Rekomendasi Kegiatan Saat Berlibur di Bandung

Bandung lagi-lagi ramai di media sosial. Kali ini menyoal transportasi. Rencana pemerintah untuk menonaktifkan bandara Husein Sastranegara guna mengoptimalkan Bandara Internasional Jawa Barat di Kertajati mengundang diskusi yang panjang lebar. Salah satunya termasuk usulan bahwa seharusnya bandara itu di Bandung Selatan dan sejenisnya.

Pada intinya, sih, Bandung adalah salah satu destinasi idaman yang sebaiknya memang terkoneksi dengan bandara. Hal ini juga terkoneksi dengan salah satu konten dari akun Instagram Kereta Cepat yang menawarkan ide bagi pekerja Jakarta untuk (((makan siang di Buah Batu))).

Yakali makan siang doang di Buah Batu? Padahal di Bandung itu ada beberapa kegiatan yang bisa dilakukan, selain tentu saja kulineran di bandung.

Pertama, lari pagi-siang-sore-malam di Gasibu

Lapangan yang pernah bernama Wilhelmina Plein alias lapangan Wilhelmina ini terletak persis di depan Gedung Sate. Kenapa namanya Gasibu? Ada kemungkinan terkait dengan aktivitas Gabungan Sepakbola Indonesia Bandung Utara yang dulu pernah aktif bermain di sekitar situ.

Sumber: Musafir Kehidupan

Yang menarik dari Gasibu ini adalah treknya benar-benar trek serius buat lari. Bagus betul. Saya pernah beberapa hari menginap di Ibis (karena mengawal bos yang di Pullman) dan sering sekali memanfaatkan Gasibu untuk mencari keringat. Sebab di Ibis nggak dapat fitness. Tentu saja.

Ngadem di Taman Hutan Raya

Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Djuanda adalah bagian dari daerah cekungan Bandung dan punya latar belakang sejarah dengan zaman purba hingga sekarang sebab berdasarkan aspek geologis daerah ini berubah oleh gejolak alam dalam kurun waktu ke waktu.

Sumber: tahurabandung.com

Tahura Ir. H. Djuanda awalnya tadinya adalah kelompok Hutan Lindung Gunung Pulosari yang berubah fungsi menjadi Taman Wisata Alam (TWA) Curug Dago. Pada tahun 1985 atau bertepatan dengan kelahiran Ir. H. Djuanda, TWA Curug Dago diresmikan sebagai Hutan Raya Ir. H. Djuanda yang merupakan Tahura pertama di Indonesia.

Dan sudah barang tentu, selain ke tempat-tempat tersebut di atas, maka Bandung identik dengan kulinerannya. Sebagai mantan warga ber-KTP Bandung (Barat) dan sekaligus punya anak kelahiran Bandung, berikut sedikit banyak rekomendasi kulineran di bandung versi ariesadhar.com.

Batagor Depan Sekolah Aloysius

Ini rekomendasi pribadi istri. Pernah suatu hari cuti, kami jauh-jauh dari Ngamprah ke tengah kota Bandung cuma buat makan batagor ini.

Sumber; @infobandung_food

Sisi positif dari Batagor ini adalah lokasinya yang di deretan makanan enak lainnya, seperti misalnya Seblak Sultan dan sederet makanan enak lainnya.

Lumpia Basah Jalan Ganesha

Lagi-lagi karena rekomendasi istri, maka untuk kategori lumpia basah tentunya mengarah ke ITB. Dengan pelanggan yang tersebar di seluruh dunia, ITB tentu menjadi magnet sehingga lumpia basah ITB ini selain enak juga laris karena berkuah kenangan. Heuheu. Intinya sih kalau buat anak ITB, lumpia basah ini sudah pasti jadi destinasi kulineran di bandung yang penuh kenangan.

Oya, saya juga bertanya ke Bard-nya Google soal rekomendasinya dia mengenai aktivitas yang sebaiknya kita lakukan di Bandung. Dan menurut si mamang Bule ini, rekomendasinya adalah:

Mengunjungi Gedung Sate

Sebuah hal yang menarik, sih. Tapi tadi kan sudah lari di Gasibu. Jadi bisa sekalian mampir. Saran saya jangan foto-foto Gedung Sate dari Gasibu. Soalnya bakal ada kabel melintang. Hehe.

Mengeksplorasi Jalan Braga

Nggak usah panjang-panjang, ada posting legendarisnya di blog ini yakni Braga, I’m in Love.

Mencicipi Kuliner Lokal

Nah, cocok sekali bukan. Lebih lanjut soal kulineran di bandung bisa merujuk ke tautan yang ada di posting ini, selain juga beberapa yang sudah disebutkan.

Demikianlah sedikit kisah tentang Bandung dan aktivitas serta kulineran yang menyertainya. Semoga berkenan. Bhay~

Dari Singapura ke Legoland Naik Bis

Selamat datang kembali di blog yang sebenarnya makin mahal bayarnya tapi empunya makin jompo untuk mengisi kontennya~

Alkisah beberapa hari lalu, saya dan keluarga berlibur ke Legoland. Tentu saja Legoland-nya tidak jauh-jauh ke Dubai, apalagi Florida. Cukup ke Johor Bahru saja. Segitu saja tabungan sudah menyusut dengan drastis, gaes.

Jadi sejak lama Kristof memang nonton Ryan Kaji di YouTube Kids. Ada episode main di Legoland. Lalu kemudian pada beberapa ulang tahun, teman-temannya memberi bingkisan lego yang plastik sebagai penyerta chiki dan sejenisnya. Saya masih berpikir miskin kala itu dengan membelikannya lego curah. Cuma pas dibeliin jadi aneh karena banyak yang tidak berpasangan.

Singkat cerita, hasil hitung-hitungan sama istri akhirnya kami memutuskan untuk dijadikan saja liburan ke Legoland ini. Lagipula, Kristof ini dari umur 2 tahun sudah punya paspor. Gara-gara pandemi saja dia batal diajak ke luar negeri. Sekalianlah dia sudah umur 6 tahun dan sudah mau masuk SD. Jadi biar nanti kalau-kalau ditanya soal pengalaman ke luar negeri, minimal dia tidak kosong melompong sama sekali.

Ada banyak kisah sebenarnya, tapi kali ini saya mau cerita soal naik bis dari Singapura ke Legoland saja karena bagian ini yang agak sulit mencarinya dalam proses penyusunan itinerary kemarin.

Jadi, Singapura ke Legoland ini dekat sekali sebenarnya. Naik bis itu hitungan 1 jam lebih sedikit. Apalagi di Singapura jalanan terbilang tidak macet dan Legoland pun sebenarnya belum masuk ke pusat kota Johor Bahru. Jadi benar-benar masih di pinggir. Dalam banyak video di YouTube, bahkan pada naik Grab dari Singapura ke Legoland.

Okey. Jadi, hasil cari-mencari sebenarnya soal beli tiket bis ini bisa diperoleh di Klook dan bahkan Traveloka. Cuma atas beberapa pertimbangan, saya kemudian mencoba meluncur ke sumber aslinya. Jadi kalau di Klook itu memang bisnya akan WTS Travel yang bisa diakses di https://www.wtstravel.com.sg/. Dan situswebnya sendiri terbilang mudah diakses dan bisa untuk transaksi dari Indonesia. Jadi, kami eksekusi sekalian.

Bis ini hanya ada 1 kali sehari yakni di pukul 09.00 pagi waktu Singapura. Di tiket, penumpang diharapkan sudah bersiap 08.45. Kemudian bis balik ke Singapuranya adalah pada pukul 17.00 dengan bersiapnya 16.45.

Sebenarnya secara realita tidak 15 menit juga. Dalam perjalanan kemarin, bisnya baru tiba sekitar 8 menit sebelum jam keberangkatan. Tapi memang berangkatnya pas tepat jam 9. Yang nyupir kemarin babang-babang keturunan India yang memang banyak di Singapura. Kebetulan sekali pas berangkat di tanggal 25 Juni, kami dapat double decker. Cocoklah Kristof bahagia sekali karena dapat bis semacam ini. Tujuan membahagiakan anak tercapai.

Lantas di sebelah mana menunggunya?

Benar-benar di Singapore Flyer-nya. Nanti bisnya akan berhenti di depan halte ini. Cuma, karena di seberang itu adalah pit stop untuk F1, saya kurang paham kalau musim F1, di sebelah mana bisnya akan berangkat. Soalnya saya nggak nemu ada semacam Kalibanteng-nya Mangkang di Singapura sini.

Satu hal yang perlu dicatat adalah kita tidak bisa pilih kursi. Ketika membeli tiket tidak ada opsi itu. Dan pas mendapat tiket dari Babang Driver, langsung sudah dikasih nomor kursi. Bagasi kita taruh di bawah, lalu kitanya naik.

Selanjutnya, kita akan masuk ke Malaysia melalui Tuas Point. Nah jadi kalau di Singapura ini modelnya seperti terminal yang tertutup begitu. Ketika masuk Tuas Point, nanti kita akan masuk ke ruangan kaca (yang tidak boleh difoto), lalu akan bersua kamera canggih imigrasi Singapura. Nanti saya akan cerita sedikit prahara anak saya dengan imigrasi Singapura. Semoga dia nggak keburu SMP ketika saya sempat menuliskannya.

Sesudah kelar imigrasi, bis akan muncul di sisi satunya lagi. Dan konsepnya benar-benar seperti terminal yang ada bis plat ini parkir di jalur inu.

Sudah selesai?

Tentu belum. Saatnya memasuki imigrasi Malaysia melalui imigrasi Sultan Abu Bakar. Di bagian ini, ruangannya tidak sebesar Singapura. Pas saya ngantri kemarin, ada beberapa alat yang aneh-aneh aja error-nya. Jangan lupa kalau turun di Malaysia ini, semua barang bawaan turut dibawa serta dan akan dicek di Custom. Ini catatan penting karena saya sempat ngantri, lalu lari ambil tas bocah, untuk kemudian ngantri lagi.

Nah di “terminal” imigrasi Malaysia akan ada petugas dari WTS yang akan memberikan rambu-rambu perjalanan. Pas kami datang itu, petugasnya om-om. Dari mereka akan mengingatkan soal jam berkumpul jika balik hari dan beberapa keterangan lainnya.

Jadi, dengan naik bis jam 9 sebenarnya sampai ke Legoland-nya saja bisa jam 11 lewat. Sedangkan Legoland-nya tutup jam 6 kalau tidak salah. Maka, kalau saya sih menyarankan untuk tidak perlu balik hari kalau rutenya Singapura-Legoland. Mending besoknya sekalian baru pulang.

Ketika pulang, hal yang harus diperhatikan adalah mengisi aplikasi untuk masuk ke Singapura di https://eservices.ica.gov.sg/sgarrivalcard/ sejak dari Legoland dan sudah melihat plat bis yang akan kita naiki sebab antreannya dapat kena pengaruh apabila belum mengisi aplikasi tersebut. Bukan apa-apa, isiannya cukup panjang apalagi kalau 1 rombongan.

Ya kurang lebih demikian. Semoga berkenan. Ciao!