suatu kali saya menjaga gawang, dan berhasil menyelamatkan satu tendangan keras. Di lain waktu dalam pertandingan yang sama, pemain yang sama melepaskan tendangan yang lebih pelan, namun bola berputar dan perlahan masuk ke gawang meski sempat ditepis. Ini blunder. Jelas sekali.

Tapi apa yang dilakukan teman-teman saya, mereka maju ke titik tengah dengan tetap memberikan jempolnya pada saya.

Tidak cuma saya yang baru hitungan jari jadi kiper, coba lihat saja kiper-kiper yang melakukan blunder. Seketika setelah blunder terjadi, rekan-rekan akan datang menghampiri dan memberikan penguatan.  Itu yang saya maksud dengan kepercayaan berikutnya. Itulah kadang saya kurang setuju dengan pergantian kiper karena performa.

Yah, posisi apapun selama itu di tim sepakbola, selalu punya makna. Saya membahas posisi ini semata karena keunikan dan ke-spesial-annya. Itu saja. Tiada tendensi lain.

Hujan mulai deras ketika malam semakin larut, saatnya kembali ke peraduan, agar kembali segar kala mengawal gawang dari terjangan masalah di esok hari. Semangat!!!

Dan kembali ini soal passion..

Rene Suhardono menulis buku yang sangat menyentuh nurani saya, terlihatnya buku itu tepat ketika saya berada dalam kegalauan berkarier. Dan bagian terpenting dari buku itu adalah kalimat “Passion is not what you are good at. It’s what you enjoy the most.” Dan satu bagian terbaik adalah perbedaan antara Career dan Job, bahwa Job adalah bagian dari Career. Yap, pekerjaan hanyalah bagian dari untaian karir kita, tentunya dengan aspek bahwa ‘seharusnya’ ada kaitan signifikan antara karir dan passion. Kenapa? Karena hanya dengan keberadaan passion-lah, manusia dapat menentukan dan menjalankan karir-nya. Mengutip blog seorang teman, bahwa passion adalah juga a strong of affection or enthusiasm for an object.

Yap, sejatinya memang tidak akan ada sesuatu yang dahsyat yang akan tercapai tanpa antusiasme.

Nah, celakanya, saya sendiri masih kurang paham passion saya dimana. Maksudnya bukan benar-benar tidak paham, tapi belum sepenuhnya paham.

Ada jalur-jalur yang saya rasa menjadi kunci mengapa perjalanan membawa saya pada kondisi yang sekarang ini. Mulai saat memilih masuk IPA di SMA, mulai saat memilih fakultas di perkuliahan, sampai saat saya memilih untuk bekerja di bidang tertentu. Jalur-jalur itu menentukan. Pada saat itu, saya belok mengikuti satu arah tertentu, yang membawa kemari. Ibarat kata jalan ke luar kota, pasti ada percabangan, dan cabang-cabang jalanan itu akan menuju ke tempat yang berlainan pula.

Saya memang belum sepenuhnya paham. Namun saya masih paham bahwa antusiasme saya pada sebuah pengembangan adalah besar. Bagi saya, turut terlibat membangun suatu sistem adalah kegairahan tersendiri. Terlibat aktif ketika ada pengembangan baru, ada sistem baru, dan menjadi bagian penting dari sistem itu sebenarnya cukup menarik. Dan jangan lupa, berkembang dalam membangun selalu punya tantangan tersendiri.

Berkembang dalam membangun tentunya beda dengan berkembang dalam sesuatu yang sudah eksis. Berkembang dalam membangun memberikan kesempatan kepada kita untuk menunjukkan diri, menujukkan kemampuan.

Satu kelemahan dari antusiasme ini. Ketika kondisi sudah menjadi statis dan eksis, maka antusiasme perlahan akan berkurang. Atau yang kedua, kondisi tidak sepenuhnya berhasil dan mempengaruhi banyak aspek, tekanan meningkat, dan antusiasme menurun.

Mengapa?

Ini tentunya beda dengan antusiasme pada perkembangan yang baru. Kita akan selalu antusias melakukan eksplorasi sampai pada titik dan deadline yang ditetapkan. Kita akan terpacu untuk berbuat yang terbaik dalam menaklukkan kondisi yang baru berkembang itu. Agar apa? Agar kita jadi penguasanya.

Sayangnya, ketika kondisi perubahan itu berjalan dan terkadang ada cacat-cacat dalam perjalanannya, sehingga mempengaruhi sisi teknis dari suatu pekerjaan, disitulah antusiasme menurun. Pada titik itu, kita dihadapkan pada kenyataan bahwa kita belum sepenuhnya menaklukkannya.

Ketika kondisi sudah sepenuhnya baik, kita akan sangat kehilangan antusiasme karena memang tidak ada lagi yang bisa dilakukan. Dan satu-satunya cara adalah mencari tantangan baru.

Sebenarnya saya hanya ingin berbagi soal itu saja sih. Mengingat saya masih harus mencerna banyak hal agar mengerti sepenuhnya soal passion saya, maka sebatas itu dulu wacana-nya. Hehe..

Semangat!!