Category Archives: Pertandingan

Sesekali mencoba menguji karya :)

Mengintip Masa Depan Gemilang Indonesia di Indonesia Development Forum 2022

Pembukaan IDF 2022 oleh Sekretaris Kementerian Bappenas (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Bagaimana rasanya jika dalam 2 hari, hidup kita dipenuhi oleh ide dan inovasi? Antara excited dan optimis, bercampur keraguan dan tendensi apatis terjadi. Hal itulah yang terjadi ketika saya berada di tengah-tengah acara Indonesia Development Forum 2022 tanggal 21-22 November 2022 silam.

Oya, sebagai pendahuluan mungkin saya perlu menyebut bahwa kalaulah ada suatu rangkaian kegiatan yang panjangnya (ternyata) minta ampun karena terdampak pandemi COVID-19, maka kita harus menyebut Indonesia Development Forum 2022 sebagai salah satunya.

Begini saya ceritakan dahulu…

Saya kebetulan mengikuti Call for Submission (CfS) di IDF 2021 pada kategori Ide dan kebetulan pula masuk list. Sebagai gambaran, kala mengikuti CfS tersebut, status saya adalah pegawai tapi non-aktif karena tengah menjadi mahasiswa pascasarjana Ilmu Administrasi Universitas Indonesia. Mendekati akhir tahun 2021, saya mendapat surel bahwa kegiatan ditunda sebagai dampak pandemi. Di sisi lain, saya kemudian menanggalkan status mahasiswa dan kembali menjadi remah-remah birokrasi pada umumnya.

Karena posisinya adalah saya sebagai mahasiswa UI, maka seluruh kontak terkait IDF ada di email UI saya. Email itu memang masih ada, tapi sesudah lulus tentu saya sudah jarang-jarang buka. Eh kok ya pada awal tahun saya melihat Instagram IDF dan melihat nama saya ada di dalam salah satu publikasi. Saya kemudian membuka email kampus itu dan melihat bahwa prosesnya ternyata sudah berlangsung nyaris 3 minggu dan saya baru tahu 3 hari sebelum sesi pemaparan ide.

Namanya orang Indonesia, saya masih bisa bilang, “untungnya masih kebaca…”

Sesudah sesi pemaparan tersebut, masih banyak rangkaian kegiatan lainnya di berbagai kota di Indonesia dengan kemudian acara pamungkasnya di Bali pada tanggal 21-22 November 2022. Kebetulan sekali, saya berkesempatan mengikuti langsung kegiatan puncak Indonesia Development Forum 2022 tersebut.

Sebagai remah-remah birokrasi, saya tentu menginap di hotel yang berbeda dengan lokasi kegiatan. Dengan semangat tinggi, saya datang pagi-pagi untuk bisa mengikuti kegiatan IDF2022 tanpa kehilangan 1 sesipun. Maka pada pukul 07.00 WITA alias 06.00 WIB, yang notabene itu adalah jam saya keluar dari rumah pada hari-hari biasa, saya sudah tiba di Movenpick Resort Jimbaran, Bali.

Pernak pernik IDF 2022 menghiasi hotel. Saya melangkahkan kaki ke arah belakang untuk turun tangga 2 kali. Seketika makna development langsung terasa begitu melihat pintu masuknya yang sangat futuristik berikut ini:

@ariesadhar

Indonesia Development Forum 2022

♬ Film Favorit – Sheila On 7

Kegiatan ini sungguh kaya akan perspektif. Bagaimanapun, development memang harus berasal dari ragam ide dan perspektif. Pada sesi pembuka, peserta disuguhi dengan perspektif dari Prof. Ricardo Hausmann selaku Director of Harvard’s Growth Lab and the Rafik Hariri Professor of the Practice of International Political Economy at Harvard Kennedy School. Beliau memang dari jauh, tetapi ide yang disampaikan tidak hilang arah sama sekali dan dapat ditangkap oleh peserta kegiatan dengan optimal.

Salah satu keypoint dari paparan beliau adalah tentang transformasi dengan logika scrabble. Begini. Kalau kita main scrabble, mengubah BEAR ke ZEBRA yang secara jumlah berbeda (4 dan 5 huruf) jauh lebih mudah daripada mengubah BEAR ke LION. Soalnya, BEAR ke LION itu membutuhkan perubahan total terhadap 4 huruf yang ada. Sementara dari ZEBRA ke BEAR kan cuma nambah Z.

Pesan ini terkait dengan karakteristik komunitas yakni complexity, connectedness, dan dari market size. Hubungan yang dimaksud adalah seberapa dekat antar produk. Jika kita bisa membuat 1 produk, maka kita kembangkan produk lain yang terkait terlebih dahulu dengan logika BEAR ke ZEBRA.

Kemudian, sampailah pada sesi tanggapan oleh mantan Menteri PPN/Kepala Bappenas, Bapak Bambang Brodjonegoro, yang menggarisbawahi beberapa poin kunci dari paparan Prof. Hausmann.

Pertama, data menyebut bahwa Indonesia ada masalah pada diversifikasi produk. Kita bahkan kalah dari Vietnam dan Srilanka. Sebagai mantan pegawhy di pabrik ekstrak bahan alam berbasis riset awalnya saya tidak setuju. Akan tetapi, Pak Bambrod menyebut tentang minimnya Research and Development (RnD) di Indonesia. Dan rupanya itu baru disadari oleh beliau ketika berada di Kementerian Riset dan Teknologi.

Iklan sedikit, video saya pas kuliah tentang pentingnya RnD:

Jadi, kita itu cenderung menjadi tukangnya tapi kurang dalam product development. Dan saya kemudian baru sadar bahwa teman-teman saya yang pintar-pintar di kantor lama sebagian besar awet betul di posisinya ya karena itu memang sudah merupakan tempat terbaik. Sulit buat S3 Bioteknologi untuk pindah ke perusahaan yang mengedepankan riset. Cocok betul dengan yang disampaikan Pak Bambrod.

Sebagai produk kebijakannya di periode akhir Kementerian Ristek, Pak Bambrod memperkenalkan tax deduction, yang diharapkan mampu membuat perusahaan mau berinvestasi lebih pada RnD untuk pengembangan bisnis dan menghasilkan produk yang kompetitif. Data di Indonesia menyebut bahwa selera perusahaan untuk melakukan RnD masih terbatas. Kalaulah ada contohnya yang produktif antar lain adalah food processing. Industri jenis ini menghabiskan uang yang tidak sedikit untuk RnD dan menghasilkan new product. RnD-nya pun nyambung dengan market research sehingga inovasi itu ada yang beli.

Sesudah menikmati hidangan, maka sesi beranjak ke pemaparan dari Bapak Suharso Monoarfa, Menteri PPN/Kepala Bappenas yang membuka pemaparannya dengan durasi Indonesia terjebak di middle income trap yang 29 tahun dan berbeda bermakna dengan negara tetangga seperti Korea Selatan, Jepang, Hongkong, dan Singapura yang lolos dari middle income trap pada durasi 18-20 tahun. Pak Menteri juga menyebut bahwa Cile bisa 14 tahun.

Pendorongnya apa dong? Jelas industri manufaktur!

Permasalahan mendasarnya dari dulu ternyata sama ketika ada perspektif baik pemangku kepentingan maupun periset bahwa, “Kalau lebih murah beli, kenapa kita harus bikin?”

Hal ini yang menyebabkan insinyur akhirnya bukan jadi maker malah jadi marketer. Ujungnya, kita menjadi generasi enigma yang hanya mengekor dan menjadi pemakai. Faktor stakeholder menjadi penting dan Pak Menteri menceritakan kisahnya di masa lalu tentang garbarata. Pengalaman ini jelas spesifik dengan pengalaman kerja beliau di PT Bukaka yang saat ini begitu mudah kita lihat begitu keluar dari pintu pesawat.

Intinya sih di dalam industri, penting untuk memahami di mana intervensi yang pas oleh pemerintah pada value chain, baik dalam fiskal, penguasaan teknologi, atau pilihan lain.

Kembali sedikit ke Pak Bambrod, ada 4 sumber pertumbuhan Indonesia yang sangat dekat yakni manufaktur (industri pengolahan), servis (khususnya ekspor jasa), ekonomi digital, dan ekonomi hijau. Nah, intervensi yang dimaksud lebih spesifik dapat dilihat pada paparan hari berikutnya.

Pada hari kedua, ruangan yang bernuasa futuristik itu tetap tidak berubah. Tetap memperlihatkan aura development dan tentu saja tetap ramai. Pada sesi ini, sebanyak 4 perwakilan dari CfS memberikan paparan singkat di hadapan Bapak Airlangga Hartarto, Bapak Agus Gumiwang Kartasasmita, dan di depan Bapak Suharso Monoarfa yang makbedunduk sudah ada di Jakarta. Padahal baru kemarin di depan situ memberikan pemaparan.

Konsep pada hari kedua adalah Pemerintah Mendengar. Jadi, muatan yang didengar itu dimaksudkan pada 4 CfS dari berbagai sudut pandang. Setiap ide tersebut kemudian dikomentari langsung oleh ketiga Menteri. Model-model begini baik juga jika diterapkan dalam forum-forum lainnya. Bapak Menteri PANRB, Bapak Komisioner KASN, dan Bapak Plt Kepala BKN bisa lho berlaku sama untuk sesi khusus ASN. Bapak Menteri Kesehatan, Ibu Kepala BPOM, dan Bapak Kepala BKKBN juga bisa hadir dalam sesi yang sejenis pada topik kesehatan.

Pada kesempatan pertama, Ibu Samintang dari SDG Center Unhas memperkenalkan soal kemasan berbahan dasar porang dan ekstrak daun bidara sebagai edible bioplastic. Transformasi ini tidaklah mudah, apalagi untuk mempengaruhi pola pikir dan pola hidup mitra. Akan tetapi, ada pendampingan pada level mikro, meso, dan makro yang menjadi penting.

Kalau dipikir-pikir, konsepsi pendampingan ini kan juga dilakukan oleh BPOM pada UMKM Pangan Olahan untuk memperoleh izin edar. Masuk target kinerja pula. Cuma kok ya tidak muncul. Mungkin pegawainya terlalu sibuk bekerja sehingga upaya menonjolkan ide-idenya jadi sedikit terlewatkan.

Dari perspektif industri, ada Bapak Ida Bagus Nama Rupa dari Bali Cokelat yang menekankan soal kompleksitas tadi. Jadi, bahan baku kakao ya dari Indonesia, dibeli secara kompetitif, lalu diekspor dalam bentuk produk jadi. Diperkenalkan juga dengan konsep edu-tourism.

Nah, model begini saya pernah ketemu di Tomohon, Sulawesi Utara. Namanya Tuur Ma’asering dan komoditinya adalah olahan minuman khas Minasa yaitu saguer. Jadi, sebenarnya ide-ide ini sudah ada di Indonesia. Tinggal digulirkan menjadi lebih optimal saja.

Bicara soal model industri, kawasan menjadi penting. Di IDF 2022 hadir Bapak Ngurah Wirawan dari Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang, Grand Batang City. KIT Batang sendiri boleh dibilang adalah kawasan industri masa depan di Indonesia. Saat ini, sejumlah perusahaan sudah memiliki tempat.

Luar biasanya, sejumlah industri penting terkait teknologi masa depan seperti Foxcon, Tesla, dan Volkswagen sudah antri d Batang. Hal ini menciptakan tantangan juga dalam hal kapasitas tenaga kerja sehingga dibutuhkan deteksi sejak awal untuk merancang sumber-sumber tenaga kerja agar match dengan teknologi maju yang masuk.

Bicara soal kawasan industri, hadir pula Bapak Yusliando dari Bappeda Kalimantan Timur. Ada 2 kawasan industri yang dikedepankan yakni Kariangau dan Buluminung. Kedua kawasan ini memiliki akses dekat dengan IKN Nusantara. Kaltim yang identik dengan penggalian dan pertambangan–karena kontribusi ekonominya mencapai 55%, tampaknya sudah bersiap untuk transformasi dengan target 45% dari industri.

Pada awal kegiatan, Sekretaris Kementerian PPN, Bapak Taufiq Hanafi menyebut bahwa, “IDF adalah forum lintas pemangku kepentingan yang mewadahi diskusi produktif dalam mengatasi berbagai isu strategis pembangunan Indonesia”. Hal ini yang kemudian tergambar pada sesi Pemerintah Mendengar.

Sesudah pemaparan dari pemenang CfS, Menteri Perindustrian memberikan tanggapannya. Ditekankan oleh Menperin bahwa terdapat 7 paradigma baru industrialisasi yakni digitalisasi, renewable energy, hilirasi, green industry, supply chain, perluasan industri di luar jawa, dan kesiapan SDM industri.

Sejalan pula dengan yang disampaikan oleh Pak Bambrod perihal food processing, terdapat benang merah dengan paparan Menperin perihal 7 sektor utama industri di Indonesia yakni makanan dan minuman, tekstil dan busana, otomotif, kimia, elektronik, farmasi serta alat kesehatan. Kontribusi sektor ini mencapai 70% PDB dan ekspor, serta berkontribusi pula pada 65% tenaga kerja. Ternyata saya sebagai mantan budak korporat, tadinya adalah bagian yang berkontribusi pada PDB negeri ini ya.

Ada tambahan informasi dari Menperin perihal P3DN. Dalam waktu dekat akan muncul regulasi perhitungan TKDN khusus industri kecil sehingga pelaku usaha dapat melakukan self-assessment dari produknya, kemudian diinput, dan dalam waktu dekat alah rilis sertifikasi TKDN. Prosesnya free of charge alias gratis-tis-tis. Selain itu, untuk mendorong belanja pemerintah, maka sebanyak 1 hingga 1,5 juta produk akan ditargetkan masuk ke e-katalog.

Sebagai wakil dari Presiden, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Bapak Airlangga Hartarto memberi penekanan mengenai digitalisasi dan dampaknya pada revolusi industri dan disrupsi. Untuk itu, Generasi Z dan milenial diharapkan dapat mengoptimalkan digitalisasi. Salah satu syaratnya adalah negara yang demokratis, kuat, dan bersih. Ide-ide yang ada hendaknya segera dimatangkan dan dikolaborasi. Kolaborasi tidak hanya berhenti pada kontribusi ide, tetapi juga sampai pada tahapan eksekusi.

Sebenarnya ada sesi-sesi khusus yang lebih mendetail untuk ide-ide tersebut, tapi kok ya nanti bakal terlalu panjang untuk sebuah posting blog. Lebih lengkapnya dapat kita simak di YouTube Bappenas RI berikut ini:

Sekali lagi, saya sangat berharap skema semacam ini diberdayakan oleh K/L lain dalam ruang lingkup kinerjanya masing-masing. Bukan apa-apa, biasanya saya mengikuti forum itu judulnya konsultasi publik, tapi publiknya dikasih sesi 10 menit karena presentasi instansi pemerintahnya kepanjangan. Sementara dalam forum IDF ini, peserta CfS diberi ruang yang luas dan bahkan beberapa kali kesempatan untuk memaparkan idenya.

Selamat untuk Bappenas atas kesuksesan IDF 2022. Semoga tahun depan ada lagi, biar saya ikutan lagi. Amin~

CU Hati Kudus dan Jasa Besarnya dalam Transformasi Kehidupan

Kalau para pembaca berada di Kota Bukittinggi, cobalah mampir sejenak ke Jalan Bagindo Azischan. Lokasinya persis di belakang Gereja Katolik Santo Petrus Claver yang letaknya di Jalan Sudirman. Jalan Bagindo Azischan dapat diakses dari Hotel Karisma atau juga Swalayan Masyitah.

Di lokasi tersebut, persis di sebelah gerbang masuk kompleks Yayasan Prayoga yang berisi 4 sekolah dari 4 tingkat pendidikan, terdapat sebuah tempat bernama HK Mart. Sekilas terlihat seperti swalayan biasa saja. Akan tetapi, berbicara soal HK maka ada sejarah yang sangat panjang di baliknya.

Pertama-tama, kita harus kembali ke tahun 1981 alias lebih dari 40 tahun yang lalu. Di bulan November, Pastor Yohanes Halim bersua dengan Bapak Trisna Ansarli dari Badan Koordinasi Koperasi Kredit Indonesia (BK3I) dan memperkenalkan tentang Credit Union (CU). Sebulan kemudian, Pastor Yohanes Halim menyampaikan ide tentang CU kepada umat di Paroki Santo Petrus Claver Bukittinggi. Ide koperasi yang diusung oleh konsep CU tampak cukup menarik bagi umat yang kemudian ditindaklanjuti dengan kursus dasar dan studi banding ke beberapa CU yang sudah ada di Sumatera Utara.

Mengacu pada skripsi senior-jauh-banget saya di Universitas Sanata Dharma, Kak Elysabeth Desmawati, dijelaskan bahwa sekembalinya dari studi banding, tepatnya tanggal 2 April 1982 diadakanlah pemilihan pengurus CU di Bukittinggi. Terpilih Bapak N. Mariyo sebagai Ketua Dewan Pimpinan dan salah satunya adalah Bapak M. Sumarno, BA. sebagai anggota. Bapak Mariyo adalah bapaknya Kak Desmawati dan Bapak Sumarno adalah bapak saya~

Pada tahun 1982 tersebut terbentuknya CU yang diberi nama Hati Kudus. Nyambung kan dengan ‘HK’ yang tadi disebut di awal tulisan ini?

Demikianlah kemudian CU Hati Kudus dibentuk dengan modal awal Rp350.000,00 dari 51 orang anggota dengan uang pangkal Rp200, uang simpanan pokok Rp1.000, dan uang simpanan wajib Rp200, serta uang simpanan sukarela. Sampai dengan tahun 2001, modalnya telah berkembang menjadi Rp365.494.675,00. Terakhir saya memutakhirkan data dari bapak saya, modal tersebut sudah jauh lebih besar jumlahnya.

Sebagaimana diketahui bahwa koperasi melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Koperasi memiliki sejarah panjang di negeri ini dan benar-benar bertumbuh dari rakyat. Mengacu pada dokumen Bappenas, pada tahun 1896 tersebutlah seorang Pamong Praja bernama Patih R. Aria Wiria Atmaja dari Purwokerto yang mendirikan bank untuk priyayi. Dirinya terdorong oleh keinginan menolong para pegawai yang makin menderita karena terjerat lintah darat yang memberikan pinjaman berbunga tinggi.

Seorang asisten residen Belanda bernama De Wolffvan Westerrode kemudian memberi masukan berdasarkan konsep koperasi kredit di Jerman. Terlepas dari intervensi Pemerintah Hindia Belanda, koperasi di nusantara tetap bertumbuh hingga kemudian muncul pengaturan-pengaturan. Koperasi menjadi semangat ekonomi yang dibangun oleh gerakan Budi Oetomo pada tahun 1908, Serikat Dagang Islam pada tahun 1927 hingga Partai Nasional Indonesia tahun 1929.

Selepas penjajahan, tepatnya 12 Juli 1947 dilakukan Kongres Koperasi pertama di Indonesia bertempat di Tasikmalaya. Hari inilah yang kemudian ditetapkan sebagia Hari Koperasi Indonesia dan terus diperingati hingga kini.

Konsep murni koperasi sejatinya menjadi hal yang mendasari CU Hati Kudus. Kak Desmawati menyebut bahwa gereja Katolik Santo Petrus Claver di Bukittinggi terdiri atas beberapa suku yang kemudian berkelindan membetuk kebutuhan berkoperasi. Pertama, ada suku Batak yang lebih tepatnya dari Tapanuli Utara. Para perantau mulai berdatangan ke Bukittinggi tahun 1970-an. Mereka umumnya kemudian bekerja sebagai pedagang keliling yang mengkreditkan barang-barang rumah tangga dari kampung ke kampung. Sebagian lainnya menjadi buruh kasar, loper koran, penjaja sayur mayur keliling, hingga tukang angkut barang. Sebagian dari elemen ini cukup mapan, tapi sebagian lainnya tidak dan bahkan cenderung prasejahtera. Kedua, ada suku Tionghoa yang memang sudah ada sejak lama. Mereka memiliki toko di pusat kota dan aktif di gereja. Sayangnya, kebanyakan anak-anak dari suku ini melanjutkan studi ke luar kota begitu lepas sekolah menengah. Dalam 1 tahun, pemuda-pemudi yang meninggalkan kota bisa mencapai 70 anak secara total dengan sebagian besar dari suku Tionghoa. Pada saat naskah referensi itu ditulis yakni tahun 2001, maka saya termasuk 1 dari 70 anak yang meninggalkan Kota Bukittinggi untuk menempuh pendidikan di luar kota. Ketiga, suku Jawa. Terlepas dari sisa-sisa pasukan penumpasan Pemberontakan PRRI–yang saya kenal beberapa diantaranya dan memang kebetulan sudah meninggal, hadir pula kalangan guru, karyawan, dan sejumlah pegawai negeri.

Nah, dalam hidup bermasyarakat terjadi campur baur ketiga suku utama ini. Penting untuk dicatat bahwa sesuai dengan konsep Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah maka sejatinya untuk suku Minangkabau adalah beragama Islam sehingga keterlibatannya di CU Hati Kudus yang merupakan cabang dari gereja tentu menjadi tidak lekat. Walau begitu, bukan berarti terpisah sama sekali. Bapak yang jaga sekolah bersimbiosis mutualisme mulai dari jualan minuman sampai kadang-kadang dapat nasi Padang konsumsi juga~

Kelindan suku Batak, Tionghoa, dan Jawa itu terlihat sekali pada dewan pimpinan awalnya. Ketua Pak Mariyo (Jawa), Wakil Ketuanya Pak Turnip (Batak), dan Anggotanya ada Ibu Lelyana (Tionghoa). Saya sendiri bertumbuh dalam keaktifan bapak saya di CU Hati Kudus ini dan melihat sekali dinamika antar suku yang menarik dan sangat mencerminkan semangat Bhinneka Tunggal Ika demi membantu sesama.

CU Hati Kudus ini pada mulanya hanya buka sekali sebulan. Kalau tidak keliru, bukanya di minggu ketiga saja persis di hari Minggu. Proses penyetoran simpanan wajib, simpanan pokok, dan simpanan sukarela terjadi pada 1 hari itu saja termasuk juga proses bayar pinjaman berikut bunganya. Makin lama, kebutuhannya semakin besar sehingga kemudian butuh 2 kali seminggu dan lantas bertambah lagi.

Sebagai bagian dari pengurus dan sebagai PNS zaman dahulu sudah tentu bapak saya menjadi pelanggan setia fasilitas pinjaman di koperasi kredit yang turut didirikannya ini. Sudah tidak terhitung lagi kontribusi ‘utang CU’ pada keberhasilan pendidikan saya dan juga adik-adik. Belum lagi, karena skemanya koperasi, maka semakin banyak kita berkontribusi lewat transaksi, semakin banyak juga dividen alias Sisa Hasil Usaha (SHU).

Percayalah, hari-hari ketika Rapat Anggota Tahunan (RAT) di bulan Februari merupakan salah satu momen kegembiraan dalam hidup orangtua saya. Pertama, karena akan ada SHU yang dibagikan dan jumlahnya boleh dibilang cukup lumayan. Kedua, karena bapak saya juga akan menerima ‘gaji’ sebagai pengurus CU. Iya, kerjanya sepanjang tahun tapi gajiannya setahun sekali saja. Ya, namanya juga sampingan~

Melalui koperasi, bapak saya juga sudah berkeliling Sumatera Barat untuk mengajar mengenai koperasi kredit. Beliau memang guru, sehingga semangat mengajarnya itu selalu ada bahkan ketika sudah pensiun dan menunggu jadwal Mamak saya pensiun.

Saya juga mengenal salah satu nama yang menjadi Ketua Badan Pengawas CU Hati Kudus saat pendiriannya: J. Simamora. Dia adalah Paktua saya yang 10 tahun sesudah mendirikan CU Hati Kudus mutasi ke Kota Bandung, tepatnya tinggal di Kota Cimahi.

Ketika bersua beliau semasa hidupnya, Pak Sim–panggilan akrabnya–kerap berkisah soal pendirian CU tersebut dan bagaimana dampak baiknya bagi anggota. Beliau juga berkisah mengenai upaya membangun koperasi serupa di Cimahi dan sudah mulai ada gerakan. Saya tentu tidak update lagi sejak tahun 2017 ketika beliau meninggal dunia seperti saya tulis di post ini.

Saya sendiri juga merupakan anggota CU Hati Kudus secara nama dan secara uang. Baru berhenti ketika orangtua saya menyelesaikan tugas di Bukittinggi dan kemudian beralih ke Jawa untuk mengisi masa purnabakti. Saya juga mencicil laptop pertama dan sepeda motor pertama saya lewat CU. Dari sisi bunga, penawaran di koperasi kredit sangat kompetitif. Belum lagi ketika kontribusi berupa pinjaman juga diperhitungkan sebagai dividen kala RAT. Enaknya CU ya itu, tidak ada keuntungan buat entitas atau orang per orang. Setiap keuntungan kemudian dibagi menjadi sisa hasil usaha. Dan karena dikembangkan bersama, maka transparansi menjadi kunci. Tuh lihat sendiri pada tahun 2015 doorprize-nya sudah sepeda motor. Hal yang tidak terjadi 10 tahun sebelumnya. Pertumbuhannya drastis sekali, kan?

Pada tahun 2022, hari jadi Gerakan Koperasi Indonesia mengambil tema “Transformasi Koperasi untuk Ekonomi Berkelanjutan” dengan gelora gerakan “Ayo Berkoperasi”. Di era modern ini, transformasi koperasi jelas menjadi penting karena model perekonomian juga berubah. Sebut saja pergerakan di pasar saham yang menggaet mayoritas milenial atau pasar kripto yang menawarkan high risk high return. Belum lagi dengan format-format lainnya.

Berkoperasi sejak lama telah menjadi kisah sukses. Seperti saya sebut tadi, sekurang-kurangnya dibuktikan dari saya sendiri yang uang kuliahnya berasal dari kombinasi pinjaman ke CU untuk semester ganjil dan SHU CU untuk semester genap. Dan teman-teman masa kecil saya juga demikian. Ada yang sudah jadi Pejabat di Kementerian Keuangan juga dan pas kecilnya juga saya bersua Mamaknya lagi nyetor di kantor CU.

CU Hati Kudus sejak tahun 1982 telah menjadi pendukung transformasi banyak manusia, mulai dari peningkatan kesejahteraan hingga derajat melalui pendidikan. Hal itu kemudian menjadi wujud nyata peran koperasi. Dan agar koperasi juga tidak menjadi modus yang merugikan masyarakat sejatinya peran Kementerian Koperasi dan UKM untuk pengawasan juga menjadi sangat krusial. Di era deregulasi, peran pemerintah justru menjadi sangat terdepan. Ingat bahwa paradigma administrasi publik telah menjelma jadi New Public Service (NPS) dengan fokusnya adalah citizen, bukan sektor bisnis belaka.

Ayo Berkoperasi!

#IniUntukKita – SBN Ritel: Cara Mudah Agar Negara Ngutang Tapi Rakyatnya Senang

#IniUntukKita – Sejak lama, kita disajikan ketakutan akan utang negara yang kadang-kadang dibawa jauh pada urusan kedaulatan, menjual negara, beban anak cucu, dan hal-hal ngeri lainnya. Saya tadinya keder juga mendengar narasi-narasi yang dibangun. Apalagi kalau sudah muncul pernyataan bahwa setiap kepala di negara ini menanggung utang negara sekian juta rupiah.

Karena keder itu tadi, saya jadi mencoba membaca-baca banyak hal. Kebetulan pula salah satu mata kuliah di kuliah S2 saya adalah Ekonomi Sektor Publik. Jadi, membaca utang negara adalah salah satu menu wajib supaya dapat nilai gilang gemilang.

Apa daya, dapatnya hanya A minus. Sedih~

Persoalan utang negara itu banyak anggapan bahwa negara berhutang layaknya perorangan ngutang ke bank atau ke leasing. Dalam artian, kalau nggak sanggup bayar, terus jaminannya entah tanah atau apapun bakal disita sebagai gantinya. Dari sisi sejarah nggak sepenuhnya salah, sih, tapi dengan perkembangan yang ada jadi nggak benar-benar amat juga.

Anggapan kedua, yang suka bawa-bawa ke urusan kedaulatan dan lain-lain adalah membandingkan cara berhutang dengan zaman dulu, mulai dari zaman awal kemerdekaan pada masa IGGI dan CGI, ketika Indonesia berhutang pada sekelompok negara. Atau mungkin melakukan perbandingan dengan salah satu momen legendaris bangsa ini ketika Indonesia berhutang ke IMF pada periode krisis di akhir 1990-an.

Soal utang ini sejarahnya memang panjang sekali. Utang bahkan jadi hal yang dibahas cukup serius dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) yang dikenal sebagai momen penting kedaulatan Indonesia. Ada hal yang agak bikin pening ketika dalam pengakuan kedaulatan oleh Belanda, ada tanggung jawab Indonesia untuk menanggung utang pemerintahan Hindia Belanda. Delegasi Indonesia sendiri bersikap bahwa tanggungan utang adalah sampai Maret 1942. Pada bulan itu, Jepang datang dan menggeser Belanda.

Soalnya, kalau Indonesia harus menanggung utang dari 1942 sampai saat KMB terjadi tahun 1949 ya agak-agak ironi karena jatuhnya adalah Indonesia menanggung utang terhadap uang yang dipakai untuk menyerang Indonesia sendiri dalam berbagai pertempuran sejak 1945-1949–tentu termasuk Agresi Militer I dan II. Kan nganu ya….

Pada akhirnya utang yang harus ditanggung adalah 1,12 miliar dolar AS. Ini kalau dibawa mentah-mentah ke kurs sekarang ya tampak nggak banyak, tapi pada periode itu tentu sangat banyak. Apalagi untuk negara baru merdeka.

Pada akhirnya, sampai dengan 1956 Indonesia sudah melunasi utang tersebut sampai 82 persen. Pada saat yang sama, Indonesia juga berutang ke negara-negara Blok Timur. Begitu 1965, kondisi utang Indonesia adalah 2,36 miliar dolar AS dengan 59,5 persen adalah pinjaman ke negara-negara Blok Timur.

Satu hal yang pasti tentang utang negara dan terutama utang luar negeri ini tentu saja posisinya sudah terjadi jadi harus diterima apapun keadaannya. Hanya saja harus dilihat bahwa seiring perubahan tatanan keuangan global ada perubahan cara berutang. Utang yang semacam itu memang masih ada ya betul. Akan tetapi proporsinya sudah sangat jomplang dengan sumber utang alias pembiayaan lainnya.

Jadi, menyoal utang negara ingatlah pesan paling penting dari film Tilik (2018) berikut ini:

Secara umum, menurut LKPP untuk pembiayaan luar negeri di TA 2019 itu minus Rp17,49 triliun alias membayar pinjamannya lebih besar daripada minjem lagi. Pada tahun 2019, realisasi pinjaman tunai itu hanya ada 2 yaitu:

Sumber: Laporan Keuangan Pemerintah Pusat TA 2019 (Audited)

Sumber pembiayaan paling besar itu sekarang justru di penjualan Surat Berharga Negara, bukan utang model IGGI atau CGI lagi. Besarnya nggak tanggung-tanggung, menurut Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun Anggaran 2019 yang sudah diaudit Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI), proporsinya adalah sebagai berikut:

Sumber: Laporan Keuangan Pemerintah Pusat TA 2019 (Audited)

Pada titik ini ada pola pikir yang perlu disesuaikan. Kini negara itu lebih banyak berhutang pada pembeli SBN, yang bisa saja institusi tapi—nah ini yang menarik—bisa juga perorangan.

Iya. Perorangan. Kamu-kamu-kamu itu bisa lho ngutangin negara. Dan ngutangin yang satu ini beda dengan ngutangin teman atau tetangga yang potensi uang kembalinya 50:50 dan mengandung konsekuensi bakal galakan yang ngutang daripada yang ngutangin. Memberi hutang pada negara ini dijamin kembali plus dapat untung juga.

Jadi kalau tadi di awal narasi ketakutan bahwa ketika negara berhutang ke negara lain maka negara ini dijual sebenarnya bisa diubah ketika negara justru berutang kepada rakyatnya sendiri. Model ini sudah mulai jamak beberapa tahun terakhir dan dikenal sebagai SBN Ritel.

Gambaran umumnya, negara akan membuka periode waktu penjualan dan menetapkan bunga tertentu. Nanti masyarakat bisa membeli SBN tersebut yang berarti uang kita akan berpindah sementara ke negara atau sederhananya negara ngutang sama kita begitu kita melakukan transfer ke rekening negara. Nah, namanya minjemin, kita pasti butuh benefit kan? Nanti setiap bulan, kita akan mendapat sejumlah uang sebagai imbal balik sudah minjemin uang.

Satu hal yang harus dipahami adalah kalau minjemin uang ke negara itu temponya sudah ditetapkan. Kalau yang ritel umumnya 2 tahun. Dalam periode itu, kita nggak bisa menarik uang yang sudah kita setor tersebut. Uang itu baru akan kembali sesudah 2 tahun dalam jumlah yang utuh setelah sebelumnya selama 24 bulan kita menerima sejumlah uang sebagai imbalan sudah mau minjemin.

Sekarang jumlah minimal pembelian SBN ritel adalah Rp1 juta dan maksimal Rp 3 miliar. Rentang ini sudah cukup menarik minat masyarakat, tapi sesungguhnya ada potensi untuk jauh lebih besar lagi. Memang, sih, kalau naruh 1 juta, tiap bulan hanya dapat kurang lebih 5000 rupiah. Akan tetapi bayangkan kalau naruh 100 juta di SBN? Dengan diem-diem bae bisa dapat 500 ribu setiap bulan.

Para milenial tua yang sudah menyiapkan biaya kuliah anak dan dipakainya masih lebih dari 5 tahun lagi bisa menaruh uang yang sudah mulai tersimpan itu ke SBN dengan imbal balik yang menarik. Demikian pula dengan pemuda yang sudah punya 20 juta dan bersiap untuk nabung DP rumah sampai 150 juta. Bisa juga pakai SBN Ritel ini.

Pada titik ini, negara memang ngutang, tapi ngutangnya ke rakyatnya sendiri. Dan rakyatnya juga senang karena dapat benefit karena sudah mau meminjamkan uang. Narasi-narasi soal kedaulatan justru bisa berbalik.

Ketika negara ngutang ke rakyatnya, maka uangnya ya beredar di dalam negeri kan? Dipakai untuk membiayai program pemerintah, maka uangnya akan bergulir kepada rakyat lagi. Sementara itu, rakyat yang meminjamkan juga dapat imbalan berupa kupon tadi, ya uangnya jadi di sini-sini juga. Nggak perlu ke luar negeri dan nggak perlu lagi keder dengan narasi-narasi menakutkan soal utang negara. Kalaupun ada, kan tinggal bilang:

Treats by Traveloka Eats Dulu, Ngopi Murah Kemudian

Buat anak beasiswa seperti saya, tanggal belasan Februari adalah tanggal yang sangat tua. Bukan apa-apa, soalnya kiriman dari penyedia beasiswa baru akan ada lagi Maret karena pengirimannya per termin. Sementara, termin yang lalu tentu saja sudah habis duluan karena bulan Desember banyak kepentingan.

Padahal lagi, sebagai mahasiswa kan saya juga banyak pikiran. Apalagi mahasiswa yang bapak-bapak, eh, bapak-bapak yang mahasiswa, sebagaimana Rancangan Undang-Undang Ketahanan Keluarga yang lagi hits itu saya harus bertanggung jawab pada rumah tangga.

Saya jadi ingat Arsenal yang tampil begitu gamang di Liga Inggris, sekalinya dibawa piknik ke gurun balik-balik langsung menang 4-0 dari Newcastle. Bahwasanya piknik itu penting, tetapi karena saya lagi nggak punya uang dan kuliah juga nggak bisa ditinggal, maka opsinya hanyalah ngopi.

Pada intinya, saya butuh ngopi. Apalagi pada deraan tugas yang begitu deras seperti saat ini.

Karena sudah tidak tertahankan, maka dalam perjalanan ke kampus saya stop dulu di daerah Kebon Sirih. Jadi, demi pengiritan dan karena suasana jalur Bogor belum kondusif, dari Stasiun Tanah Abang ke kampus saya naik Metro Trans alih-alih ojek online.

Namanya juga lagi miskin.

Kalau pas dapat yang Gondangdia, saya suka berhenti di Halte DPRD DKI Jakarta. Sambil menunggu bis yang Tanah Abang ke Kampung Melayu via Cikini, saya anteng dulu di halte DPRD tersebut. Karena hasrat ngopi tidak tertahankan, jadilah saya membuka aplikasi Traveloka yang ada di gawai jadul saya.

Di aplikasi Traveloka, saya meluncur ke Traveloka Eats. Sebagaimana pada kesempatan terdahulu saya pakai Traveloka Xperience demi penghematan mainnya Isto–anak saya, maka saya yakin bahwa melalui Traveloka Eats saya akan mendapat promo yang ciamik untuk sekadar ngopi. Ngopi dulu, daripada gila. Gitu katanya.

Treats by Traveloka Eats

Nah, begitu masuk Traveloka Eats saya langsung meluncur ke fitur Treats by Traveloka Eats. Kebetulan, ada lapak ngopi yang cuma di seberang jalan dan ada hidden gems-nya! Yiha!

Treats by Traveloka Eats

Jadilah saya menyeberang jalan menuju Yellow Truck Coffee yang ada di gedung Trio, kurang lebih di seberang Lemhanas. Lokasi tempat ngopinya ada di lobi gedung tersebut dan begitu masuk saya bisa langsung mendapati informasi bahwa di tempat ini ada Treats by Traveloka Eats.

Treats by Traveloka Eats

Tentu saja pertama-tama saya harus konfirmasi perihal promo yang tersedia. Sesudah itu, saya pencet Get Deals dan kemudian Use Deals. Pada posisi ini kemudian muncul jumlah yang harus kita bayar.

Treats by Traveloka Eats

Sesudah melakukan konfirmasi harga dengan kasir, kita tinggal input nominal yang dimaksud dan akan langsung menuju skema pembayaran Traveloka. Pembayaran bisa dilakukan melalui berbagai channel yang biasa juga kita pakai di Traveloka untuk beli tiket ataupun pesan hotel. Kalau biasa pakai Traveloka ya langsung secepat kilat bisa terbayar.

Treats by Traveloka Eats

Nanti di gawainya toko, akan ada notifikasi bahwa pembayaran sudah masuk, sehingga kita bisa mendapat struk. Tidak lama kemudian, saya segera mendapatkan kopi yang dibutuhkan oleh otak demi kelangsungan studi yang lama-lama ternyata berat juga.

Treats by Traveloka Eats

Ngomong-ngomong, kalau nanti kiriman dari penyedia beasiswa tiba, saya tentu ingin menggunakan Treats by Traveloka Eats lain yang persentasenya lebih gede, tentunya sambil bawa anak dan istri. Sebab, dalam perspektif saya, #PengalamanMengenyangkan akan lebih cuan kalau digunakan ketika makan beramai-ramai karena promo yang diberikan jadi lebih yahud dan terasa di kantong.

Oya, kalau bingung lagi ada offers apa yang tersedia di sekitar, maka bisa eksplorasi di Traveloka Eats karena banyak informasi yang tersedia di sana untuk jadi bahan memilih-milih Treats paling ciamik sebagai hidden gems yang disediakan oleh Traveloka Eats.

Demikian saja pengalaman ciamik saya bersama Treats by Traveloka Eats, sehingga saya pada akhirnya bisa ngopi dengan sedikit tenang karena bagaimanapun ngopi dengan harga promo itu lebih menenangkan dibandingkan ngopi pakai harga biasa. Ya, namanya juga sobat misqueen~

Bahagia Bersama AirAsia: Pertama Kali Naik Pesawat Ke Luar Negeri

bahagia-bersama-air-asia

Saya ini memang agak ndeso. Bagaimana tidak, ketika istri saya sudah naik pesawat ke luar negeri pada masa remajanya di ITB karena mengikuti kompetisi paduan suara di Eropa, saya ya begini-begini saja. Punya paspor saja baru umur 28 tahun! Kalau ketahuan Rhenald Kasali, saya mungkin bisa dianggap korban disrupsi.

Ya, namanya manusia, rejekinya memang masing-masing. Untuk menaikkan kelas, maka pada usia yang baru 2,5 tahun kurang, anak lanang semata wayang sudah kami bikinkan paspor. Keren, kan? Emaknya punya paspor jelang umur 20, bapaknya jelang umur 30, anaknya baru lepas 2 tahun. Heuheu.

Eh, tapi jelek-jelek begini, saya bukannya nggak pernah memanfaatkan paspor itu. Cuma, agak lucu saja ketika saya sebenarnya sudah pernah pergi ke 2 negara namun tidak melalui jalur udara. Sesuatu yang sebenarnya juga jarang-jarang terjadi, kan?

Pertama dan kedua kali saya ke luar negeri itu adalah ke Singapura, via Batam. Jadi ya jalurnya laut. Balik hari pula. Pergi pagi buta, pulang menjelang petang. Negara kedua malah lebih absurd lagi karena terjadi ketika saya sedang tugas di Atambua. Jadi, saya ke Timor Lester-nya dengan…

…jalan kaki. Malah kelakuan teman-teman bikin saya sempat membuat rekor: menutup pagar batas negara yang memang sudah seharusnya tutup pada pukul 17.00 WITA.

Untitled design (10)

Kesempatan untuk ke luar negeri pakai pesawat akhirnya datang beberapa waktu yang lalu. Kebetulan, teman dekat istri ketika kuliah di Inggris melangsungkan pernikahan. Lokasinya? Di HONG KONG. Jadi, kami kondangan ke Hong Kong, gaes. Kurang pura-pura kaya apa lagi itu? Saya selama ini cuma kondangan Jakarta-Jogja, Jakarta-Palembang, atau Jakarta-Surabaya sebenarnya juga takjub kok pada akhirnya malah kondangan ke Hong Kong.

Akan tetapi, bagaimana mungkin seorang PNS jelata bisa kondangan ke luar negeri dengan gaji yang segitu-gitu aja? Untunglah, saya kemudian ingat pada AirAsia!

Wilayah Operasional
Sumber: Annual Report 2018

Ketika lagi kesusahan tapi harus pergi, saya selalu kembali mengingat masa-masa silam ketika untuk bisa mudik itu susah sekali ongkosnya. Kalau sekarang, ongkos masih bisa dijangkau tapi cutinya yang terbatas. Jadi, seumur-umur saya naik pesawat, penerbangan ke-6, 7, dan 12 itu menggunakan AirAsia.

Ketiga perjalanan itu masing-masing terjadi pada tahun 2006, 2007, dan 2008. Saya ingat sekali bahwa pada tahun 2006 dan 2007 itu, AirAsia adalah opsi terbaik dari sisi finansial dan kenyamanan. Maka, ketika harus balik ke Jogja dari praktek lapangan di Depok, pilihannya juga AirAsia.

Ini fotonya. Ya, kira-kira 20-30 kilogram yang lalu.

Screenshot_2002
Sumber: Kenangan Kala Kurang Gizi

Melalui situsweb AirAsia atau juga dengan mengunduh serta install aplikasi AirAsia pada gawai, banyak pilihan tiket penerbangan bisa diperoleh. Apalagi tujuannya ke Hong Kong. Pasti ada.

Kebetulan, istri sudah beberapa kali dinas baik ke Kuala Lumpur maupun ke Filipina, seringnya ya pakai AirAsia juga. Kalau istri saya sudah merekomendasikan, apalah saya yang patokan kenyamanannya adalah bis malam ini.

Bahkan kalau gabung dengan AirAsia BIG Loyality dan jadi member AirAsia BIG bisa dapat informasi promo lebih awal lagi. Poin juga diperoleh ketika kita beli tiket AirAsia, menginap di Tune Hotel, atau juga ketika booking hotel di AirAsia GO. Kumpulan poinnya bisa ditukar dengan tiket AirAsia lagi, voucher hotel di AirAsia GO, hingga aneka merchandise AirAsia lainnya.

Salah satu yang istimewa dari situsweb AirAsia adalah informasi tanggal dan harga dalam satu interface. Selain itu, informasi yang tidak kalah penting adalah ini:

Screenshot_2023

Tiket sudah dibeli dan kami kemudian bersiap. Persiapan paling penting tentu meninggalkan Isto. Ya, bukannya mau bulan madu, tapi menurut kami membawa bocah belum 2 tahun ke luar negeri itu bukanlah ide yang menarik. Baru jalan ke Jam Gadang saja sempat muntah, beberapa bulan sebelumnya. Walhasil, dengan segala hormat dan maaf, si bayi kami titip ke Eyangnya.

Penerbangan yang kami ambil adalah malam hari. Jadi, pagi sampai sorenya masih kerja dulu. Dengan kelelahan pasca bergelantungan di KRL dan lantas di kantor kena semprot bos orang lain, sampai di rumah hitungannya sudah lemash. Tapi kan sekali tiket dibeli, pantang pulang. Apalagi, ini adalah kesempatan perdana saya pergi ke luar negeri naik pesawat terbang setelah sebelumnya hanya naik kapal dan…

…jalan kaki. Duh.

Kami agak santai karena sudah check in melalui aplikasi AirAsia. Pengalaman sehari-hari memang bikin saya cenderung lebih suka check in di aplikasi karena kita tidak tahu seperti apa wujud manusia yang bergabung bersama kita di antrean nanti. Toh, nggak bawa bagasi dan nggak harus print boarding pass yang bagus untuk dipertanggungjawabkan ke kantor juga.

Satu hal yang keren bagi saya dari AirAsia adalah efektivitas proses boardingnya. Jadi, antrian untuk boarding sudah dipersiapkan dan bahkan penumpang sudah bisa mengantri ketika pesawatnya bahkan masih di sekitar Kepulauan Seribu! Padahal, prosedurnya kan sesudah penumpang turun dan sebelum penumpang berikutnya boarding, harus ada pembersihan.

Saya sendiri karena sering kerja lewat bandara, jadi agak paham dengan urusan ini. Makanya, ketika saya pantau via Flight Radar bahwa pesawatnya masih di langit, saya santai saja beli minum. Eh, begitu balik antriannya sudah panjang.

Ketika pesawat kemudian merapat ke Terminal 3, tidak butuh waktu lama untuk penumpang berikutnya bisa masuk. Saya penasaran, dong, pada kebersihan pesawatnya. Begitu saya cek, ternyata bersih sebagaimana mestinya. Tampaknya penerbangan ini akan benar-benar membahagiakan.

Tengah malam, pesawat mendarat dengan mulus di Kuala Lumpur, kota transit AirAsia selain Don Mueang. Saya sih memang mencari KL karena kota ini kan rumahnya AirAsia. Jadi, sekalian mau lihat-lihat.

Begitu masuk ke gedung terminal, saya langsung terharu. Akhirnya saya bisa naik pesawat ke luar negeri. Sebuah achievement yang sebenarnya mudah dicapai banyak orang, bahkan cenderung biasa saja, tapi ya untuk saya yang pertama ini tentu istimewa.

bahagia-bersama-airasia
Suasana di KL

Bandara transit di KL terbilang memiliki penataan ruang yang efektif. Crowded-nya paling ketika di depan toilet saja. Ya, namanya juga penumpang transit pasti yang dicari adalah toilet.

Guna menghadapi perjalanan yang lebih jauh–dari KL ke HK–maka saya dan istri sudah menyiapkan diri dengan order makan di dalam pesawat. Lumayan, harganya ya tyda mahal-mahal amat.

Kenapa harus pre-book? Karena harga di langit punya kemungkinan berbeda tergantung kode penerbangan. Sebagai gambaran saya ambil dari situsweb AirAsia sendiri bahwa untuk kode QZ harga menu yang disebut sebagai Santan ini hanya Rp36.900. Masih lebih mahal konsumsi rapat bagi PNS tingkat pusat yang Rp47.000,- pada tahun 2019. Atau ya setara order makanan pakai ojek online plus ongkos kirimnya. Kalau ngirim ke langit kan nggak mungkin semurah itu, dong?

landing-page-combo-meal-spiral-idid

Perjalanan ke Hong Kong kami tempuh juga dengan bahagia. Begitu langit sudah terang, kami mendapati bahwa dalam beberapa saat lagi akan segera sampai di Hong Kong. Gaes, bayangkan perasaan saya yang jarang dolan ini begitu menjejakkan kaki pada negara di luar Asia Tenggara. Terharu juga. Ya, ndeso memang. Tapi akibat perjalanan ini, saya sudah meniatkan diri untuk lebih sering cari uang demi bisa dolan ke luar negeri dan untuk itulah Isto kami buatkan paspor. Supaya nggak kena disrupsi, gitu.

Yes, kami akhirnya sampai di Hong Kong. Bersiap menghadapi ketidaktahuan atas lokasi penginapan dan aneka perkara lain. Tapi yang penting kan dihadapi berdua. Tsah.

IMG_20181108_114428
Baru sampai dan pastinya belum mandi

IMG_20181108_121154

AirAsia di Indonesia sendiri semakin menarik karena per 2019 juga menyediakan penerbangan ke Sorong, Lombok, dan Labuan Bajo. Dan, serius, tarif Jakarta ke tiga destinasi tersebut sungguh sangat kompetitif–menurut saya. Jadi, Labuan Bajo yang tadinya terasa jauh bisa mulai ada perubahan untuk sedikit lebih dekat. Minimal, dekat di kantong.

Oh, iya, sesudah penerbangan ke Hong Kong itu tadi, dua pekan kemudian tanpa dipaksa saya naik AirAsia lagi. Kali ini, ketika pulang dinas di Denpasar, hendak menuju Solo terlebih dahulu. Pegawai kayak saya memang suka begitu nasibnya. Sudah punya agenda cuti bagus-bagus, eh, di tengah-tengah dikasih kegiatan wajib ikut. Jadi, ya sudah dari kegiatan di Denpasar saya akhirnya bablas ke Solo untuk jadi bapak baptis dari keponakan saya, Gabriel.

Sampai saat ini, saya sudah terbang 6 kali dengan AirAsia dan itu berkaitan dengan 6 bandara yang berbeda-beda yakni di Jakarta, Padang, KL, Hong Kong, Denpasar, dan Solo.

AirAsia pada tahun 2018 secara total mengoperasikan 24 armada pesawat dan telah mengangkut 5,2 juta penumpang alias naik 13 persen dari tahun sebelumnya. Tingkat keterisian juga meningkat pada setiap periodenya. Soalnya, saya sebagai penumpang juga ngeri lho kalau pesawat kosong. Takut nggak ada lagi rutenya. Heuheu.

Screenshot_2024

Pada 17 Juli, AirAsia meraih Juara Dunia kesepuluh kalinya di Skytrax dan sebulan kemudian AirAsia Indonesia menuntaskan audit keselamatan operasional IATA. Dua poin ini juga menunjang kepercayaan saya sebagai calon pelanggan pada kinerja AirAsia. Penumpang kalau nggak percaya sama maskapai ya bisa berabe, kan?

Demikianlah kiranya saya terbantu untuk Bahagia Bersama AirAsia. Setidaknya, diawali dengan bantuan AirAsia, saya bisa berfoto di tempat yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya ini…

Screenshot_175

Sekian dan selamat berbahagia~~

Berinvestasi Reksa Dana Ketika Muda Itu Penting dan Ajaib

investasi-ajaib

Di usia yang mau 40 tahun ini, saya kadang menyesali keadaan. Bukan tentang keadaan harta saya, tapi keadaan kemudahan berinvestasi pada zaman now. Kalau kemudahan ini sudah ada sejak dahulu kala, mungkin saya bisa sedikit lebih kaya.

Saya sebenarnya sudah tidak muda. Saya lebih tua daripada Menteri Pemuda dan Olahraga Malaysia, tapi kebetulan saya masih lebih muda puluhan tahun daripada Menteri Pemuda dan Olahraga Indonesia. Hehe. Jadi, tulisan ini lebih ke arah perspektif investasi ketika masih muda dulu dibandingkan keadaan sekarang yang sudah agak tua.

Pada 2 tahun pertama bekerja, saya betul-betul tidak punya simpanan. Mengerikan, memang, tapi itulah realitanya. Saya juga kagum sendiri kok saya bisa sebodoh itu menghabiskan uang hanya untuk mengunjungi pacar yang kemudian hanya jadi mantan. Eh.

broken heart love sad
Photo by burak kostak on Pexels.com

Sesudah putus pada tahun ketiga bekerja, saya baru mulai bisa menata pendapatan sedikit. Bersamaan dengan cicilan rumah, saya mulai merambah investasi Reksa Dana pada usia yang sudah agak terlambat. Waktu itu, untuk bisa melanggan Reksa Dana masih sulit karena harus beli produknya ke bank langsung. Nggak bisa online! Investasi berikutnya yang bisa online. Bagi pegawai pabrik sesungguhnya kebijakan semacam ini merepotkan. Walhasil, saya beli saja empat produk dari empat jenis RD sekadar punya saja biar tiap bulan saya bisa suka-suka mau top up yang mana.

Hasilnya? Walaupun saya nggak kaya-kaya amat, tapi uang di RD itu menjadi penambal kehidupan ketika dengan sadar saya memilih pekerjaan baru dengan gaji separo dari pendapatan di pabrik. Termasuk juga bisa menambah biaya nikah.

Bagi yang belum paham, Reksa Dana itu kurang lebih seperti menaruh uang kita untuk dikelola oleh Manajer Investasi. Para Manajer Investasi tersebut akan bekerja menempatkan uang kita pada instrumen-instrumen yang relevan. Ya, kalau Reksa Dana Pasar Uang, maka akan ditempatkan di pasar uang. Jika RD yang kita beli adalah Saham, maka Manajer Investasi akan menempatkannya di saham.

Screenshot_2019

Keunggulan RD adalah uang kita tidak ditaruh di satu jenis produk, terutama untuk saham. Jadi beda sekali dengan main saham yang harus dipandangi setiap waktu dan cukup makan energi. Ketika ditaruh di beberapa jenis saham maka potensi untuk plus cenderung lebih besar daripada minusnya.

Sekarang, berinvestasi sudah tidak sesulit harus izin ke bank. Telah muncul berbagai platform yang membantu anak muda terutama kaum rebahan untuk bisa berinvestasi bahkan sambil rebahan itu tadi. Salah satunya adalah Ajaib. Melalui platform yang disediakan Ajaib, seorang investor muda bisa berinvestasi dengan sangat mudah dan tentu saja murah.

Salah satu ketakutan anak muda untuk terjun di kancah perinvestasian reksadana–apalagi saham–adalah takut rugi. Ngomong rugi, tentu saya jadi ingat portofolio saham saya yang lagi hancur-hancuran merahnya itu. HAHA. Nah, sebagai pemula yang umumnya selera risikonya rendah dan emoh rugi, Ajaib menyediakan fitur bernama Paket Investasi. Hal semacam ini belum ada pas saya mula-mula berinvestasi dulu.

Screenshot_2017

Screenshot_2020

Begitulah, dengan segala kebutuhan akan cuan, nyatanya sampai sekarang berdasarkan data Ajaib, hanya 0,4 persen penduduk Indonesia yang sudah berinvestasi. Terbukanya saluran-saluran investasi yang lebih mudah tentu menjadi solusi, termasuk dengan adanya Ajaib di dalamnya.

Oya, satu hal yang pasti, bagaimanapun kita investasi demi cuan, bukan bablas. Untuk itu, kita harus juga mengecek terlebih dahulu apakah suatu platform telah terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) atau belum. Sebagai pengawas intern, saya mah paham bahwa suatu platform sudah diawasi itu kinerjanya nggak akan neko-neko.

Screenshot_2018

Ada banyak metode membuat uang beranak, salah satunya adalah dengan investasi di Reksa Dana. Investasi lain ya juga banyak, sampai ada juga orang yang menyebut Bitcoin sebagai investasi meskipun ya risikonya terbilang jauh lebih tinggi daripada main saham sekalipun. Satu hal yang penting, uang kalau ditabung doang itu sayang. Mending ditempatkan di produk-produk Reksa Dana, niscaya hal sepenting ini jika dilakukan dengan niat maka kelak ketika kita butuh duit, akan terasa begitu ajaib karena uang kita seolah-olah tiba-tiba banyak.

Pengen kan? Makanya, yuk berinvestasi selagi muda!

Semakin Mudah Berlibur ke Danau Toba

oyo-toba-samosir

Destinasi yang dijuluki 10 Bali Baru adalah salah satu jualan pemerintah sejak tahun 2014 dengan tujuan menjaring lebih banyak wisatawan berkunjung ke Indonesia. Soalnya, sewaktu saya bersua beberapa orang di Hong Kong kurang lebih setahun silam, ternyata masih banyak juga persepsi bahwa yang cakep di Indonesia itu hanya Bali.

Wah, mereka belum pernah perjalanan dinas keliling Indonesia, sih.

Tanjung Kelayang (Bangka Belitung), Tanjung Lesung (Banten), Kepulauan Seribu (Jakarta), Candi Borobudur (Jawa Tengah), Mandalika (NTB), Gunung Bromo (Jawa Timur), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Labuan Bajo (NTT), dan Morotai (Maluku Utara) menjadi sembilan dari sepuluh Bali Baru tersebut.

Satu lagi? Aha, yang justru biasanya disebut paling duluan. Danau Toba!

Setiap anak yang menempuh pendidikan di Indonesia pasti paham Danau Toba. Setidaknya di pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, Danau Toba selalu disebut sebagai danau yang paling luas di Indonesia. Betapa tidak, dengan luas 1.145 kilometer persegi, Danau Toba sama luasnya dengan dua kali lipat Singapura.

Bayangkan bahwa di Indonesia ada dua Singapura yang isinya air semua. Semenakjubkan itulah danau yang terbentuk oleh super volcano bertahun-tahun silam. Sama menakjubkannya dengan fakta bahwa letusan Gunung Toba memuntahkan 2.800 kilometer kubik bahan vulkanik dan sampai menyebabkan perubahan iklim dengan masuknya planet bumi ke periode es. Asli, sangar.

Masalahnya adalah–ya namanya juga produk super volcano–Danau Toba itu berada di tempat yang aksesnya aduhai. Harus mendaki gunung dan lewati lembah sebagaimana Ninja Hatori. Itulah sebabnya, saya yang punya kampung sebenarnya tidak jauh dari Danau Toba, baru bisa menjejakkan kaki pada dinginnya air Danau Toba pada usia 20-an akhir ketika hendak menikah dan menggelar ziarah ke kuburan Opung di Dolok Sanggul.

Dahulu, tempat paling kondang untuk berlibur di Danau Toba adalah Parapat, sebuah kelurahan di Kabupaten Simalungun. Dinginnya Parapat ini sangat syahdu dan posisinya hanya 48 kilometer dari Kota Pematangsiantar dan tidak jauh-jauh betul dari Medan dan tentu saja bandara Polonia maupun Kuala Namu. Maka tidak heran kalau Parapat menjadi salah satu akses paling ramai untuk mengunjungi Danau Toba.

Nah, dalam upaya menunjang 10 Bali Baru, pemerintah bergerak gesit. Danau Toba kan luasnya nggak kira-kira, masak sih aksesnya hanya dari Parapat saja? Walhasil, sebuah bandara sukses dioptimalkan menjadi saluran baru untuk mengunjungi Danau Toba. Bandara Internasional Sisingamangaraja XII atau yang dikenal sebagai Bandara Silangit adalah jawabannya. Berlokasi di Siborong-Borong, bandara ini menjadi akses udara paling dekat ke Danau Toba, tepatnya ke Balige.

Baik Balige maupun Siborong-Borong ini terletak di Kabupaten Toba Samosir. Keberadaan Bandara Silangit nyatanya telah membantu terbukanya akses wisatawan ke Danau Toba sisi Toba Samosir ini namun juga dapat menjadi akses jika ada yang hendak ke Parapat, yang notabene telah lebih dahulu dikenal.

Di Toba Samosir sendiri kita bisa menikmati berbagai wisata alam berbasis bukit, suasana sejuk, dan pemandangan menakjubkan dari Danau Toba. Tidak hanya itu, Hotel Murah di Toba Samosir juga ada aksesnya, secara online pula.

Berikut beberapa destinasi ciamik yang bisa dinikmati di Toba Samosir:

1. Huta Gurgur

Screenshot_2010
Sumber: Instagram @travelmatesiantar

Terletak di Kecamatan Tampahan, lokasi Desa atau Huta Gurgur hanya 10 kilometer dari Bandara Silangit. Dari tempat ini, kita bisa melihat lokasi wisata Meat dan tentu saja pemandangan Danau Toba nan indah, suasana alam yang segar, dan hamparan sawah hijau.

2. Pantai Meat

Hasil gambar untuk pantai meat"
Sumber: pariwisatasumut.net

Sebagaimana disebut tadi bahwa pariwisata di Toba Samosir pasti mayoritas berbasis Danau Toba, termasuk Pantai Meat ini. Salah satu keunggulannya adalah airnya yang sangat jernih bahkan bisa dipakai untuk menyelam. Tapi ingat, secakep apapun Danau Toba ini air tawar sehingga teknik berenangnya harus disesuaikan, yha.

3. Museum TB Silalahi Center

Screenshot_2011
Dokumentasi Pribadi

 

Nama TB Silalahi di Balige itu moncer setengah mati. Salah satunya adalah melalui Museum TB Silalahi Center. Di tempat ini, selain dapat mengetahui sejarah karir seorang TB Silalahi yang malang melintang sebagai pejabat di beberapa era, kita juga bisa belajar sejarah Batak.

Screenshot_2013
Dokumentasi Pribadi. Itu saya biar kayak turis aja, pakai manjat-manjat segala.

Plus, karena letaknya juga tidak jauh-jauh dari Danau Toba, maka tentu saja bonusnya adalah pemandangan Danau Toba. Kebetulan, waktu itu sempat mampir jadi ada fotonya.

4.Sungai Asahan

Hasil gambar untuk sungai asahan arung jeram"
Sumber: pedomanwisata.com

Yang satu ini tidak berbasis Danau Toba secara langsung dan sangat cocok untuk yang hobi arung jeram. Pemerintah setempat menyebut bahwa lokasi arung jeram di Sungai Asahan adalah yang terbaik ketiga di dunia sehingga tempat berjarak 70 kilometer dari Balige ini dapat menjadi destinasi yang menawan bagi traveler.

5. Pantai Ajibata

Hasil gambar untuk pantai ajibata"
Sumber: Tribunnews.com

Sebenarnya yang ini sudah berbau-bau Parapat karena memang lokasinya yang 60 kilometer dari Balige dan berbatasan dengan Kabupaten Simalungun. Jadi ya memang arah Parapat. Di Ajibata ini ada lokasi penyeberangan ke Pulau Samosir. Pantainya juga cukup lengkap dengan sepeda air, speed boat, dll.

Sebagaimana disebutkan tadi, salah satu keistimewaan zaman now adalah kemudahan mencari penginapan. Sudah bukan lagi zamannya harus menyimpan nomor hotel-hotel terdekat untuk booking, sementara kalau musim liburan kan juga harus rebutan pesan hotel. Saya sendiri juga sempat mengalami kesulitan dalam booking hotel ketika berkunjung ke Balige beberapa tahun silam karena memang pilihannya yang bisa pesan seperti di kota-kota besar dengan standar kamar yang memadai juga terbatas.

Kini, OYO Hotels Indonesia juga telah menjangkau Toba Samosir dengan beberapa pilihan hotel yang asyik, bukan sekadar ada di kota-kota besar Indonesia saja. Harga dan standar kamarnya juga tentu saja menggunakan standar yang sudah cukup tinggi khas startup unicorn asal India ini. Jadi, tidak ada kekhawatiran kita akan tinggal di tempat yang nggak kece ketika liburan di Toba Samosir.

Sekarang, tinggal cairkan dana investasinya, cari tiket pesawat, pilih penginapan yang tepat, dan kita bisa segera berlibur di dinginnya Danau Toba sisi Toba Samosir. Cus!

Yoforia, Fresh Yogurt Untuk Kesehatan Kita

yoforia-fresh-yogurt

Salah satu kenikmatan dan ketidaknikmatan hidup zaman sekarang adalah begitu banyak makanan enak. Masalahnya, enak itu belum tentu baik untuk perut. Begitulah, kalau saya lagi beli celana itu suka sedih karena jadinya saya harus mendapati dan meyakini bahwa perut saya itu buncitnya nggak karuan.

Pelan-pelan, saya mendapati bahwa penyebab buncit itu salah satunya adalah karena pencernaan saya tidak sehat. Tidak sehat maka tidak lancar. Ya bagaimana tidak buncit kalau input jauh lebih banyak dari output? Suram sekali.

food man person eating
Photo by Gratisography on Pexels.com

Cuma, kalau mau meniadakan input itu rasanya saya sekali. Lha, kalau saya posisi sedang di Kupang dan diajak ke Kampung Solor yang kelezatan ikannya tiada tanding itu, masak mau ditolak? Dalam dilema itu, saya kemudian mendapati salah satu solusi kehidupan.

Jadi, kalau malamnya saya makan enak di suatu tempat, maka pagi harinya ketika breakfast di hotel saya mengurangi makan besar dan memperbanyak yogurt. Pada beberapa hotel, terutama yang besar, yogurt itu adalah hidangan wajib yang biasanya diletakkan dekat buah-buahan.

Ditulis dalam artikel ‘Get health benefit from fresh yogurt‘ yang dimuat pada Spartanburg Herald-Journal (Februari 2013) bahwa yogurt lebih dari sekadar snack sehat. Di Amerika dan Eropa, yogurt digunakan sebagai mayones dalam salad maupun saus untuk ikan, steak, atau ayam. Di India, Timur Tengah, maupun Eropa Timur, yogurt juga dikenal sebagai minuman yang kadang-kadang asin, manis, memiliki rasa buah, atau bahkan dicampur dengan tanaman segar.

Yogurt telah lama dikenal sebagai salah satu jenis pangan yang digunakan untuk menjaga kesehatan pencenaan. Bakteri baik melindungi saluran pencernaan dan mencegah bakteri jahat bekerja, hal itu sudah dibuktikan oleh begitu banyak penelitian. Bahkan pernah disebut bahwa mengonsumsi yogurt bisa menghindarkan diri dari peluang sakit hingga 2/3.

Nah, kalau sedang tidak di hotel, kadang-kadang hal ini menimbulkan masalah baru karena saya nggak bisa bikin yogurt. Untung sekarang ada Yoforia, fresh yogurt yang memiliki live probiotics serta tidak melalui proses apapun lagi setelah menjadi yogurt alias tidak dipanaskan lagi, sehingga bakteri baik dapat tetap hidup dan manfaat yogurt-nya tetap terjaga.

Yoforia_Healthy Life_ (4)

Sebagaimana diketahui, Yoforia menggunakan live probiotics yang berfungsi membantu mencerna makanan dengan nutrisi terserap optimal karena banyaknya bakteri non-probiotik cenderung membuat pencernaan tidak lancar. Lebih lanjut lagi, live probiotics pada Yoforia adalah khusus sehingga rasa yang dihasilkan tidak terlalu asam dan lebih creamy.

Mohamed Zommiti, Michael L. Chikindas, dan Mounir Ferchichi pada artikelnya yang berjudul ‘Probiotics–Live Biotherapeutics: a Story of Success, Limitations, and Future Prospects–Not Only for Humans‘ dalam jurnal Probiotics and Antimicrobial Proteins menyebut bahwa setelah mengerahkan aksi baik mereka di saluran pencernaan, probiotik akan mencapai pintu keluar usus bersama dengan mikroorganisme usus lainnya. Pada perjalanan itu, bagian utama dari bakteri probotik akan mati karena pertumbuhan dan proses proliferasi–atau sederhananya perbanyakan–mereka sangat dipengaruhi oleh persaingan dari mikroorganisme lain di usus besar. Probiotik sebagian besar sudah dipecah dan dicerna sebagaimana nutrisi organik lain dalam usus dan kemudian dibuang bersama dengan feses. Jadi, sudah jelas bahwa live probiotics itu aman lahir batin.

Yoforia_Healthy Life_ (2)

Selain itu pula, Yoforia mengandung dietary fiber dari buah jeruk alami. Dietary fiber ini teksturnya lebih lembut dan cocok untuk diet dalam artian bikin kenyang lebih lama sehingga dapat mengurangi input.

Terakhir, Yoforia adalah fresh yogurt dengan banyak varian rasa yang unik. Bahkan ada rasa kopi segala. Adapun sebagaimana produk minuman lainnya, rasa yang paling saya gemari adalah leci dan kebetulan Yoforia merilis rasa terbaru Lychee Blast. Bagi saya, apapun yang dikasih rasa leci itu auto-enak.

Oya, bonus informasi, Yoforia juga sudah memenuhi kaidah-kaidah pendaftaran produk pangan yang benar. Buktinya, pada kemasan Yoforia sudah ada 2D Barcode yang dapat di-scan pada aplikasi BPOM Mobile dan hasilnya adalah seperti ini:

This slideshow requires JavaScript.

Yoforia_Healthy Life_ (6)

Jadi, mengingat sebagai konsumen cerdas saya harus cek Kemasan, Label, Izin Edar, dan Tanggal Kedaluwarsa, maka bagian terakhir ini menjadi faktor penentu untuk bisa mengeksekusi Yoforia dari kulkas toko ke kasir demi mencapai healthy life~

Daftar Lomba Blog November 2019

Sudah mau akhir tahun, sudah menang berapa lomba? Kalau belum ada–kayak saya–boleh coba beberapa lomba lagi, nih. Masih banyak juga daftarnya ternyata.

1. Lomba Blog Ajaib Investasi


Deadline: 8 November 2019
Pengumuman: 11 November 2019 (pada tanggal 11 November 2019, websitenya diperbaharui lagi dan berakhir di bulan Desember 2019. Hehe.)

Hadiah:
Juara 1 Uang Tunai Rp750.000
Juara 2 Uang Tunai Rp500.000
Juara 3 Uang Tunai Rp250.000

Informasi Lengkap bisa klik di sini, yha.

2. Lomba Menulis Blog Kemenhub 2019

3. Oyo Hotels Blog Competitions


Deadline: 22 November 2019

Hadiah:
Juara 1: 7 Juta Rupiah
Juara 2: 4 Juta Rupiah
Juara 3: 2 Juta Rupiah
Semua peserta mendapat diskon menginap di Hotel OYO sebesar 70% satu malam, bebas pilih kota dan tanggal menginap

Informasi Lengkap: OYO Rooms

4. Digital Marketing Life Hacks DomaiNesia

Tema: Digital Marketing Life Hacks
Deadline: 24 November 2019

Hadiah total 25 Juta Rupiah
Informasi Lengkap: DomaiNesia

5. Lomba Blog Fossil Gen 5 Smartwatch

Lomba Blog Fossil Gen 5 Smartwatch
Tema: meningkatkan Produktivitas dengan Fossil Gen 5 Smartwatch

Deadline: 13 November 2019
Pengumuman: 30 November 2019

Hadiah:
Juara 1 Fossil Watch dan cash Rp750.000
Juara 2 Fossil Watch dan cash Rp500.000
Juara 3 Fossil Watch dan cash Rp250.000

Informasi Lengkap: Urban Icon

5. Yoforia Blog Competition 2019

Tema: Yoforia, fresh yogurt for your healthy life!”
Deadline: 16 November 2019

Hadiah:
Uang tunai Rp2 Juta Rupiah untuk 2 orang pemenang
Uang tunai Rp1 Juta Rupiah untuk 5 orang pemenang

Informasi Lengkap: Yoforia

Liburan Tipis-Tipis di Miniapolis AEON Mall BSD Bersama Traveloka Xperience

Liburan Tipis-Tipis di Miniapolis AEON Mall BSD Bersama Traveloka Xperience

Sebagai Bapak Millennial merangkap bapak kuliahan, waktu saya dengan anak lanang semata wayang terbilang terbatas. Sebuah kondisi yang bikin sedih, apalagi di usianya yang Terrible Two seperti sekarang ini, ketika setiap hari dia punya kemampuan baru yang bikin takjub.

Berhubung keluarga kecil saya tinggal di Tangerang Raya dan kendala waktu itu tadi, maka opsi terbaik adalah memanfaatkan waktu weekend untuk bermain bersama Isto. Dan sebaiknya juga nggak jauh-jauh, selain karena mahasiswa kan identik dengan kemiskinan, kasihan juga kalau waktu terbatas hanya habis untuk perjalanan.

Cari punya cari, akhirnya saya dan Mama Isto mendapati sebuah opsi menghabiskan weekend yang menarik. Untunglah zaman sekarang ada Traveloka Xperience sebagai solusi untuk mencari hiburan dan liburan tipis-tipis, baik di tempat yang jauh maupun di sekitar rumah.

Buat yang belum begitu tahu Traveloka Xperience, sesungguhnya pasti sudah tahu tapi nggak ngeh saja. Traveloka Xperience adalah pengembangan dari menu Traveloka yang dahulu terkait dengan aktivitas dan hiburan. Jadi kalau dulu beli dalam rupa event-event, nah sekarang khusus untuk yang berbau-bau experience dijadikan satu di Traveloka Xperience sehingga menjadi #XperienceSeru. Dalam lini aktivitas dan hiburan kita juga mengenal Traveloka Eats.

Sebagaimana juga Traveloka yang untuk beli tiket dan booking hotel, sesudah membuka Traveloka Xperience, kita bisa masuk melakukan pencarian dengan interface yang mudah. Untuk tempat-tempat banyak keluarga muda seperti Bogor dan Tangerang Selatan, bahkan ada pencarian cepatnya. Saya menemukan beberapa opsi dan bisa melakukan evaluasi harga karena informasi harga berikut promonya ditampilkan dengan transparan.

Pilihan saya dan istri kemudian jatuh ke Miniapolis BSD. Pertama, tentu saja lokasinya yang nggak jauh-jauh amat dari rumah. Cukup naik taksi daring menuju AEON. Ya, Miniapolis BSD memang terletak di AEON Mall BSD City, tepatnya di lantai 2. Mal dengan identitas Jepang ini memang merupakan salah satu tempat paling hits se-Tangerang Raya sejak kehadirannya.

Screenshot_1985

Miniapolis AEON BSD menghadirkan area bermain anak nan begitu lengkap. Ada Doodles Mini Kitchen yang bisa melatih kemampuan motorik dan kreativitas anak dengan memasak dan menghias kue. Di sini ada peralatan masak untuk anak-anak sehingga anak bisa dilatih untuk belajar memasak. Cita-cita Mama Isto agar Isto jadi master chef junior kiranya bisa dioptimalkan melalui medium ini.

Oya, untuk orangtua jangan lupa membawa kaos kaki, demikian pula dengan anak. Kita nggak mau kan main di wahana kotor? Kalau nggak mau, ya setidaknya jangan jadi pengotor juga. Hehe.

Di bagian dalam dari Miniapolis, Isto begitu gembira. Sebab, ada banyak permainan yang begitu dia sukai dan terutama ya lapak cukup luas untuk lari-larian dan panjat-panjatan. Kalau diingat, anak ini baru bisa jalan di usia 14 bulan. Kala itu saya nggak terlalu khawatir ketika dia tertinggal dua bulanan dari teman-temannya yang sudah bisa jalan di usia 1 tahun pas.

Ya, kalau anak belum bisa jalan tapi tidak ada kendala medis, tenang saja. Jadikan itu momen untuk persiapan. Sebab, begitu anaknya sudah bisa jalan dan kemudian lari…….

….giliran bapaknya yang encok pegal linu.

Miniapolis menyediakan sarana bermain untuk anak di bawah 12 tahun. Artinya, ada anak dari rentang usia baru bisa jalan sampai rentang usia sedikit lagi puber. Penting bagi orangtua untuk mengawasi anak-anaknya.

Bukan apa-apa, mungkin karena bosan di tempat mandi bola bocah, si Isto sempat-sempatnya kabur ke area mandi bola anak gede. Saya yang takut dia ketiban atau keinjak kakak-kakaknya. Heuheu. Saya juga sempat baca sih review dari orangtua yang malah nulis macam-macam karena anaknya luka. Duh, Pak, Bu, namanya juga tempat bermain umum, bukan berarti anak kita lepas liarkan sambil kita buka HP dan haha-hihi. Tetap dijaga dong~

Foto.

Selain mandi bola, ada mini trampoline, ada beberapa sepeda mini, hingga ada juga bola dan gawangnya. Bagi orangtua, ini juga momen melihat pergaulan anak karena mereka akan bertemu teman-teman sebaya. Kalau anak saya sih, bukan sekadar bersosialisasi lagi. Dia malah mbathi.

Screenshot_1987
Sumber: Instagram @ariesadhar

Beberapa poin penting lain dari main di Miniapolis AEON BSD bersama Traveloka Xperience adalah bahwa tiket masuk itu bisa digunakan untuk wara-wiri seharian penuh. Jadi, jika lapar dan haus, bisa makan dulu untuk kemudian masuk lagi. Sebuah aspek menarik untuk harga yang juga menarik, terutama kalau beli lewat Traveloka. Plus, tiketnya sepaket dengan naik kereta api keliling lantai 2.  Dua privilese ini tidak kami manfaatkan karena dua alasan.

Screenshot_1986

Pertama, saya ngejar penerbangan untuk berangkat kerja di sore hari. Kedua, bayi saya keburu lelah di dalam jadi nggak sempat lagi merasakan naik kereta yang sebenarnya adalah kesukaannya.

Oh iya, jika memang tidak tinggal di Tangerang, Traveloka Xperience menyediakan banyak sekali pilihan untuk sekadar mencari pengalaman seru lewat berbagai wahana yang tersedia, berikut promo-promonya. Yakin nih nggak mau?