Miskin

Sepertinya sudah 2 pekan ini hujan terus di Jabodetabek. Tapi hujan yang terbilang lucu karena gerimis tipis-tipis namun lama sekali. Model gini pengen disyukuri tapi ya kehujanan, tapi pengen dikutuk kok ya masih bisa beraktivitas.

Tadi pagi saya mengantar Kristof kunjungan SD. Kebetulan di kantor status saya dinas fullday meeting jadi masih cocoklah untuk hadir di lokasi tepat waktu. Terlebih lokasi meeting dekat dengan Stasiun.

Jarak dari rumah ke SD itu sekitar 7 kilometer. Dan separonya macet parah. Untungnya, kami naik sepeda motor. Bukan untungnya juga sih, tapi ya adanya itu. Jadi walaupun kebasahan karena gerimis tapi motornya masih melaju dengan gembira.

Sambil nyelip-nyelip di antara mobil-mobil bagus, saya merenung, kenapa sih saya miskin begini, padahal kalau dibilang gaji ya nggak bisa dibilang sedikit juga. Gaji saya sama istri itu kalau ditotal sebenarnya lumayan, tapi kok ya urip tetap nelangsa. Yah, sesederhana mobil saja nggak punya.

Dalam renungan itu saya akhirnya tiba ke SD yang dituju. Eh, begitu saya mengantarkan Kristof ternyata di belakangnya muncul 2 orang teman sekolah yang anak artis. Anak pertama adalah putra kedua seorang gitaris dari band yang cukup kondang. Tidak berselang lama muncul putra tunggal pasangan komika dan selebgram. Yang unik, keduanya sama-sama naik motor.

Memang sih, si anak vokalis itu diantar emaknya pakai Vespa. Tapi ya tetap saja roda doa. Tetap saja hujan-hujanan. Sama saja dengan anak saya.

Demikianlah kiranya saya sebagai adik kelas jauh dari Rafael Alun Trisambodo menjalani refleksi dalam bermiskin-miskin ria sambil membandingkan kok bisa-bisanya ada kejadian 2 pekan belakangan.

Embuhla~