Wim Rijsbergen jadi topik di kalangan suporter Indonesia. Bukan prestasi tentunya. Ini soal tindak tanduknya yang mengundang gemas kala sangat sering menulis catatannya. Status banyak orang di FB pada saat pertandingan Indonesia-Bahrain menandakan tindak-tanduk yang itu jadi perhatian rakyat banyak.
Kedua, tentu soal pernyataannya. Awal-awal ada banyak pernyataan optimis bahkan over confidence. Lama-lama si pelatih malah menyalahkan pemain yang ada. Mereka memang tidak bisa maen simple football, sesuai kata Pak Wim, tapi siapa yang seharusnya menyuruh pemain timnas maen simple football kalau bukan Pak Wim?
Dan jangan lupa sejarah dia walaupun hanya sekejap mata di Indonesia.
“Kita tidak siap untuk sepak bola level internasional. Lagi pula, ini bukan skuat yang saya pilih. Sesaat setelah kompetisi mulai, saya akan lihat pemain baru yang lebih segar,” kata Wim, seusai pertandingan, Selasa (6/9). (Wim Rijsbergen Tolak Bertanggung Jawab)
“Masalahnya, mereka tinggi. Kita seharusnya bermain bola bawah dan bergerak. Jika Anda main lambung maka tidak efektif. Pemain harus siap menerima bola. Tetapi bermain bola bawah juga tidak mudah,” lanjutnya. (KO, Beda Postur Tubuh Jadi Alasan Pelatih Timnas)
Comment: kalau tahu nggak siap, kok mau ngelatih Indonesia?
“Selama ini, Wim sering mengomel dan minta dipulangkan ke Belanda. Bagi kami, tidak ada masalah melepas Wim karena sejak awal memang tidak enjoy dengan materi pemain PSM,” kata Husain. (Pengamat Heran Keputusan PSM Pecat Wim)
Comment: wah, kok di lapangan jarang ngomel?
Saat diberitahukan mengenai hal ini di Hotel Sultan usai laga, bomber muda Ferdinand Sinaga terlihat cukup kesal. “Ya semua pemain memang cukup kesal dengan sikap yang ditunjukkan Wim kepada kami. Tak seharusnya seluruh kesalahan dibebankan pada para pemain,” kata Ferdinand kepada INILAH.COM.
Tak mampu membendung kekesalan, Firman Utina pun menulis lewat twitternya, @FirmanUtina_15, “Saat skarang kami bagaikan anak ayam yg di tinggal induknya. Tapi harus di ingat kita adalah 1 tim yg harus 1 dan tidak bercerai berai, Seharusnya kita cari solusinya sama”menir,” tulis Firman.
(Bomber Timnas: Jangan Cuma Salahkan Pemain, Wim!)
Comment: ini tanda-tanda perpecahan! Bahaya!
Wilhelmus (“Wim”) Gerardus Rijsbergen (lahir di Leiden, Zuid-Holland, Belanda, 18 Januari 1952; umur 59 tahun) adalah seorang pelatih sepakbola dan mantan pemain bertahan yang berasal dari Belanda. Rijsbergen adalah asisten Leo Beenhakker pada Piala Dunia 2006 di Jerman, dan menjadi pelatih Trinidad dan Tobago setelah Piala Dunia berakhir. Per Desember 2007, posisinya sebagai pelatih diberhentikan sementara waktu oleh Federasi sepak bola Trinidad dan Tobago selama (6) bulan, sampai akhirnya digantikan pada 4 June 2007 (Wim Rijsbergen)
Comment: inikah yang disebut pelatih berprestasi?
Ini preseden buruk bagi kita, setelah loyo di era sebelum Alfred Riedl, penampilan timnas di piala AFF telah menghasilkan euforia bahwa Indonesia Bisa! Lihat penampilan kita saat melawan Malaysia di Senayan pada final. Kita kalah agregat, tapi semangat juang yang luar biasa hingga menang 2-1 meskipun akhirnya tetap kalah, membuat pemain tetap memuji dan berharap ada peningkatan. Hanya sesederhana itu.
Pak Wim datang dengan keluhan-keluhannya. Kalau mau ngelatih yang siap, yang posturnya bagus, yang keren, Bert van Maarwijck itu kayaknya mau resign habis Euro 2012, silahkan Pak Wim apply kesana.
Pak Wim juga bermasalah di timnas Trinidad Tobago, Pak Wim menyalahkan pemainnya, ini BURUK. Jose Mourinho saat kalah dalam perebutan Juara Premier League mendatangi bangku fans, menunjuk ke para pemainnya, meletakkan tangannya dalam posisi mengangkat dagu. Apa artinya? DIA BANGGA dengan pemainnya. Mou juga selalu membela pemainnya, bahkan kalau perlu menjadikan dirinya sebagai kambing hitam. Pun dengan Alex Ferguson, kala membela performa David De Gea. Pep Guardiola juga demikian kala mengangkat Victor Valdes. Pelatih besar selalu membela pemainnya di depan orang lain (mungkin memang memarahinya di kamar ganti).
Jadi apakah Pak Wim ini bisa kita anggap pelatih besar?
Saya jadi bertanya-tanya.
Satu yang pasti, Riedl telah ilfil sama Indonesia. Jangan berharap ada Riedl. Menurut saya sih, kasih kesempatan Pak Wim ini membuktikan sorak sorainya untuk mencari pemain di kompetisi. Kasih 2 pertandingan, buktikan, kalau nggak mari kita goyang ramai-ramai.
Permainan atraktif lawan Turkmenistan jelas bukan karya Wim. Pondasi Riedl dan sentuhan Rahmad Darmawan jelas terlihat disana. Sumbangan Wim adalah mengganti Firman dengan Toni, bukan dengan Eka. Sehingga lantas Indonesia bermain tanpa arah dan tujuan dan kebobolan 2 gol lawan 10 pemain lawan.
Rakyat kadung berharap setelah nyaris pupus sebelum era Riedl. Pak Wim mau nggak mau harus menerima itu, bukannya menyalahkan pemain, postur, lama-lama nanti salahnya suporter, wasit, dan lapangan pula. Itu sifatnya given, nggak bisa diutik-utik.
Saya juga pernah kecewa kok sama Riedl. Jauh2 nonton Indonesia-Turkmenistan ke Jakabaring malah disuguhi kekalahan. Tapi yang patut dicatat adalah semangat dan cara bermain para pengguna merah putih di lapangan, itu beda dengan yang kelihatan di Senayan kemarin Selasa.
Well, ini sekadar catatan saya si penggila bola.
Like this:
Like Loading...