Saya itu sebenarnya pengalaman ngekosnya nggak banyak. Sejak merantau dan sempat tinggal bersama Simbah, saya mulai jadi anak kosan paripurna itu awal 2006 dan mengakhiri jadi anak kos itu di awal 2017 dengan mengontrak rumah.
Jadi ya cuma 11 tahun sahaja, kan. Cuma, 11 tahun itu rupanya tersebar di beberapa kota. Mulai dari kos-kosan prapatan di Paingan, pindah ke kos Cece Meytin di Palembang untuk kemudian geser mengambil jatah mess. Pas pindah ke Cikarang, sempat sebulan di pavi lalu geser pindah ke Kedasih 3. Ketika akhirnya ke Jakarta, sempat sebulan pula di Pulo Asem untuk lantas bergeser ke dekat kantor. Terakhir, sesudah menikah, saya ngekos di belakang kantor Fadli Zon di Benhil.
Oh, ini tentu mencakup juga 2 bulan ngekos di Mabeskosmar Cimanggis ketika saya melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
Boleh dibilang, dalam setiap kepindahan itu saya selalu nemplok dulu di satu tempat dalam kurun waktu singkat sebelum kemudian pindah ke tempat lain dalam jangka waktu panjang. Umumnya, untuk ngekos di kota yang benar-benar baru, tren semacam itu kerap terjadi. Bagaimanapun, yang kita butuhkan adalah kenyamanan. Maka ketika saya ngekos di pavi dan bibiknya cerewetnya nggak karuan, waktu sebulan yang sudah kadung bayar itu dioptimalkan untuk mencari lokasi lain yang kira-kira lebih ciamik.
Menyoal pindah-pindah kosan, khususnya untuk para pekerja di Jakarta, Bandung, dan Bali, ada opsi ngekos di Cove. Di 3 kota tersebut ada lebih dari 45 ribu properti sehingga pilihan menjadi tanpa batas. Pendekatan Cove adalah pengalaman co-living modern untuk harian dan bulanan. Maka tidak heran kalau yang dikedepankan adalah desain modern dan fasilitas yang lengkap.
Pindahan kos-kosan yang saya alami secara umum dapat dibagi menjadi dua yakni pindahan short stay dan long stay.
Saat pindahan short stay seperti ketika saya pindah dari kos Cece Meytin di Palembang ke mess atau dari pavi ke Kedasih atau juga saat kelar PKPA di Cimanggis, cenderung tidak ada proses packing yang memakan waktu. Sebab, barang-barang juga umumnya tidak terlalu dibongkar karena sudah tahu bahwa akan dibungkus lagi.
Beda dengan pindahan long stay yang notabene semua sudah terpasang rapi di berbagai sudut dan semuanya itu harus dirapikan kembali untuk masuk ke box-box dan kemudian berpindah ke tempat tinggal lainnya.
Dalam pindahan kos juga perlu dipikirkan soal kendaraan sebab seringkali kita luput dengan properti yang kita punya. Ambil contoh waktu saya pindah dari Benhil ke kontrakan, sudah memesan truk tertutup karena pas musim hujan ternyata baru ngeh kalau ada kulkas dan dispenser yang harus dipindahkan dan tingglnya tidak cukup untuk truk. Untungnya kedua barang itu belum digunakan, jadi masih bisa sedikit-sedikit ditidurkan. Saya sih menyarankan untuk pakai truk terbuka sekalian kalau urusannya pindah kos karena faktor ini.
Terakhir, hal penting dalam pindah kos itu adalah bilang dulu sama penunggu kos. Sebab mereka itu cukup teliti. Kalau kita wira-wiri bawa barang, tas, koper, dll dengan sepeda motor misalnya, sudah terlihat tanda-tanda pindah dan jika tidak bilang maka akan jadi poin minus bagi mereka. Sebab akan ada uang bulanan yang berkurang dan di beberapa kasus sebenarnya kamar kita itu sudah ada yang mengantri dan siap menghuninya.
Di usia 30-an ujung ini, lelah rasanya untuk pindah-pindah lagi. Untungnya sih sudah punya rumah sendiri. Cuma masalahnya, saya juga ada keinginan untuk sekolah lagi dan boleh jadi itu akan mengharuskan saya pindah lagi. Entahlah.