Hal-Hal yang Dilakukan Pelaku Cinta Diam-Diam

Fiuhhh, capek seharian training, jadi pengen menulis sesuatu. Pengennya nulis sesuatu yang cetar membal-membal (opo jal?). Gimana kalau ini saja ya, mengidentifikasi kelakuan para pelaku tindakan kriminal tingkat dewa pada diri sendiri, yakni cinta diam-diam.

Yeah, ini pasti jamak terjadi, dan pasti dialami oleh sebagian cowok atau cewek di dunia yang fana ini. Nah, berikut beberapa hal yang dilakukan pelaku cinta diam-diam.

Berselancar di linimasa, terutama di bagian foto

Sila berterima kasih kepada pencipta Friendster dan kemudian Facebook. Sebuah terobosan duniawi masa kini yang memungkinkan manusia untuk mengeluarkan potensi diri berupa narsis. Ya, sejak ada FS maka kita mengenal memajang foto di depan umum, tepatnya di halaman profil.

Para pelaku cinta diam-diam umumnya adalah orang yang dekat dengan sang target, jadi umumnya sudah berteman satu sama lain di linimasa. Efeknya? Kalau di FS dulu kan nggak seenaknya bisa intip foto orang. Demikian juga dengan pengaturan privasi di FB masa kini. Kalau sudah friend, maka bebaslah berselancar.

Maka satu hal yang dirindukan dari FS adalah kemampuan memberikan informasi, siapa yang melakukan aksi kepo pada sebuah akun. Hal ini ternyata disyukuri para pelaku cinta diam-diam karena bisa seenaknya memantengi halaman profil si gebetan tanpa khawatir ketahuan. Juga dengan seenaknya bisa membuka-buka segala macam foto, mulai pose menyamping, dari atas, pose melet, sampai pose BB BM (hasil tag toko handphone abal-abal). Dan tidak jarang juga orang yang sampai mengunduh foto-foto gebetannya dan menyimpannya dalam sebuah folder khusus.

Kasihan ya? *pukpuk*

Menyimpan SMS dari zaman batu, dan sesekali membacanya kembali

SMS yang rada-rada manis dari gebetan, meskipun itu sudah dikirimkan dari satu abad yang lalu, akan tetap disimpan. Bahkan ketika gonta ganti HP, SMS itu tetap ditransfer. Jadi jangan heran kalau di handphone android terbaru, masih ada SMS tertanggal 2004. Padahal ya isinya sih nggak manis-manis banget. Cuma bilang, “Makasih ya udah denger curhatku.”

Dan sepotong kalimat itu adalah bersifat abadi sepanjang masa bagi penganut cinta diam-diam. pelaku kriminal jenis ini akan membaca pesan singkat yang sudah tidak kontekstual tersebut ketika lagi ingat gebetannya yang dicintai secara diam-diam.

Sengaja datang ke kampus cuma buat ngelihat gebetan

Penganut cinta diam-diam akan menghafal jadwal kuliah gebetannya dan kemudian menyempatkan diri datang ke kampus, serta berada di posisi yang tepat untuk bisa sekadar melihat si gebetan.

Jadi kalau misalnya dia kuliah jam 3 sore, tapi si gebetan kuliah jam 7 pagi. Maka dari subuh, penganut cinta diam-diam sudah sampai di kampus kemudian pura-pura nongkrong dan pura-pura belajar yang tekun demi masa depan bangsa sambil matanya celingak-celinguk ke arah arus mahasiswa datang.

Lalu?

Pemeluk kepercayaan cinta diam-diam akan melihat dari kejauhan, si gebetan mendekat, lalu menjauh kembali karena mau ke kelas buat kuliah. Nah, segitu saja cukup kok. Kan namanya juga cinta diam-diam.

*pukpuk lagi*

Sengaja lewat depan kos-kosan gebetan

Ketika seorang pelaku cinta diam-diam kosnya dari kampus belok kanan 1000 langkah, dia bisa saja belok kiri dulu menuju kos-kosan gebetan. Momen ini umumnya terjadi ketika si pelaku tahu kalau gebetan kira-kira ada di kos-kosan atau tidak.

Tapi momen yang paling mendasar adalah ketika malam hari. Kenapa? Karena malam hari adalah jam apel anak kos-kosan. Pelaku cinta diam-diam akan mondar-mandir di depan kos-kosan gebetan sambil melihat orang yang bertamu ke kos-kosan gebetan tersebut. Kalau kebetulan yang ada disana adalah teman kosnya gebetan dengan pacarnya, maka pemeluk kepercayaan cinta diam-diam akan kembali ke kos-kosannya dan berteriak mengucap syukur.

Kalau kemudian yang ditemukan adalah gebetan sedang bersama lain jenis dalam posisi yang rada mesra, maka pelaku cinta diam-diam akan mencari racun tikus dan bergegas menuju pinggir jurang terdekat.

Melihat sepanjang waktu

Ada kalanya cinta diam-diam terbentuk karena 1 kelas atau 1 komunitas. Nah, ketika cinta itu muncul dan kebetulan ada aktivitas bersama, maka penganut ajaran cinta diam-diam akan memanfaatkan waktu ‘bersama’ itu sebaik-baiknya.

Sebaik mungkin, meskipun sebenarnya komunitasnya adalah senam jantung sehat dengan 1000 peserta. Seorang penganut cinta diam-diam memiliki kemampuan lebih untuk mencari celah-celah agar tetap bisa memandangi wajah gebetannya.

Lalu?

Ya sudah, gitu doang sih. Ketika kegiatan ‘bersama’ itu berakhir. Maka penganut cinta diam-diam akan kembali ke layar monitor, menatap galau pada foto-foto gebetan yang sudah sejak lama dia cintai secara diam-diam.

Berdoa tanpa berusaha

Kata pepatah Latin, Ora Et Labora, berdoa dan bekerja. Perkaranya, penganut ajaran cinta diam-diam memiliki kencenderungan untuk rajin berdoa tanpa kemudian meningkatkan usahanya lebih tinggi daripada level berharap.

Penganut cinta diam-diam akan membawa gebetan dalam doa-doa dan harapannya tapi kemudian tertunduk malu ketika berada di hadapan gebetan yang sejatinya sudah meraja di dalam hati.

Persoalannya sih cuma 1, tidak ada keberanian untuk berusaha. Terkadang penganut cinta diam-diam lebih berani untuk melakukan tindakan ekstrim semacam lompat dari pinggir bak mandi atau berenang di kolam ikan hias daripada menyatakan perasaan yang dipendam sambil diam-diam itu.

Cemburu lalu menerawang pasrah

Hal ini terjadi ketika gebetan dipastikan dan sudah dikonfirmasi telah memiliki pasangan. Ada rasa cemburu, meskipun itu sebenarnya cemburu yang patut dipertanyakan. Emang siapa dia sampai lo cemburu coy?

Nah karena kemudian disadarkan oleh pernyataan itu, maka penganut aliran cinta diam-diam akan segera mengerti kondisi. Dan tindakan yang berikutnya adalah membuka mata dan menatap hampa, semacam menerawang nasib yang buruk, untuk kemudian pasrah terhadap kenyataan hidup yang terkadang pahit itu.

Yah, sekian sedikit ulasan mengenai hal-hal yang dilakukan oleh pelaku cinta diam-diam. Semoga bisa menambah khasanah bercinta secara diam-diam.

 

Menguntai Cerita yang Tak Tersampaikan

Ini adalah hari-hari,
ketika aku menguntai kembali cerita
kumpulan kisah yang retak terpecah
dan lantas menjelma menjadi sebuah konotasi belaka.

Ini adalah hari-hari,
ketika setiap kata yang pernah terucap, dituliskan
saat setiap kata yang pernah tertulis, disalin kembali
membentuk kepingan retak sebuah kisah cinta.

unspoken

 

 

Ini adalah hari-hari,
ketika aku membangkitkan kembali sebuah harapan
meniadakan lagi sebuah penyangkalan
untuk kemudian kembali berlaku sama seperti sebelumnya.

Ini adalah hari-hari,
di kala aku mengerti sepenuhnya
bahwa yang kurasakan adalah harap semata
sejak dahulu hingga mungkin nanti.

Ini adalah hari-hari,
ketika aku membiarkan semua yang tidak terkatakan itu menyeruak
mengumpul dan teruntai menjadi sebuah kisah
jalinan kata yang bisa menyibak rasa.

Ini adalah hari-hari, ketika semua yang tidak sempat tersampaikan
akan tetap tidak tersampaikan.

Cara Memasang Video Youtube di Blog WordPress

Oke! Hari ini habis utik-utik upil sampai kemudian bisa memasang video Youtube di blog berbasis WordPress semacam ariesadhar.com ini.

Nah, caranya sederhana juga ternyata.

Pertama sekali buka Youtube dan cari video yang mau dipasang di postingan blog. Nah, alamat di youtube kan ada formatnya. Saya ambil contoh yang ini:

http:// www. youtube. com/ watch?v= MsGDuj5tnKE

Bagian sesudah “v=” adalah kode spesifik untuk video Youtube yang kita mau.

Kemudian masuk ke ‘add new post’ seperti biasa, tapi di bagian postingnya pilih tipe ‘TEXT’ jangan yang ‘VISUAL’. Sesudah masuk ke kotak tempat menulis kosong, masukkan kode berikut:

< p >< iframe width=420 height=315 src=http://www.youtube.com/embed/MsGDuj5tnKE  frameborder=0 allowfullscreen >< /iframe >< /p >

Kode yang saya blog itu bisa diganti-ganti sesuai alamat yang diinginkan oleh teman-teman semua. Oya, itu spasi-spasi di dekat tanda ‘<‘ dan ‘>’ silahkan dirapatkan ke karakter terdekat dulu ya.

Sesudah itu, bisa balik ke menu ‘Visual’ lalu mengisi posting lanjutannya. Lalu angka width dan height itu bisa diganti-ganti sesuka yang mau.

Jadi setelah dicoba, maka hasilnya begini:

Silahkan ditonton kalau mau. Karena ini blog saya, jadi suka-suka saya kan milih contoh? Hehehe.. Tapi cara simpelnya sih, copy aja link Youtube itu di postingan, kadang mau nongol kok.

Demikian! Semoga berkenan! 😀

Sato Sika

Oke, sebelumnya abaikan fakta bahwa BABI adalah makanan haram. Abaikan pula fakta bahwa susunan DNA babi punya kecenderungan mirip manusia sehingga konsumsi babi akan bertendensi kanibal. Abaikan pula fakta bahwa organ babi adalah organ yang lebih mudah diterima untuk transplantasi pada manusia. Abaikan juga fakta bahwa babi panggang itu enak.

Abaikan dulu semua, karena yang saya hendak bahas bukan soal BABI-nya, tapi tentang nama tempat penjualan babi olahan.

Di sebuah tempat di kawasan industri, saya melihat sebuah LAPO dengan nama yang unik, SATO SIKA.

Saya bersama dua orang Batak yang kemudian bertanya-tanya, apa sih arti nama itu? Secara kalau di Jogja namanya kan jelas, misal TAPIAN NAULI alias BANG UCOK. Branding Batak-nya jelas banget dengan istilah Batak yang digunakan. Lah, SATO SIKA apaan?

Sato itu kalau di F1 dikenal sebagai nama pembalap *itu Takuma Sato*
Sato itu di bahasa Minang artinya ikut serta *sato ciek* *ikut dong*

Lah Sika apaan?

Ya intinya, nggak maksud dengan nama itu.

Setelah ditanya, eh ternyata, nama itu mengandung makna Batak yang lebih dalam daripada penggunaan istilah Batak.

Apa emang?

SATO SIKA

Perhatikan bahwa istilah itu terdiri dari 8 huruf yang bisa dipecah 4 menjadi SA, TO, SI, dan KA.

Yang Batak beneran pasti mulai ngeh.

Ya, betul sekali. *apa coba*

SA diambil dari kata SAmosir
TO diambil dari kata TOba
SI diambil dari kata SImalungun
KA diambil dari kata KAro

Jadi, SATO SIKA itu mengakronimkan 4 ‘jenis’ Batak yang ada di dunia.

Buat saya itu unik, dan out of box terutama dalam memberi nama Lapo.

Thumbs up!

Payphone – Maroon 5

Lagunya cuma 3 menit 51 detik, tapi–ehm–lumayan dalam. Hehehe..

Oke, ini dia lirik lagu Payphone dari Maroon 5, dikutip dari SINI. Tapi kalau didengerin ada perbedaan antara STUPID dengan F*CKIN.. Hehehehehehe…

I’m at a payphone trying to call home
All of my change I spent on you
Where have the times gone
Baby it’s all wrong, where are the plans we made for two?

Yeah, I, I know it’s hard to remember
The people we used to be
It’s even harder to picture
That you’re not here next to me
You say it’s too late to make it
But is it too late to try?
And in our time that you wasted
All of our bridges burned down

I’ve wasted my nights
You turned out the lights
Now I’m paralyzed
Still stuck in that time when we called it love
But even the sun sets in paradise

I’m at a payphone trying to call home
All of my change I spent on you
Where have the times gone
Baby it’s all wrong, where are the plans we made for two?

If happy ever after did exist
I would still be holding you like this
All those fairytales are full of sh*t
One more stupid love song I’ll be sick

You turned your back on tomorrow
Cause you forgot yesterday
I gave you my love to borrow
But just gave it away
You can’t expect me to be fine
I don’t expect you to care
I know I’ve said it before
But all of our bridges burned down

I’ve wasted my nights
You turned out the lights
Now I’m paralyzed
Still stuck in that time when we called it love
But even the sun sets in paradise

I’m at a payphone trying to call home
All of my change I spent on you
Where have the times gone
Baby it’s all wrong, where are the plans we made for two?

If happy ever after did exist
I would still be holding you like this
All those fairytales are full of sh*t
One more stupid love song I’ll be sick

Now I’m at a payphone…

[Wiz Khalifa]
Man work that sh*t
I’ll be out spending all this money while you sitting round
Wondering why it wasn’t you who came up from nothing
Made it from the bottom
Now when you see me I’m stunning
And all of my cars start with the push up a button
Telling me the chances I blew up or whatever you call it
Switched the number to my phone
So you never could call it
Don’t need my name on my show
You can tell it I’m ballin’
Swish, what a shame could have got picked
Had a really good game but you missed your last shot
So you talk about who you see at the top
Or what you could’ve saw
But sad to say it’s over for
Phantom pulled up valet open doors
Wiz like go away, got what you was looking for
Now ask me who they want
So you can go and take that little piece of sh*t with you

I’m at a payphone trying to call home
All of my change I spent on you
Where have the times gone
Baby it’s all wrong, where are the plans we made for two?

If happy ever after did exist
I would still be holding you like this
All those fairytales are full of sh*t
One more stupid love song I’ll be sick

Now I’m at a payphone…

* * *

sumber: lijinx.blogspot.com
sumber: lijinx.blogspot.com

Dan, ehm, saya sangat tertarik pada lirik refrennya:

I’m at a payphone trying to call home
All of my change I spent on you
Where have the times gone
Baby it’s all wrong, where are the plans we made for two?

If happy ever after did exist
I would still be holding you like this
All those fairytales are full of sh*t
One more stupid love song I’ll be sick

Yah, begitulah cinta.. -____-“

Happy Reborn

Suatu hari di bulan Januari 2011–sepertinya di komputer mess–saya mengetik posting ini.

Kalau malas klik link-nya, saya tulis kembali disini:

Terima kasih kepada Mbah Google yang membawaku kembali ke dunia yang sangat kucintai ini. Berawal dari sekadar mengetik sebuah keyword, aku menemukan kembali sebuah blog yang penuh dengan kisah-kisah dan refleksi menarik. Sesuatu yang sudah bertahun-tahun hilang dari diriku.

Jadi, mari kita restart.

Ibarat komputer, ketika dia hang, maka langkah tercepat adalah melakukan restart. Dan segera ia akan kembali, seolah tidak pernah terjadi apa-apa.

So, mulai hari ini, aku akan kembali!!

Semangat!!!

18 Januari 2011, dan sekarang 18 Januari 2013. Sudah 2 tahun pas kebangkitan kembali blog ariesadhar.wordpress.com, yang tiga hari silam saya migrasikan ke ariesadhar.com

2 tahun yang memberi makna bahwa saya bisa menulis tanpa henti (dengan record archive yang tidak ada bulan bolong). Semoga hal itu tetap bisa dipertahankan.

Dan semoga ada banyak hal yang bisa saya perbuat melalui dunia yang sangat saya cintai ini. 🙂

 

Banjir Dan Saya

Bahwa menurut saya pemberitaan banjir sekarang sudah sangat lebay sekali, mari kita abaikan dulu. Iya, lebay. Kenapa? Berita ini seolah-olah bikin yang menderita itu cuma ibukota, padahal yang banjir di tempat lain juga banyak. Apakah kita melihat breaking news untuk banjir di Bandung (yang dekat aja deh) misalnya? Nggak. Jadi, ya begitulah.

Saya dan banjir. Banjir dan saya. Emang kenapa?

Pertama-tama, saya besar di sebuah kota dataran tinggi. Jadi, hampir bisa dipastikan nggak banjir. Karena sejauh ini, air masih turun ke bawah. Sampai sekarang sih begitu.

Lalu ke Jogja, sekolah. Seperti obrolan dengan adik kelas kemarin, kalau Jogja ya banjir-banjir nggenang dikit, lalu udah. Ntar juga surut. Meski Jogja kalau hujan itu nggak kira-kira wujudnya, tapi nggak banjir-banjir amat. Sejauh ini saya baru sekali mati mesin (dengan Alfa) di daerah genangan dekat Mino. Itu semata-mata karena saya yang nekat.

Nah, banjir yang sebenarnya baru saya kenal di Palembang. Kota dengan drainase yang menurut saya nggak oke. Pertama kali saya lewat Jalan Mayor Ruslan dan melihat warna air di selokan dan udah tahu kalau bakalan banjir. Dan benar saja, daerah Mayor Ruslan, via IBA sampai depan SMK itu kalau hujan gede dikit aja. Nggenangnya, wew…

Ada suatu masa ketika saya hendak bergerak dari tempat karier, dan melakukan interview. Saat berangkat interview dan pas sedang banjir besar (ini di Jakarta) saya langsung ilfil. Meski saya lantas melewatkan dengan baik semua interview dan DITERIMA, tapi saya nggak jadi ambil itu kesempatan. Kadang menyesal, tapi giliran udah banjir begini, bersyukur juga sih.

Yang paling seru ya waktu di mess dulu. Hujan besar kadang bikin mess kebanjiran. Dan syukurlah, kamar saya termasuk yang AMAN dari cengkraman banjir. Hehehe..

Kadang ingin bergerak ke tempat lain yang bebas banjir. Tapi di era betonisasi masa kini, dan di era industrialisasi (dimana uang itu adanya ya di Jakarta dan kawasan lain di sekitarnya), saya mau kemana?

*mendadak galau*

Ya sudah, begitu saja..

Bus Cikarang Jogja

Tadi iseng-iseng ngetik keyword bus cikarang jogja, nggak nyangka ternyata blog saya dapat halaman 1 Google.. Hahahaha..

Nah, biar kumplit, dan nggak nyesel masih blog ini, saya share sedikit pengalaman saya tentang naik bus dari Cikarang ke Jogja.

Sejak bergabung jadi warga Cikarang, Mei 2011 silam, saya sudah beberapa kali naik bus. Dan menurut saya, jadwal bus dari dan ke Cikarang ini emang paling oke untuk orang yang hendak PJKA alias Pergi Jumat Kembali Ahad. Kenapa?

Rerata bus dari Jakarta itu berangkat jam 3-an, itu masih jam kerja. Estimasi sampai di tol Cikarang adalah jam 4-5 sore. Dan memang jam segitulah bus-bus jurusan Jogja dan sekitarnya mematok waktu keberangkatan. Jam segitu sudah cocok banget, sudah jam pulang kerja.

Ketika kembali, kalau lancar bus yang berangkat sore dari Jombor akan sampai di Cikarang jam 4-5 pagi. Masih ada waktu beberapa jam untuk tidur sebelum kemudian berangkat kerja. Asli, tidak perlu izin, apalagi cuti.

*salah satu nilai plus kerja di Cikarang*

Ada beberapa tempat untuk mencari bus dari Cikarang ini. Saya biasanya ambil di daerah sekitar pintu tol Cikarang Barat. Ada banyak agen di sini, berserakan lah pokoknya. Mau yang jenis apa aja ada.

Daripada nggak jelas, saya coba cerita yang pernah saya lalui saja ya.

Salah satu yang sering saya gunakan adalah Rosalia Indah. Untuk kelas Exe, kalau nggak salah sekitar jam setengah 5 berangkatnya. Cocok juga buat jam kerja saya. Lokasinya di daerah Tegalgede, dekat dengan tulisan ‘Welcome Kota Jababeka’. Masalah harga, ya, terjangkau lah.. Daripada pesawat. Hahaha..

Lalu saya juga sering pakai Kramat Djati. Ini juga yang jamnya asyik. Terjadwal adalah jam 5 sore berangkat. Jadi, saya bahkan masih bisa pulang molor dari kantor, atau malah bisa mampir ke Carrefour dulu juga. Posisinya di arah putar balik hendak keluar tol Cikarang Barat, di sisi kiri jalan (ya iyalah…), dekat jualan gorengan. Ini juga yang harganya paling oke (menurut saya). Terakhir naik Oktober 2012, saya masih dapat 115.000 sudah include tempat duduk yang ‘lumayan’ jembar, selimut, dan makan malam di Restoran Kramat Djati.

Saya juga pernah beberapa kali pakai Ramayana. Kalau ini saya ambil di loket yang berlokasi di SPBU dekat pintu tol Cikarang Barat. Harganya bersaing dengan Rosalia Indah kalau yang ini.

Di loket yang sama juga ada berbagai jenis bus lainnya. Saya juga pernah pakai Muncul. Ehm, ya dari sisi eksterior, bus yang saya naiki itu agak bikin dahi berkerut, tapi interior dan pelayanan, lumayan kok. Harga juga cukup oke.

Dan ada juga nama besar lain di seberang loket ini (dan jejeran dengan loket Kramat Djati), yakni Lorena. Ini kemarin semacam terpaksa naik karena kebanyakan sudah nggak jualan. Hehehe.. Tapi tentu saja, dengan harga 180 ribu, fasilitas oke punya. Cuma, ya memang menuju Jogja-nya macet, jadi sampai Jogja jam 12 siang (dari Cikarang jam 9 malam teng pas nyos).

Kalau mau yang banyak pilihan, begitu masuk daerah bawah jembatan layang, segera mlipir kiri, nanti dekat Alfamart akan ketemu sebuah tempat yang isinya agen bus semua. Menjelang long weekend pasti tempat ini ramai minta ampun.

Saran sih, kalau mau nyaman, carilah tiket setidaknya seminggu sebelum, jangan dadakan. Ya, meskipun kalau dadakan juga hampir pasti dapat, tapi terkadang jatuhnya kurang nyaman di perjalanan. Oh iya, selama ini saya belum pernah naik yang Ekonomi, karena menurut saya, pengalaman dulu (waktu kecil) naik Ekonomi sudah cukup untuk membuat saya memaksa diri untuk mencari duit lebih supaya bisa naik kelas minimal VIP. *edisi tobat naik ekonomi*

Oke, begitu dulu. 🙂

Aspal vs Beton: Mana yang Lebih Bagus?

Sejak kapan saya ngeh soal jalanan? Hmmm, sebenarnya sejak di Palembang, terutama waktu mau main ke kos Pandawa. Ada jalan aspal hancur dekat Akbid. Jadi kira-kira saya baru ngeh soal per-aspal-an itu di usia 22-an. *pekok*

Makin kesini, makin ngeh. Apalagi sejak lihat Cikarang yang punya dua jenis jalan, beton dan aspal. Beberapa bagian jalan di Cikarang ini memang pakai beton. Sekilas, lebih tahan terhadap mobil yang gede-nya gila-gilaan di sini. Tapi, untuk jalan naik motor–menurut saya–cengkramannya nggak cukup oke.

Terakhir, saya jatuh, ya di jalan beton sih.. *alibi*

Oke, mari sedikit membahas aspal versus beton lewat artikel yang saya ambil di SUMBER INI.

Beton dibuat dengan menggunakan agregat massa, bisa batu kerikil atau pasir yang dicampur dengan semen dan air. Semen ini berfungsi sebagai pengikat. Nah, campuran ini sebenarnya kaku dan padat, tapi rentan retak dan patah kalau permukaan bawahnya tidak mulus sempurna. Jadi balik ke struktur dasar.

Aspal-pun juga agregat, tapi dia berasal dari turunan minyak mentah. Jadi kalau pengaspalan ini–katanya–menggunakan aspal panas yang dituang ke agregat, lalu ditekan dengan mesin giling.. hehe.. Ya, itulah.. Hot Mix mungkin. Dalam hal ini aspal mampu diaplikasikan pada permukaan yang tidak mulus sempurna.

Aspal juga cenderung lebih mudah diperbaiki sehingga kalau ada renovasi tidak lama dan tidak mengganggu benar. Dulu pernah di depan Akbid itu dipasang beton, sekarang juga saya lihat di daerah Lippo, bahwa jalan beton itu harus dibongkar pada panjang kaki lebar tertentu, baru deh diisi dengan beton baru. Lah kalau aspal? Tinggal remukkan di bagian yang retan, timpa dengan yang baru, tekan dengan mesin giling (tsahhh…)

Cuma nih, aspal itu cenderung nggak tahan air. Makanya, ketika digenangi air macam sekarang, bolong-bolonglah itu jalanan. Apalagi kalau kontur tanahnya labil kayak di depan Akbid, jadi tiap kali diaspal mulus, tiap kali itu juga turun. Kalau beton kan nggak. Ini kalau strukturnya bagus loh. Kalau nggak, ya retak juga bakalan. Hehehe..

Jadi, yang mana?

Nggak peduli. Yang penting saya bayar pajak dan pengen jalan mulus.. Nggak kayak sekarang.. huhuhuhu…

Hati-Hati Kalau Ngece

Sejujurnya aku sedang mengalami sebuah penyakit yang dalam ilmu kefarmasian perdolanan dikenal sebagai tengeng. Ya, itu sebuah penyakit ketika sesuatu–iya sesuatu banget–terjadi pada bagian tulang belakang sehingga kita tidak bisa menoleh dengan normal. Agak-agak sakit gimana gitu kalau noleh.

Nah, sehubungan dengan penyakit tengeng ini, mendadak aku ingat sebuah azab yang kulanggar beberapa hari yang lalu di grup Whatsapp. Ada sebuah azab yang ternama di kalangan dolaners bahwa jangan sekali-kali menghina alias ngece seorang tokoh di Dolanz-Dolanz.

Ya, jangan sekali-kali ngece Yama!

Pengen tahu riwayat dari azab ini? Mari kita simak.

* * *

Seperti biasa, anak Dolaners pasti menghabiskan diri dengan nongkrong di perpustakaan dan mempelajari buku-buku tebal serupa Farmakope Eropa guna menunjang ilmu selama kegiatan perkuliahan.

Ehm, percaya?

Nggak? Syukurlah. Apa yang aku wartakan tadi bukanlah sebuah kebenaran yang reguler. Hal itu hanya terjadi ketika misalnya, besok laporan dikumpul atau nanti siang ujian. Biasalah, namanya juga anak muda.

Yang benar adalah anak Dolaners akan menghabiskan diri dengan nongkrong di hall belakang, mengamati pemandangan sekitar yang indah nan permai seperti di kebun bunga. Tentunya sambil menyaksikan anak-anak Psikologi yang lewat serta mengabaikan anak-anak Teknik yang juga ikutan lewat. Rerata Dolaners adalah lulusan sekolah homogen, sehingga urusan ‘melihat lelaki sepanjang hari’ itu kebanyakan sudah paham, dan cenderung bosan.

Iki Yama ngendi?” tanyaku sambil duduk nglekar di tangga. Aku sendiri berasal dari kelas C, bersama Toni dan Roman, alias tidak sekelas dengan Dolaners lain yang rerata adalah kelas B.

Jarene nyusul,” jawab Chiko, seadanya.

Oiya, Dolaners yang dari tipe gadis entah sedang kemana, jadi yang berkumpul di tempat ini hanya Dolaners batangan. Dan, yang namanya lelaki berkumpul, obrolan pasti nggak jauh-jauh dari cewek dan segala hal saru lainnya. Kalaupun ada yang lain, tentu saja, sepakbola.

Dari kejauhan kuliah sosok separuh gondrong, nanggung nggak jelas, semacam perpaduan antara Rangga di Ada Apa Dengan Cinta serta Gie dalam film Gie. Cuma ini versi KW3-nya.

Kae Yama dudu?”

Iyo ketoke.”

Sosok gondrong itu mendekat, dan betul sekali bahwa yang datang memang bukan Rangga AADC. Pantas saja nggak ada cewek yang mengerubungi dari tadi. Kalau lalat sama tawon, ada.

“Heh, kok tumben rupamu dadi elek ngono?” tanya Bona, begitu Yama duduk di tangga belakang bersama yang lainnya.

“Lha, biasane?” timpal Chiko dengan tanya lainnya.

Elek banget.”

Spontan ngakak abis! Dan semakin ngakak ketika kemudian tampak fakta bahwa si Yama ini sedang tengeng. Bona yang tampaknya melihat fakta unik ini kemudian mencoba menggoda dengan memanggil Yama yang sedang melihat ke depan.

“Yam?”

Yang dipanggil memiringkan punggungnya, dan menoleh sedikit, serta mengandalkan mata untuk melihat Bona. Tentu hasilnya tidak sempurna.

“Lagi tengeng po kowe?” tanya Chiko.

Ketoke,” jawab Yama, santai.

Dan pada akhirnya tengeng ini menjadi bahan obrolan selanjutnya. Sampai kemudian jadwal kuliah, jadwal fotokopi, dan jadwal pacaran (khusus yang punya) membuat rombongan ini harus berpisah.

* * *

Beberapa hari kemudian adalah hari Sabtu. Ini harinya Squadra untuk bermain sepakbola. Dan beberapa Dolaners ikut di permainan berebut sebiji bola ini. Aku datang agak telat tentunya karena Alfa yang hanya bisa melaju di kecepatan maksimal 40 km/jam. Mana sebanding Alfa ini dengan Ninja Hijau atau Shogun Merah?

Begitu aku masuk ke area lapangan, bukan kegiatan pemanasan yang kutemui, tapi kegiatan evakuasi. Jiah, ada apa pula ini?

Ngopo e?” tanyaku pada Chiko yang lagi sibuk menangani seseorang yang sedang kesakitan dengkulnya. Eh, ini Bona ternyata.

Mlengse.”

Maka kegiatan pemanasan itu menjadi heroik untuk menangani dengkul striker dengan skill mumpuni ini. Permainan baru dimulai ketika Bona masuk ke mobil Kijang merah yang disetiri oleh Bapaknya. Mari berdoa supaya Bona tidak dimarahi Bapaknya karena ngeyel masih main bola. Mari berdoa pula agar Bona tidak dimarahi pacarnya, juga karena masih ngeyel main bola. Amin? Amin!

“Efek ngece Yama, ketoke,” kata Toni sambil terengah-engah dan minum air yang dituang dari galon.

“Bisa jadi.”

Sesuk ojo ngece Yama meneh.”

Demikian kesimpulan hari ini, sebuah peristiwa yang memperlihatkan perkara azab dari seorang Yama.

* * *

“HPmu kok elek men?” tanya Yama padaku ketika melihat HP Nokia 2100-ku yang semakin antah berantah bentuknya.

Sebuah pertanyaan wajar karena beberapa bagian dari HP ini sudah rompal. Belum lagi HP ini masih satu warna dan masih monophonic pula. Cuma satu keunggulan HP-ku, setidaknya selalu ada pulsa.

“Yo, ngko ndelok ae,” ujarku menanggapi pujiannya pada alat komunikasiku satu-satunya ini.

“Lha, wis HP elek, motor sisan.”

Nah, kalau perkara si Alfa ini jangan dipertanyakan lagi. Dari sisi apapun dia memang sudah pantas untuk dihina dina. Kecepatan maksimal 40 km/jam, asap mengebul bak fogging demam berdarah, hobi diservis, dan segala kegilaan lainnya mulai dari susah hidup sampai susah mati. Nggak ada pembelaan kalau ini.

Kadang aku mengelus dada (sendiri) pada nasibku. Apalagi ketika kemudian Yama menyebut hinaan ketiganya dalam sehari.

Iki nonton TV opo ngrungokne (mendengarkan) TV?”

Yeah, di kos-kosanku memang ada sebuah TV Anaco, adiknya Anaconda. Dan karena murahan memang layarnya menghitam dan hanya bisa ditonton oleh orang berhati mulia dengan amal perbuatan yang sudah banyak. Cuma, ya, sudah jelas kos-kosannya begini, titisan gagal Rangga AADC ini ya tetap aja nebeng tidur siang di kamar kosku.

Dasar tidak bersyukur dan karena memang baru saja punya pacar, Yama mengeluarkan hinaan terakhir ketika pamit.

Sik yo Zonk, mbojo sik, duwe soale.”

Kampret! Empat hinaan mutlak dilemparkan kepadaku oleh orang yang sama, dalam waktu yang sama.

* * *

Nah, ada satu hal yang kemudian menjadi kepercayaan di kalangan Dolaners. Bahwa kalau kita diece sama Yama, maka segala sesuatu akan baik adanya. Sebuah kesimpulan yang diambil dari kenyataan yang aku peroleh.

Nggak lama sesudah Yama menghina dina TV-ku, si Anaco, kabar gembira diterima. Aplikasi beasiswaku diterima, sehingga kemudian aku bisa me-refund uang semester yang sudah terbayarkan. Sebuah nominal yang lumayan untuk kemudian membeli sebuah monitor baru, berikut TV Tunernya.

Yeah!

Dan biar asyik sedikit, aku mengajak Yama sebagai tukang angkut dalam proses membeli monitor di pameran komputer ini. Rasain!

Lalu, rejeki lain mendadak nemplok sehingga ada bugdet lebih untuk membeli HP baru. Maka akupun segera memiliki sebuah HP baru, Motorola L6, yang pasti sudah bisa menyimpan musik, bisa foto, dan tidak satu warna lagi. Hore bener.

Yama mendapati HP baruku ketika sedang makan di Warung Padang yang handal (harganya).

“Wuih, HP baru kowe?”

“Pastinya!” kataku dengan senyum kemenangan sambil memasukkan HP baru ke kantong khusus, takut lecet gitu.

Rentetan kabar baik belum usai ketika menjelang skripsi, aku dikabari bos di rumah berita baik lainnya. Proposalku untuk membeli sepeda motor terkabul dengan indah. Lewat sebuah proses yang agak absurd, aku akhirnya memiliki sebuah sepeda motor Honda Revo, yang kemudian melemparkan Alfa ke peraduannya yang baru. Semoga majikan barunya bisa menerima Alfa dengan lapang dada, baik kebaikan dan keburukannya. Yah, walaupun kebanyakan buruk sih.

Empat hinaan itu akhirnya berakhir ketika beberapa bulan sesudah punya Revo, aku akhirnya punya pacar (lagi).

Sesudah poin keempat ini, aku menghitung kembali proses ngece yang dilakukan Yama, dan kejadian yang terjadi sesudahnya. Maka aku mengambil kesimpulan bahwa kalau kita diece sama Yama, maka berkah sudah menanti.

* * *

Percakapan di grup Whatsapp, bertahun-tahun kemudian.

Yama: Mesti kowe jomblo, zonk
Toni: zonk, kowe diece Yama
Zonk: syukurlah, matur nuwun lho
Yama: yowiz, di list wae opo meneh sik arep tak ece

Demikianlah yang terjadi. Sejauh ini, aku tidak mempercaya kebenarannya, tapi geleng-geleng melihat buktinya.

🙂