Bolehlah mau disebut sebagai komentar film, karena tulisan ini dibuat setelah menonton film “?”. Yap, film ini memang sedikit membuat heboh. Eh, sedikit apa banyak ya? Soalnya di bioskop tadi penuh, sampai ada yang nonton di depan bawah alias menyiksa leher. Hehehe..
Ya, setiap segala sesuatu yang terkait dengan SARA pasti heboh. Itu pasti. Nggak peduli itu film, poster, issue atau apapun.
Dalam hal ini, konflik-konflik agama dan SRA lainnya, pasti akan menyinggung satu dan lainnya. Coba anda seorang muslim, dan menonton kisah dilarang sholat. Komentar Soleh pun pasti mengemuka. Atau anda Katolik, bisa terjadi juga apa yang diminta oleh Doni untuk membubarkan aksi peragaan Jumat Agung hanya karena yang jadi Yesus-nya orang Islam.
Atau kala Hendra memutuskan memilih jadi mualaf dengan segala latar belakangnya, sampai Rika yang menjadi Katolik karena tidak mau dipoligami. Itu pasti akan menyinggung salah satu. Nggak bisa dipungkiri soal itu.
Sebenarnya apa sih yang dipermasalahkan? Tuhan yang kita akui bersama itu sebenarnya SATU. Kita menuju Tuhan dengan cara yang kita yakini masing-masing, itu saja bedanya. So, soal ini sebenarnya sih tidak akan menjadi masalah ketika pola pikirnya demikian. Sayangnya, belum semua orang mampu berpikir demikian.
Ketika Hendra memilih menjadi mualaf, itu ada pilihannya, pun dengan Theresia Rika. Yang penting, kita menjadi lebih baik dengan mengarungi jalan yang kita pilih sendiri itu. Thats It. Nggak perlu-lah kita mengurusi kepercayaan orang lain, terlebih mendoktrinnya.
Kita masing-masing punya tujuan yang sama: TUHAN kita. So,pilihan berjalan tentu akan kembali ke kita masing-masing. Dengan syarat itu tadi, pastikan bahwa itu menjadikan kita lebih baik.
Thanks buat film yang sangat mendidik itu.
Hanya 1 catatan utk film ini: doa Bapa Kami itu “Bapa Kami Yang Ada Di Surga” bukan “Bapa Kami Yang Di Surga”, might be ini kelolosan ngedit.. hehehe..
Semangat!!!