Makan Malam Romantis di Cassis Kitchen

GOUNELLE

Sebagai pemuda baik-baik, belum kawin, dan selalu menangis sekelarnya kencan di foodcourt mal mahal macam Grand Indonesia dan Plaza Senayan, makan mahal kiranya adalah sesuatu yang musykil buat saya. Tapi apa daya, saya diarahkan Tuhan untuk berkasih-kasihan dengan kekasih yang seleranya berkelas atas dan mumpuni. Sejak sama dia, saya yang biasanya makan di KFC saja sudah intip-intip dompet, bisa mulai sesekali nongkrong di kafe. Kala nongkrong itu, dia minum kopi, saya megangin gelasnya sambil membayangkan ‘kok iso ono kopi larang e koyo ngene‘. Bagian ini mungkin menjadi pembeda anak lulusan Jogja dengan lulusan Bandung. Sejauh analisis kami, sih demikian.

Nah, berkaitan dengan voucher yang diperoleh pacar, maka muncul ide untuk makan di tempat nan mahal. Orang-orang yang makan di tempat ini rerata menggunakan mobil, kalaupun naik taksi, Silver Bird. Dijamin tidak ada mamang Gojek yang berkeliaran layaknya di Martabak Pecenongan. Kalau Uber? Bisa jadi ada. Dan kalau pengen dapat Free Rides Uber ke tempat bernama Cassis Kitchen ini bisa unduh aplikasi Uber dan masukkan kode alexandera1517ue. Sip!

Berlokasi di antara Sudirman Park dan Citywalk Sudirman, alias tepatnya di Sudirman Pavillion, hanya ada sebuah papan kecil yang menunjukkan kata ‘Cassis’, dan mungkin satpamnya trenyuh begitu saya masuk bawa si BG dan mengaku hendak makan di Cassis. Mungkin saya dikira mau servis AC.

Selengkapnya!

Advertisement

Berfoto Aman Berlatar Jembatan Barelang

BerfotoAmanJembatanBarelang

Cobalah mengetik kata ‘jembatan barelang’ di Google, niscaya yang kita dapati bukan sekadar informasi tentang sebuah jembatan yang menyambungkan Pulau Batam, Rempang, dan Galang. Sepaket dengan informasi tentang jembatan, kita dapati pula informasi tentang orang terjun maupun orang jatuh dari Jembatan Barelang. Begitu Mamak saya ke Rempang bertemu Tante Suster dan saya diperlihatkan foto di Jembatan Barelang, saya tetiba juga heran. Sederhana saja, karena Mamak saya berfoto persis di Jembatan Barelangnya, malah yang tampak hanya objek Mamak dan tiang tinggi yang melatarinya. Nggak ada indah-indahnya. Terus nih ya, kalau berfoto persis di Jembatan Barelangnya, latarnya kan laut, terus jembatannya nggak kelihatan dong?

Barelang4

Mungkin agak beda dengan yang berfoto di Jembatan Ampera karena bagaimanapun di Ampera itu ada tulisan Ampera yang menunjukkan bahwa kita berfoto di Jembatan Ampera. Etapi namanya orang terjun dari Jembatan Ampera juga sudah banyak, ding. Duh! Tapi kalau Bapak yang ini mah nggak sampai terjun, buktinya sekarang sudah kawin dan nggak pindah-pindah dari Palembang:

38079_1521104064481_6267714_n

Pertanyaan itu saya simpan sampai kemudian saya mendapat kesempatan pergi ke Batam, dan nyaris sekali tidak ke Jembatan Barelang karena hujan besar. Untuk sampai ke Jembatan Barelang, ancer-ancer mudahnya adalah Kepri Mall. Kalau dari arah kota, belok kanan di perempatan yang ada Kepri Mall. Jika dari arah Nongsa, tidak usah masuk perempatan, langsung ada akses belok kiri ke Barelang. Dari perempatan itu, masih lumayan jauh lagi, sih. Dan namanya memaksakan diri datang ke Barelang ketika hujan, mau nggak mau saya juga harus mendapati diri untuk berfoto dalam suasana hujan. Hujan dan jembatan. Sungguh itu kalau saya foto di jembatan, bumbu kenangan dapat membuat saya terjun.

Barelang2

Oke, sekilas dulu tentang Jembatan Barelang. Salah satu simbol kota Batam ini letaknya kira-kira 20 kilometer dari pusat kota Batam. Dibangun tahun 1992 dan selesai tahun 1998. Cukup lama untuk sebuah proyek di Indonesia. Bandingkan dengan proyek Bandung Bondowoso semacam Tol Cipularang dan Jembatan Pasupati di Bandung. Pemrakarsa Jembatan Barelang adalah mantan Presiden BJ Habibie, kala itu masih menjabat Menteri Riset dan Teknologi.

Selengkapnya tentang Jembatan Barelang!

[Review] Kung Fu Panda 3

Reviu Kung Fu Panda

“You don’t even know kung fu!”
“Then you will teach us.”

Yeah! Akhirnya kita bersua lagi dengan Po, Panda jagoan yang kelakuannya lumayan menyebalkan. Saya yakin kita mengikuti kiprah Po dari jaman dia belum bisa kung fu sama sekali di Kung Fu Panda hingga kemudian bisa mendapatkan ‘inner peace’ di Kung Fu Panda 2 yang sudah lima tahun silam itu. Ibarat anak tangga, sesudah Po belajar jadi ksatria naga dan menguasai ‘inner peace’, kini saatnya Po merambah gawean baru: seorang guru.

Kalau mau dirunut, sepanjang dua edisi Kung Fu Panda, boleh dibilang kita hanya menemukan panda selain Po dalam konteks flashback. Dan kalau ingat, pada akhir Kung Fu Panda 2 muncul adegan sesosok panda tua yang merasakan bahwa anaknya masih hidup. Sambungan dari perasaan panda tua tadi baru muncul lima tahun kemudian. Gile, lama bener.

Selengkapnya tentang Kung Fu Panda 3!

Biskuit Menyala Ketika Dibakar? Mari Sayangi Otak Kita!

3D X-Ray of head with gears in brain

“Learning without thought is labor lost;
thought without learning is perilous.”
-Confucius

Terlepas dari pernyataan di atas dikeluarkan oleh orang dari Tiongkok sana dan merupakan leluhur dari salah satu mantan saya, tapi muatan dari rangkaian kata-kata yang mengawali tulisan ini adalah benar. Belajar tanpa berpikir, itu sama saja dengan buang-buang tenaga. Namun penekanan saya kali ini lebih kepada kalimat kedua: sekadar berpikir tanpa belajar itu bahaya, broh.

Jadi beberapa hari ini saya menyaksikan video viral, di-share oleh puluhan ribu manusia. Namanya manusia, punya otak, tentu saja bisa berpikir. Video viral itu adalah soal makanan sejenis biskuit yang syukurlah bisa terbakar, sehingga syukurlah videonya bisa viral, dan syukurlah jadi pada terkenal, dan syukurlah kita jadi tahu mana teman Facebook kita yang belajar dan berpikir, belajar tanpa berpikir, hingga berpikir tanpa belajar. Disyukuri saja, kak.

Saya tentu saja ogah ikutan nge-share video macam itu, tapi biar jelas saya nge-share screenshoot-nya saja, ya. Sudah menjadi visi misi ariesadhar.com untuk memberi pencerahan pada masyarakat selain dengan konsisten menyebarluaskan kegalauan dan kegamangan tentang jomblo menahun maupun LDR berkelanjutan. Hal itu tetap saya lakukan walaupun buku OOM ALFA kurang laku. Untuk itu, beli dong bukunya disini, ya?

Bakar

Baca komen-komen di video, saya sungguh trenyuh. Ternyata selain populasi jomblo yang besar, populasi orang-orang yang kurang paham tentang muatan video tersebut juga besar. Ya pantas saja keder sama MEA. Padahal kalau kita sadar, dibandingkan keder sama MEA, lebih baik kita keder sama MERTUA!

Selengkapnya!

Sebuah Godaan Untuk Menjadi Orang Baik

Orang Baik

Pembaca ariesadhar.com pasti mahfum benar bahwa saya nggak pernah menulis tentang pekerjaan saya dengan frontal. Bahkan nama perusahaan tempat saya bekerja dulu, cuma tertulis 1 kali saja dari sekian ratus posting yang menghuni blog berumur nyaris 8 tahun ini.

Kalaupun saya menulis tentang pekerjaan, itu adalah ilmu tentang pekerjaan yang saya lakoni, semisal salah satu posting terlaris di ariesadhar.com ini, atau tentang audit-auditan yang jumlahnya lumayan banyak. Kalaulah ada yang curhat, biasanya saya samarkan dengan cerita pendek. Bahkan saya sendiri baru mengaku ke dunia maya mengenai pekerjaan saya sekarang, baru ketika diwawancara sama bidhuan.com. Nggak percaya? Cek saja profil Facebook maupun LinkedIn saya. Disitu hanya tertulis bahwa saya adalah blogger di ariesadhar.com. Itu saja.

Maka, posting ini mungkin adalah salah satu jenis tabu di ariesadhar.com, tapi nggak apa-apa, demi menyemarakkan agenda Mengarang Indah milik De Britto Blogger Club alias DBBC yang dikoordinir dari Jalan Bantul Kilometer 5075. Spesial!

Jadi, sesudah nyaris satu periode SBY-Boediono berkutat dengan Supply Chain baik di pabrik obat maupun pabrik ekstrak bahan alam, saya akhirnya mendapati sebuah turning point. Titik ketika kehidupan saya berubah begitu drastis. Dari gaji X menjadi sepertiga X, dari hidup mengurusi Capital Expenditure (CAPEX) dan Operating Expense (OPEX) hingga penyusunan bujet yang bunyinya miliaran menjadi pengantar surat, dari orang yang disapa ‘Pak’ oleh sebagian besar operator, menjadi manusia yang harus mengganti galon dengan bahagia. Ehm, kalau urusan membenahi kertas yang nge-jam, sih, tidak berubah. Sama saja, di pabrik iya, di kerjaan sekarang juga iya.

Selengkapnya!