Buku Kedua

Dulu sekali, cita-cita saya adalah jadi penulis buku. Saya cukup ingat betapa saya sangat excited bahkan ketika buku-buku antologi yang ada tulisan saya terbit. Buku seperti Cinta Membaca yang notabene self-publishing itupun saya borong sebelum kemudian sadar bahwa tidak ada benefit finansial apapun yang saya peroleh. Yang ada malah sempat di-SMS diajakin ta’aruf sama seseorang yang bilang bahwa dia habis membaca tulisan saya di buku itu. Entahlah.

Saya baru benar-benar tersadar bahwa menjadi penulis buku adalah jalan terjal ketika akhirnya punya buku sendiri. Promo buku saya lumayan padahal, ikut acara di f(x) sama museum Bank Mandiri. Buku saya itu satu promo-an dengan buku pertamanya Kevin Anggara. Pernah juga satu talkshow dengan Benakribo.

Tapi ya begitulah, mereka sukses. Saya kagak. Hahaha.

Pada titik itu saya kemudian benar-benar tidak hendak menulis buku. Apalagi mulai 2014 saya lebih asyik menulis artikel di berbagai situsweb, baik yang berbayar maupun tidak. Selain bikin buku itu adalah perjalanan panjang dan melelahkan, bayangan tidak laku itu sungguh mengesalkan. Bagaimanapun, saya melihat sendiri buku saya diobral 15 ribu dan berserakan begitu saja di sejumlah toko buku.

Ketika #OomAlfa nongol, setiap minggu saya ke Jakarta, dari mal ke mal, sekadar hendak memotret buku saya nampang di Gramedia sebelum kemudian sadar bahwa dalam 2-3 minggu buku saya sudah di-retur ke penerbit karena tidak laku. Dari sisi finansial saya memperoleh penerbit yang baik, tidak ada hak penulis yang hilang, malah kalau dari hitungan saya, sayanya yang justru berhutang karena royalti tahap pertama itu nilainya masih lebih besar dari royalti yang saya hasilkan.

Walau demikian, buku itu masih saya pajang. Gambarnya masih ada di satu sudut blog ini. Bagaimanapun buku itu membawa saya pada sejumlah kegiatan bersama penerbit, bersua para penulis keren, yang memang tidak semuanya sesukses Raditya Dika. Karena lagi-lagi, dunia kepenulisan itu ternyata cukup kejam.

Sampai kemudian beberapa waktu yang lalu, saya dihubungi editor untuk berdiskusi tentang kemungkinan saya menulis buku dengan cara menulis mirip sejumlah artikel saya di Mojok. Ada peluang tapi saya tetap gamang. Kalau nggak laku lagi gimana~

Pada akhirnya, saya jadi juga menulis. Lebih absurd lagi sebenarnya karena tenggat yang disampaikan penerbit perihal kapan naskah saya kudu kelar itu adalah tenggat yang sama persis dengan proses pengerjaan tesis saya. Jadi, di bulan Mei 2021 kemarin saya menulis tesis dan menulis buku dalam waktu yang bersamaan. Bahkan sebenarnya ada satu pekan yang membuat saya meninggalkan tesis sejenak demi mengejar konten buku. Sejumlah kecil kontennya sebenarnya ada di Mojok, sebagian konten juga ada di blog ini, tapi tentu saya sesuaikan dan saya tambahkan banyak konten lain. Heavy 13, misalnya, ketika ditulis kembali agak-agak bikin terharu. Dulu tulisan itu ditulis 2-3 jam sesudah melakoni peristiwa tersebut, eh begitu ditulis ulang bertahun kemudian, rasanya jauh berbeda.

Dan buku itu sekarang sedang naik cetak. Sudah buka pre-order juga. Nanti di pertengahan Agustus, buku itu akan meluncur ke tangan teman-teman. Salah satu hal yang bikin saya tetap yakin dengan buku ini adalah karena jumlah 1 cetakannya masih lebih kecil dari jumlah buku #OomAlfa yang laku. Jadi, ya setidaknya saya masih bisa berharap 1 cetakan laku dan saya nggak jadi beban penerbit sebagaimana terjadi pada buku yang lalu.

Bukunya sendiri sebenarnya pernah ingin saya buat bertahun-tahun lalu kala masih jadi aktivis gereja. Begitu dibawa tahun 2021, outline waktu itu jadi beda sekali isinya plus muatannya. Tapi sembari menulis, saya nggumun sendiri, ternyata dinamika kehidupan beragama saya gitu amat. Naik turunnya jelas sekali. Pernah jadi aktivis, pernah juga jadi NaPas. Seekstrem itu ternyata. Mungkin buku ini dapat cocok bagi orang-orang yang sedang gamang iman semacam saya atau juga orang-orang yang dikecewakan oleh komunitas atau yang paling penting: bagi kalangan mayoritas yang ingin tahu lika-liku hidup sebagai minoritas.

Jadi, mari kita sambut buku kedua saya~

Kenali Gejala, Penyebab, dan Pengobatan Cacar Air Paling Ampuh

Penyakit cacar air sudah sangat lazim diderita di kalangan mayoritas masyarakat. Konon katanya, setiap orang akan mengalami penyakit ini satu kali seumur hidup entah itu ketika kecil, dewasa, dan bahkan saat sudah lanjut usia. Cacar air memang tidak membahayakan, tetapi bekasnya biasanya sulit dihilangkan selama beberapa waktu.

Gejala Penyakit Cacar Air

Cacar air adalah penyakit kulit yang menimbulkan kulit terjadi ruam merah dan bisul yang di dalamnya berisi cairan. Penyakit ini bisa menyerang anak-anak, remaja maupun orang dewasa. Sebelum benar-benar timbul cacar pada kulit tubuh, biasanya ada beberapa gejala yang ditimbulkan meliputi sebagai berikut:

  • Badan terasa panas dan demam
  • Penderita mengalami pusing
  • Tubuh terasa lemas dan tidak nafsu makan
  • Tenggorokan terasa nyeri
  • Terjadi ruam merah pada kulit yang biasanya nampak di punggung, perut, lengan, dan selanjutnya bisa menyebar ke seluruh tubuh penderita

Penyebab Terjadinya Cacar Air

Cacar air adalah penyakit yang disebabkan oleh Virus Varicella Zoster. Penularan virus tersebut bisa menular melalui kontak ludah serta kontak langsung dengan cairan cacar yang berasal dari ruam yang dimiliki oleh penderita. Oleh sebab itu, cacar ini merupakan penyakit menular yang dapat ditularkan dari siapa saja selama terjadi kontak dengan ludah dan cairan cacar. 

Di samping murni karena penularan virus, terdapat beberapa faktor lain sehingga manusia bisa mengalami cacar air yakni sebagai berikut:

  1. Belum pernah mendapatkan imunisasi cacar
  2. Belum pernah mendapatkan vaksin cacar air khususnya bagi ibu hamil sehingga anak nantinya bisa berpotensi mengalami cacar
  3. Bekerja di tempat-tempat umum yang rawan akan penyebaran berbagai macam virus
Photo by Kristina Nor on Pexels.com

Cara Mencegah dan Mengobati Cacar Air Paling Ampuh 

Cacar air bisa diobati dengan jalan kedokteran maupun dengan cara tradisional. Pengobatan cacar ini tidak bisa secepat kilat langsung sembuh, tetapi membutuhkan proses selama beberapa waktu hingga cacar dan bekasnya benar-benar menghilang.

1. Minum Air Putih dengan Cukup

Cara pertama untuk mencegah sekaligus mengobati cacar air yang paling mudah yakni dengan meminum banyak air putih. Dengan banyak minum, maka tubuh akan terasa lebih dingin dan mmeungkinkan kinerja virus akan segera melemah. 

2. Tidak Menggaruk Ruam Cacar

Cacar air memang akan membuat kulit terasa panas dan sangat gatal. Namun, menggaruknya supaya rasa gatal hilang harus dihindari sebisa mungkin karena malah akan memperburuk kondisi cacar semakin parah. Jika digaruk, cacar yang belum sepenuhnya sembuh akan mengeluarkan cairan dan selanjutnya tumbuh ruam kembali. Ini akan memperlambat proses penyembuhan. 

3. Mengenakan Pakaian dengan Bahan Lembut dan Adem

Saat menderita cacar air, usahakan menggunakan pakaian yang lembut dan adem. Kain yang direkomendasikan untuk pakaian tersebut adalah kain katun rayon yang sangat adem jika dipakai. Dengan begini, kulit yang terasa panas akibat cacar perlahan-lahan bisa ternetralisir dengan pakaian yang dingin. 

4. Memakai Parutan Jagung Muda 

Salah satu cara tradisional yang bisa mendinginkan kulit yang terasa gatal dan panas akibat cacar air adalah dengan memakai parutan dari jagung muda. Parut beberapa biji daging jagung muda dan oleskan secara merata pada kulit yang terkena cacar. Jagung tersebut juga membuat cacar tidak akan membekas pada kulit. 

Informasi mengenai penyakit cacar air, gejala, penyebab, dan cara mengobatinya tersebut semoga menambah wawasan para pembaca. Walaupun penyakitnya tidak membahayakan, tetapi sangat disarankan untuk tetap melakukan pencegahan sebisa mungkin. Dengan begitu, penyakit cacar air bisa Anda antisipasi dengan lebih maksimal.