Pentingnya Nama Bagi Orang Batak

Kalau William Shakespeare itu orang Batak, pasti dia nggak akan mengeluarkan pernyataan “apalah arti sebuah nama”. Ya, untungnya pujangga ternama itu bukan orang Batak. Coba kalau dia orang Batak, nggak mungkin cerita Romeo dan Juliet akan begitu kan?

Mungkin cerita Romeo dan Juliet akan jadi semacam yang dilakukan Opung saya yang mengejar anaknya yang kawin lari dengan naik kendaraan roda dua. Ya pada akhirnya yang kawin lari itu juga nggak terus bunuh diri biar romantis kok. Keduanya langgeng sampai kakek-nenek.

Jadi apa ini maksudnya?

Begini. Nama di kancah adat Batak itu begitu pentingnya, soalnya bakal mengacu ke nama orang tua juga. Jadi kalau orang tua zaman Twitter mungkin berpikir untuk kasih anaknya nama yang unik agar nanti anaknya nggak kesusahan cari ID Twitter, maka orang Batak dari dulu sampai sekarang akan berpikir lebih jauh.

Bukan apa-apa, ini menyangkut namanya sendiri.

Di adat Batak yang saya tahu dan saya anut, nama saya sebagai ANAK PERTAMA itu memegang peranan penting. HAHAHAHAHA.

Ya, saya kurang paham yang terjadi di Batak lainnya, tapi yang saya anut begini sih. Jadi mohon maaf sebelumnya kalau berbeda dengan Batak-Batak lainnya, secara Batak saja ada maragam-ragam jenisnya.

Kenapa nama anak pertama penting?

Nama anak pertama, nggak peduli laki-laki atau perempuan, akan melekat menjadi nama panggilan bagi kedua orang tuanya. Itu pakem pertama. Jadi itu mungkin penyebab orang Batak nggak ngasal kasih nama. Di keluarga saya dari jalur Mama, ada 8 nama yang sebagian besar cakep-cakep. Iya, 8, karena maktua Riana meninggal muda, aslinya sih 9 bersaudara.

Jadi, nama anak pertama itu akan melekat ke panggilan Pak dan Mak. Jadi kalau nama anaknya si Joko–yah, ini Batak apa Jawa sih?–maka jadi Pak Joko dan Mak Joko. Kalau saya sendiri sih, sebagai anak pertama akhirnya jadi ikut tenar di kancah arisan punguan Simamora dan Simatupang karena nama saya dipakai.

Pak Alex dan Mak Alex.

Terdengar keren bukan?

*ditabok rame-rame sama sepupu*

Begitu untuk NAMA ANAK PERTAMA.

Selain itu, kita semua tahu betapa pentingnya anak laki-laki bagi halak hita. Banyak orang dulu yang kemudian “bikin anak terus” sampai 6-7 orang agar mendapat anak laki-laki. Kenapa demikian?

Karena marga akan diturunkan dari anak lelaki. Jadi kalau ada seorang Simamora, misalnya, yang tidak punya anak laki-laki, maka bisa dibilang keturunannya berhenti. Ya, meskipun ada banyak Simamora lain yang bisa melanjutkan itu sih. Tapi ya kita nggak bisa memandangnya sesederhana itu.

Marga yang turun ke anak perempuan, semisal Ningsih Simamora (yaelah, kok Jawa lagi?) itu akan lebur begitu saja kalau si Ningsih menikah dengan Tukirin Sembiring. Ya, anak-anak mereka akan jadi Sembiring marganya.

Itulah kenapa anak laki-laki menjadi penting.

Satu lagi yang cukup penting adalah soal nama Ompu. Kalau saya sitir disini, Ompu ini untuk orang tua yang sudah punya cucu. Nah, biasanya nih nama yang mengikuti Ompu itu adalah…

…nama cucu laki-laki tertua dari anak laki-laki tertua.

Nah loh bingung.

Jadi gini. Kayak opung saya, punya anak pertama perempuan, yang kebetulan anak pertamanya laki-laki, sebut saja Bang Toto. Nah, opung saya nggak jadi Opung Toto. Opung Toto ini akan berlaku di orang tuanya Paktua saya yang adalah Bapaknya Bang Toto.

Nah, nama yang akan melekat di opung saya berasal dari anak kedua opung saya, yang adalah laki-laki. Saya sih menyebutnya Tulang karena merupakan saudara laki-laki Mama saya. Kebetulan, anak pertama Tulang yang ini adalah perempuan. Jadi sementara, nama opung saya adalah mengikuti nama sepupu saya yang perempuan ini. Sebut saja sepupu saya namanya Goddes, jadi nama opung saya–sementara ini–adalah Ompuni Goddes.

Nah, begitu Tulang saya ini punya anak laki-laki, maka namanya resmi opung saya akhirnya diperoleh. Sepupu saya yang ini adalah anak ketiga, tapi anak laki-laki pertama di keluarga Tulang saya. Misal nama sepupu saya ini Barita, maka, nama opung saya menjelma menjadi Ompu Barita.

Yang bikin ngakak di era sekarang adalah tren membuat nama yang keren-keren biar ID Twitter-nya dapat. Jadi si sepupu saya yang nomor 1 itu sudah punya anak cowok, yang kebetulan anak bungsu. Mau tahu namanya?

Namanya Myron.

Jadi, nama opungnya adalah Ompu Myron.

Itu bacanya gimana coba?

Ompu Mairen?
Ompu Miron?
Ompu Mairon?

Itu pertanyaan orang kampung begitu ditanya, siapa “namamu” sekarang ke Paktua saya. Yah, tentu saja, ada perbedaan antara orang yang tinggal dan besar di Jakarta dengan yang masih ada di kampung sana. Salah satunya ya pemilihan nama itu.

Jadi memang paling keren tetap Ompu Alex. Sayangnya itu nggak ada karena Bapak saya Jawa. Padahal kalau diterapkan–berhubung PakDe saya Romo–maka saya bisa jadi Mbah Alex. #pemaksaanadat

Begitu kira-kira. Semoga memberi pencerahan, terutama bagi yang PDKT sama gadis-gadis Batak. Jangan lupa siapkan sinamotnya ya.

😀

19 thoughts on “Pentingnya Nama Bagi Orang Batak”

  1. LOL..
    You know “tutur”. For a mixed descendant (jawa-batak), that’s quite an achievement. I know a lot of Batakneses (pure blood – jadi kayak heri potter) who can’t speak Batak and know nothing about Tutur. I wonder if you can say more than just marragam-ragam, sinamot and halak hita 🙂

    Btw, dalam khazanah Batak ada istilah ‘Boru Panggoaran’. I know you know what it means *nasib anak cowo sebagai siappudan*

    Like

    1. *pukpuk pudan*
      You’re right, I know nothing about Batak, actually.. Hahaha.. Istilah-istilah itu saja saya tahu juga baru 1-2 tahun terakhir, terutama habis mudik 1 minggu ke Dolok Sanggul, yang mana yang terdengar ya hanya bahas Batak.. 🙂

      Tapi, sebagai anak sulung, cukup ngerasa bedanya sih. Apalagi jadi anak sulung di dua adat (Jawa dan Batak).. Itu kekayaan lho.. 😀 😀

      Like

    2. NVM.. that’s a good start. Batak itu memang pelik dan rumit. Gue yang asli dari daerah Toba aja kadang masih stumbled upon some terms and tradition used in Batak.

      Batak-Jawa itu memang kekayaan. Makanya gue juga pengen cari pasangan Jawa, biar tambah kaya #eh #gagalpokus

      Like

  2. Saya menikah dgn lelaki batak. Saya punya anak 3..yg pertama dan kedua perempuan dan yg ketiga lelaki. Saya ingin bertanya benarkah dalam adat batak anak lelaki saya harus tetap dipanggil abang oleh kedua kakaknya..?

    Like

    1. Kalau di urutan tarombo keluarga, sih, iya. Dia, si bungsu yang cowok itu, ditulis duluan. Masalah panggilan, sebagian keluarga saya yg seperti itu bilang panggil Abang, sebagian sih nggak panggil Abang. Jadi, baiknya ditanyakan ke mazhab keluarga suami. Hehe.

      Like

    2. Untuk diadat batak…panggilan abang itu bukan berarti selamanya dia yang tertua….tetapi panggilan seorang wanita kepada saudara laki-laki juga bisa dipanggil abang selain panggilan umumnya yaitu Ito…

      Like

Tinggalkan komentar supaya blog ini tambah kece!

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.