BPK Kawal Harta Negara Dengan Mendorong Akuntabilitas Keuangan Negara

[Blog|Ariesadhar.com]Badan Pemeriksan Keuangan (BPK) menyelamatkan keuangan negara senilai Rp13,70 Triliun pada Semester I tahun 2017. Jumlah itu berasal dari penyerahan aset/penyetoran ke kas negara, koreksi subsidi, dan koreksi cost recovery. Hal itu disampaikan oleh Ketua BPK, Moermahadi Soerja Djanegara dalam acara penyerahan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) I Tahun 2017 kepada Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Selasa (10/10/2017)”.

Demikian kutipan yang saya peroleh dari sini. Bayangkan, dalam 1 semester itu saja, uang yang diselamatkan oleh BPK nilainya sudah setara dengan hal-hal berikut ini:

BPK merupakan sebuah lembaga negara yang memiliki tugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara. BPK merupakan pemeriksa semua asal-usul dan besarnya penerimaan negara yang berasal dari sumber manapun. BPK juga harus mengetahui tempat uang negara tersebut disimpan dan digunakan untuk apa. Keuangan negara sendiri artinya adalah semua hal dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

BPK merupakan lembaga negara yang ditopang oleh Undang-Undang Dasar, dan dilengkapi dengan Undang-Undang lainnya yang terdiri dari:

Dengan demikian, BPK dapat disebut sebagai lembaga negara dengan dasar hukum paling komplit, sesuatu yang sebanding dengan tugas BPK untuk mengamankan keuangan negara.

Nah, peran BPK sesungguhnya menjadi demikian berbeda ketika ada amandemen UUD 1945 yang terkait dengan BPK. Ada penambahan kata ‘bebas dan mandiri’ yang menjadi sangat penting bagi tugas BPK. Pada pemerintahan yang telah lalu, kiprah dan ruang gerak BPK selaliu dikendalikan sehingga dalam menjalankan tugas dan kewajiban memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara menjadi tidak optimal.

BPK Zaman Old dan Zaman Now

Sebelum reformasi, BPK merupakan lembaga yang kedudukannya di bawah kendali pemerintah. Presiden dapat saja memerintahkan atau melarang BPK melakukan pemeriksaan semata-ata supaya citra pemerintah terangkat atau juga jadinya malah mencegah terungkapnya aneka bentuk korupsi yang dilakukan oleh pejabat negara. Hal itu tentu berlawanan dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas keuangan negara sebagai prasyarat penting penegakan good governance.

Pada era Orde Lama, Presiden menjadi Pemeriksa Agung, sedangkan Ketua BPK sebagai Menteri di bawah komando Presiden. Pada masa Orde Baru, saat posisi BPK dipindahkan sebagai lembaga negara di luar pemerintah, terjadi reduksi peran berupa pembatasan objek pemeriksaan, cara ataupun metode pemeriksaan, hingga isi dan nada laporan pemeriksaan. Era baru kebebasan dan kemandirian BPK akhirnya dijabarkan dalam UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara serta UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang BPK.

bpk-kawal-harta-negara-kantor-bpk
Kantor BPK di Jalan Gatot Subroto, Jakarta. Yang pendek itu dikenal dengan Gedung Arsip, yang tinggi lebih dikenal dengan Tower. Di Tower itulah para pimpinan BPK bermarkas. Sumber: jpnn.com

Secara legalitas, baik di era Orde Lama dan Orde Baru, BPK sejatinya sejajar dengan Presiden. Adapun pada prakteknya, BPK berada di bawah kendali pemerintah. Untungnya ada era reformasi, kondisi yang dulu-dulu itu sudah tidak berlaku. Kini BPK benar-benar sejajar dengan Presiden.

BPK yang harus memeriksa pengelolaan keuangan negara yang dijalankan pemerintah dan lembaga-lembagan egara lainnya, tentu butuh kesetaraan dengan Presiden. Kalau BPK di bawah Presiden, ruang gerak BPK untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawa keuangan negara akan menjadi terbatas. Lembaga yang dikendalikan oleh Presiden tentu tidak akan independen saat memeriksa pemerintahan yang dipimpin oleh Presiden.

Jenis-Jenis Pemeriksaan BPK

Diamanatkan oleh UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, dikenal tiga jenis pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK yakni:

Pemeriksaan Keuangan merupakan pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang dilakukan oleh BPK dalam rangka memberikan pernyataan opini mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah.

Jadi begini. Setiap tahun, setiap Kementerian, Lembaga, Instansi Pemerintah, dan Pemerintah Daerah harus-wajib-kudu membuat Laporan Keuangan. Jadi pada tahun 2018 awal, yang dibuat adalah Laporan Keuangan Tahun Anggaran (TA) 2017. Laporan ini dibuat untuk mempertanggungjawabkan semua anggaran yang diperoleh dan telah digunakan oleh K/L/D/I. Sebelum diperiksa oleh BPK, namanya adalah Laporan Keuangan Unaudited.

Berbasis dokumen yang biasa disebut LK itu, BPK melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen yang terkait dengan penggunaan uang. Untuk apa saja uang digunakan, kuitansinya ada atau tidak, penggunaannya sesuai ketentuan atau tidak, ada kelebihan bayar atau tidak, dan lain-lainnya. Dalam pemeriksaan inilah segala yang kita kenal dengan tiket fiktif, perjalanan dinas bodong, kemahalan harga alat tulis kantor, dan segala bau-bau busuk lain soal perilaku koruptif di pemerintahan akan dibongkar oleh pemeriksa BPK.

Nah, hasil pemeriksaan inilah yang kemudian diberikan pernyataan opini yang terdiri dari:

Percaya nggak, wahai pembaca sekalian, bahwa beberapa tahun yang lalu ada instansi pemerintah yang mendapatkan predikat Disclaimer alias TMP bukan karena korupsi, melainkan karena data Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang masuk melalui instansi tersebut tidak dapat diyakini kebenarannya. Gambarannya adalah PNBP instansi tersebut 100 Miliar, tetapi yang bisa diyakini bahwa instansi tersebut telah memberikan layanan publik hanya 80 Miliar. Jadilah instansi itu mendapat predikat Disclaimer karena uang berlebih di kas negara.

Kenapa begitu? Setiap yang tercatat di Laporan Keuangan–apalagi di era Laporan Keuangan berbasis akrual–harus jelas posisinya. Kalau suatu PNBP itu dibayarkan masyarakat untuk sebuah jasa, maka ketika jasa pemerintah belum dituntaskan, uang PNBP yang sudah dibayar itu menjadi hutang jasa pemerintah. Ketika 20 Miliar uang yang ada tidak bisa ditelusuri status jasa yang harusnya diberikan pemerintah, pertanyaan lain jadi muncul. Jangan-jangan sebenarnya PNBP-nya hanya 80 Miliar? Atau malah jangan-jangan lebih dari 100 Miliar? Keyakinan pemeriksa–dalam hal ini BPK–adalah kuncinya.

Jadi begitulah, saya suka trenyuh banyak orang yang nggak begitu paham WTP, WDP, TW, hingga TMP tetapi menggunakan sesukanya. Apalagi di zaman pemilihan kepala daerah seperti sekarang, banyak data-data yang ada digunakan begitu saja tanpa dipahami lebih dahulu substansinya.

Pemeriksaan Kinerja merupakan pemeriksaan atas aspek ekonomi dan efisiensi, serta juga pemeriksaan atas aspek efektivitas nan lazim dilakukan untuk kepentingan manajemen oleh Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP).

Inti dari pemeriksaan kinerja ini adalah agar kegiatan yang dibiayai dengan keuangan negara maupun daerah diselenggarakan secara ekonomis dan efisien plus memenuhi sasaran secara efektif. Yang dilihat apakah hasil penggunaan anggaran seiring sejalan dengan tujuan yang hendak dicapai pada saat awal program itu ada, apakah penggunaannya 3E (ekonomis, efisien, dan efektif) atau tidak.

Begitu.

Gampangnya begini, saya berikan ilustrasi yang nyata. BPK pernah menyelenggarakan pemeriksaan kinerja pada BPJS Kesehatan, yang tentu saja menilai kinerja Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) secara keseluruhan. Nah, dalam pemeriksaan kinerja ini hubungannya banyak lembaga.

Dalam peraturan JKN ada lelang untuk obat-obat dalam Formularium Nasional (Fornas). Fornas garapan bersama Kementerian Kesehatan, BPJS, dan BPOM. Ada syarat bahwa obat agar masuk Fornas harus punya Nomor Izin Edar (NIE) BPOM. Nah, BPK pergi ke BPOM mengecek hal ini.

Kenapa harus dicek? Lha, misalkan suatu obat sudah masuk Fornas, tapi dalam periode itu NIE-nya kedaluwarsa pertanyaan yang muncul adalah bagaimana status stok obat yang sudah ada di Rumah Sakit? Boleh dipakai atau tidak? Kalau boleh, jadinya melanggar aturan BPOM. Kalau nggak, itu obat yang dibeli pakai uang negara bagaimana nasibnya? Yha, pertanyaan-pertanyaan itulah yang mengisi ruang kalbu pemeriksaan kinerja.

Hasil dari pemeriksaan kinerja ini juga tidak sembarangan. Di BPOM misalnya, dilakukan follow up berkali-kali dengan Pemerintah Daerah untuk menindaklanjuti rekomendasi BPK. BPK sendiri juga turun tangan mengawal follow up tersebut. Jadi nggak sembarangan kasih rekomendasi terus lepas tangan, lho.

bpk-kawal-harta-negara-acara-bpom-bali
Kegiatan FGD Membangun Kemitraan Pengawasan Obat dan Makanan Untuk Melindungi Kesehatan Masyarakat Serta Meningkatkan Daya Saing Produk Obat dan Makanan, sebagai tindak lanjut dari temuan pemeriksaan kinerja BPK di BPOM terutama terkait tindak lanjut hasil pengawasan di daerah. Sumber: metrobali.com

Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu adalah pemeriksaan di luar pemeriksaan keuangan dan kinerja, serta dapat merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk tujuan khusus tertentu sebagai tindak lanjut pemeriksaan yang telah dilakukan karena adanya hal penting yang harus diselesaikan. Misalnya, ada dugaan unsur pidana dalam tindakan keuangan suatu instansi atau juga memeriksa pelaksanaan suatu rekomendasi dari BPK kepada instansi terperiksa.

Webp.net-gifmaker (3)

Mengapa Keuangan Negara Harus Diperiksa?

Ini pertanyaan kunci yang menjadi sebab BPK ada dan eksis di Bendungan Hilir sana–maklum mantan tetangga, kak, dulu pernah tinggal di Jalan Danau Siawan.

Pemeriksaan perlu dilakukan agar tiap pihak yang mengelola uang negara selalu menjalankan amanat dengan sebaik-baiknya hingga membawa faedah yang sebesar-besarnya untuk rakyat. Bagaimanapun, pihak-pihak yang mengelola uang negara itu harus sadar dan mahfum bahwa mereka tidak dapat memanfaatkan uang yang dipercayakan rakyat kepada mereka itu secara tidak bertanggung jawab.

Kontrol diperlukan karena kalau tidak maka para pengelola itu akan memiliki kepemilikan yang besar pada uang rakyat itu. Ujung-ujungnya adalah memperkaya diri sendiri. Atau ya setidaknya salah urus. Sebagaimana yang kita lihat dalam korupsi sejak Orde Lama, Orde Baru, hingga sampai sekarang juga, sih.

Hulk menghajar Thor dan siapapun yang salah mengurus uang rakyat

Sekarang bayangkan kalau uang yang dipakai memperkaya diri para pengelola keuangan di masa silam itu dipakai bikin MRT seperti di Singapura. Penduduk Jakarta nggak akan kena macet karena pembangunan MRT yang terlambat seperti sekarang. Dahulu kala, banyak proyek pembangunan fiktif. Ada uang yang keluar, barangnya nggak ada. Begitulah faktanya.

Hadirnya BPK diharapkan dapat menjaga transparansi dan akuntabilitas keuangan negara mengingat pengelolaan keuangan negara yang bertanggung jawab merupakan prasyarat bagi sehatnya ekonomi dan pembangunan nasional.

Transparansi dan akuntabilitas keuangan negara akan memudahkan pemerintah mengetahui tiap saat kondisi keuangannya sendiri sehinga pada akhirnya dapat melakukan perencanaan pendanaan pembangunan sekaligus memonitor pelaksanaan secara baik. Kita punya pengalaman buruk pada 1997-1998 silam ketika pemerintah tidak memiliki informasi dan kontrol atas posisi keuangan sendiri, yang tersebar di banyak instansi dan BUMN/BUMD, plus rekening individu para pejabat.

Sekarang? Tenang saja, sekadar nitip pengembalian belanja bulan Desember di rekening bendahara buat kemudian bulan Januari disetor ke negara sudah bisa dianggap temuan BPK, lho!

Oke, dari tadi cerita BPK terus lantas pasti banyak yang masih…

Rata-rata orang kita memang suka bingung kalau tidak ada wujudnya. Polisi dianggap nggak ada kalau nggak nangkap maling. Kan gitu. Maka, tanpa berlama-lama lagi, Istoyama siap memaparkan infografisnya yang disarikan dari Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester I Tahun 2017.

Bagaimana BPK Mendorong Akuntabilitas?

Ada begitu banyak definisi tentang akuntabilitas, tetapi inti dari semuanya adalah pertanggungjawaban. Lantas apa sih yang harus didorong oleh BPK untuk meningkatkan akuntabilitas keuangan negara? Jawabannya, banyak.

Sebagai pemeriksa sekaligus pihak yang bisa mengubah Laporan Keuangan Unaudited tadi menjadi Laporan Keuangan Audited, BPK pasti mampu menelaah soal bagaimana suatu instansi melakukan pencatatan aset tetap maupun aset lancar, bagaimana suatu instansi menggunakan mata anggaran yang benar untuk sebuah transaksi dan kalaupun salah BPK akan bisa duduk bersama instansi dan Kementerian Keuangan untuk membahas jurnal guna memperbaiknya, hingga bagaimana suatu kerugian maupun potensi kerugian negara harus dikembalikan kepada negara melalui cara-cara yang juga baik dan benar.

Percayalah, saya pernah berminggu-minggu pulang malam demi membahas jurnal-jurnal koreksi bersama dengan rekan dari Kementerian Keuangan, teman-teman dari Bagian Keuangan, beserta juga pemeriksa BPK dalam kesempatan tertentu. Semuanya adalah demi pertanggungjawaban uang negara agar baik dan benar. Biar saya nggak malu sama anak-cucu kelak.

Untuk bisa mendorong akuntabilitas ini, BPK tentu mempunyai jurus-jurus yang luar biasa. Jurus pertama adalah akses penuh pada laporan keuangan dan data apapun yang dibutuhkan. Kalau ada auditan yang menyembunyikan data bisa dibawa ke Pak Polisi, lho. Jadi benar-benar harus terbuka. Toh kalau jujur ngapain harus takut? Jurus kedua adalah hubungan yang baik dengan pihak ketiga. Saya pernah berkali-kali ada dalam posisi BPK mengkonfirmasi temuan kepada pihak ketiga, yakni kontraktor maupun pelaksana pekerjaan lainnya, dan nyaris tidak pernah ada marah-marah, ada gontok-gontokan, apalagi bakar-bakaran. Jadi, setiap ke penyedia dipastikan modalnya kuat. Sedangkan, jurus terakhir adalah hubungan yang baik dengan auditan. Ini penting, karena hubungan baik instansi pemerintah dengan BPK menjadi landasan kerja yang baik demi terwujudnya laporan keuangan yang istimewa dan pada akhirnya mewujudkan pengawalan harta negara yang sebenar-benarnya.

Liburan Akhir Tahun di Tengah Kota Jakarta

Apakah hal yang lebih menyebalkan daripada Dora yang bertanya terus menerus padahal jawabannya sudah kelihatan di layar televisi? Yup! Rencana libur yang gagal. Seperti yang saya–dan beberapa teman–alami akhir tahun ini.

Seorang teman yang bekerja di kantor pemerintah tiba-tiba diminta masuk kantor pada 27-28 Desember untuk membuat laporan yang katanya akan diserahkan kepada Presiden Jokowi. Teman yang lain diminta membatalkan cuti yang sebelumnya telah disetujui karena ada pertemuan mendadak. Pertemuan yang menurut terawangan akan batal juga. Kasihan pokoknya. Oh, kasihan dan menyebalkan pada saat yang sama karena sebenarnya kegiatan-kegiatan semacam ini bisa direncanakan jauh-jauh hari. Sejauh harapan untuk balikan dengan mantan.

Namun, apapun yang terjadi, semua harus berjalan. Dan salah satu caranya adalah untuk tetap berlibur akhir tahun meskipun pada akhirnya perencanaan kota-kota seperti Jayapura, Semarang, Bandung, Pangkal Pinang, dan lain-lain itu berubah signifikan menjadi… Jakarta. Deuh.

Nah, lantas apa saja yang harus diperhatikan dan dapat diperbuat dalam rangka liburan akhir tahun di tengah kota Jakarta?

Tur Museum

Jakarta sebagai kota yang terbilang maturitasnya tingkat tinggi, juga dikenal dengan warisan budaya nan tiada duanya. Salah satunya adalah sederet museum yang letaknya tidak saling berjauhan dan bahkan berada di sekitar Jakarta Pusat. Artinya, dalam satu hari saja, kita bisa keliling ke beberapa museum sekaligus menikmati kenangan-kenangan tentang sejarah masa silam kehidupan di Jakarta–yang tambah lama tambah bikin penat itu.

Museum Taman Prasasti (Kompas.com)

Beberapa museum yang dapat dituju antara lain Museum Sejarah Fatahillah, Museum Taman Prasasti, Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Museum Kebangkitan Nasional, hingga Museum Sumpah Pemuda dan Museum MH Thamrin. Dua nama yang disebut belakangan bahkan bisa dicapai dengan jalan kaki saja.

Bagaimana? Menarik, bukan?

Tur Mal

Jakarta juga dikenal sebagai kota tempat mal bertumbuh dengan begitu hebat. Mal-mal baru selalu ada dan muncul meski kemacetan di sekitar mal lama sudah begitu padat. Nah, di tengah Jakarta yang mungkin sepi karena musim liburan, sebenarnya kita bisa berkunjung ke beberapa mal penting. Salah duanya adalah Grand Indonesia dan Plaza Indonesia yang depan-depanan serta berdekatan dengan Bundaran Hotel Indonesia. Kata teman saya yang tinggal di Jerman sana, isi Grand Indonesia itu kayaknya satu kota dia di sana. Heuheu.

Kota Kasablanka (Tripadvisor.com)

Selain itu, di tengah Jakarta kita bisa bersua dengan mal-mal unik seperti Kota Kasablanka (Kokas) yang terkenal ngehits, Plaza Senayan yang dikenal dengan jam jogetnya, hingga Mal Taman Anggrek yang punya layar LED berukuran raksasa, mengalahkan ukuran gabungan beberapa lapangan futsal.

Dekat Kantor

Nah, karena ini statusnya adalah disuruh masuk kerja pada saat seharusnya libur, maka penting bagi kita memilih tempat berlibur akhir tahun di tengah kota Jakarta yang dekat dengan kantor. Pemilihan tempat yang dekat dengan Sudirman atau Kuningan dapat menjadi pilihan. Niatnya adalah sepulang kerja tidak perlu ribet lagi naik KRL Commuter Line atau bis atau motor untuk menikmati hidup. Tinggal order yang online-online pada jarak dekat dan kita sudah bisa pura-pura bahagia di tengah kota meski gagal libur ke tempat yang jauh.

Harga Bersaing

Nah, di tengah kota itu apakah berarti harus di hotel nan bagus-bagus dan tinggi-tinggi? Tidak juga! Meski berada di tengah kota, kita bisa kok mendapatkan penginapan dengan harga bersaing. Salah satunya adalah dengan menggunakan RedDoorz. Untuk kepentingan kita yang akan tur museum dan tur mal namun nggak boleh jauh-jauh dari Sudirman dan Kuningan, maka RedDoorz Near Perbanas Jakarta menjadi salah satu opsi yang ciamik untuk dieksekusi.

Saya sendiri adalah pelanggan lama RedDoorz dan sudah berulang kali berhasil menginap di tengah kota Jakarta dengan anggaran yang minimalis tetapi tidur yang maksimal. Saya sudah, bagaimana dengan kamu? Selamat berlibur walaupun nggak jadi boleh cuti, yha. Nikmatilah. Heuheu.

Ingin Untung Besar dari Bitcoin? Ketahui Dulu 5 Hal Ini!

Bitcoin telah menjadi bintang di dunia. Keberadaan cryptocurrency yang satu ini–bersama kripto-kripto yang lain–mulai mengobrak-abrik pasaran di dunia. Posisinya yang belum diregulasi mungkin tidak ubahnya rokok elektrik. Bitcoin dan rokok yang dikenal sebagai vape itu menjadi alternatif dari sekian banyak larangan dan aturan.

Entah kalau kemudian si solusi itu dilarang dan diatur juga. Bitcoin terbilang menggiurkan karena nilai tukarnya yang gila-gilaan. Bagi yang main Bitcoin dari 5 tahun lalu kala 1 BTC masih beberapa juta saja, hari-hari ini sudah kaya raya karena 1 BTC telah tembus 270 juta per pagi hari pada saat posting ini ditulis. Ketika tulisan ini dibaca, nilai tukar Bitcoin bisa 300 juta, bisa turun jauh ke 200 juta. Siapa tahu? Setidaknya sampai editan kesekian, nilainya sudah jatuh ke 240 juta.

Pemberitaan yang terus meningkat dan profil orang-orang yang menuai keuntungan besar dari Bitcoin bikin banyak orang penasaran. Per 1 November misalnya, member bitcoin.co.id itu masih kepala 5, sekarang sudah 7. Artinya 100.000 orang gabung dalam sebulan. Semua berharap keuntungan dari Bitcoin.

Nah, bagi yang ingin terjun meraup keuntungan sebesar-besarnya dari Bitcoin, berikut 5 hal yang harus diperhatikan sebelum terjun ke Bitcoin pada khususnya dan cryptocurrency pada umumnya.

1. Risiko Tinggi

Pada awal November, 1 BTC masih 90 juta. Per Desember sudah diatas 200 juta. Tampak menguntungkan? Ya, baiklah. Saya kasih tahu juga pada mid November 1 Bitcoin Gold (BTG) nyaris 5 juta. Per hari tulisan ini dibuat? 3 juta koma sekian. Atau ketika tulisan ini dibuat BTC nyaris 300 juta, pas tulisan ini diedit nilainya sudah turun 50 juta ke 250-an juta.

The Merkle

Ya, bermain dengan Bitcoin adalah bermain dengan risiko tinggi. Semacam valas atau saham tapi dengan volatilitas yang lebih tinggi. Ingat selalu, no pain, no gain, high risk, high return. Ya memang begitu. Continue reading Ingin Untung Besar dari Bitcoin? Ketahui Dulu 5 Hal Ini!

Astra Dalam Perspektif Rantai Pasokan

Sumber: astra.co.id

Tahun 2017 ini, rasanya tidak ada rakyat Indonesia yang tidak pernah menggunakan produk yang berkaitan dengan Astra. Bukan apa-apa, Astra kini telah bertumbuh menjadi 212 anak perusahaan dengan produk yang tidak jauh-jauh dari rakyat. Dapat menjadi sedemikian dekat dengan rakyat Indonesia tentu bukan perkara mudah. Semuanya adalah rintisan dan perjalanan selama 60 tahun lamanya. Sebuah usia matang kalau menyoal manusia dan usia lewat beberapa krisis kalau menyoal perusahaan.

Astra dimulai dari sebuah perusahaan dagang pada tahun 1957. Milestones Astra dimulai pada tahun 1969 ketika dipercaya menjadi distributor kendaraan Toyota di Indonesia. Setahun kemudian, Astra ditunjuk sebagai distributor tunggal untuk sepeda motor Honda dan mesin perkantoran Xerox. Pada tahun 1970 tersebut, Indonesia sedang giat-giatnya membangun sesudah pergantian kekuasaan yang menguras tenaga bangsa.

Setahun sesudah dipercaya sebagai distributor, berdirilah PT. Federal Motor dan PT. Toyota Astra Motor (TAM). Keduanya kemudian menjadi payung agen tunggal untuk sepeda motor Honda dan mobil Toyota. Dalam perkembangan berikutnya, Astra juga menjadi distributor tunggal Daihatsu yang dinaungi PT. Daihatsu Indonesia.

Sumber: astra.co.id

Pada tahun 1981, Astra semakin mengemuka kala TAM meluncurkan mobil Kijang, sebuah mahakarya pada zamannya yang lantas menjelma jadi kesayangan banyak orang di Indonesia. Sesudahnya, Astra terus mengembangkan diri hingga pada akhirnya, sebagai disebut di atas bahwa usaha Astra telah mencapai 212 anak perusahaan, 7 segmen usaha, dan 218.773 karyawan.

Dengan usaha yang sedemikian besar, Astra juga terkena dampak resesi tahun 1998. Pada tahun 1999, Astra menandatangani kesepakatan restrukturisasi hutang tahap pertama. Setahun kemudian, restrukturisasi juga dilakukan dalam bisnis sepeda motor dan bisnis BMW. Tidak lama berselang, Astra juga menandatangani kesepakatan restrukturisasi hutang tahap kedua yang diikuti dengan tindakan lain seperti restrukturisasi bisnis Daihatsu, penawaran saham terbatas 1,4 miliar lembar saham, serta divestasi PT. Pramindo Ikat Nusantara dan PT. Sumalindo Lestari Jaya.

Perbaikan dunia politik dan ekonomi Indonesia juga diikuti oleh Astra. Terbukti, pada tahun 2004 yang merupakan tahun politik peralihan pemerintahan dari Megawati Soekarnoputri ke Susilo Bambang Yudhoyono, Astra melakukan percepatan pembayaran restrukturisasi hutang sekaligus mengambil 31,5 persen kepemilikan di Bank Permata. Tidak lama kemudian, Astra juga memasuki bisnis jalan tol dengan akuisisi 34 persen saham PT. Marga Mandala Sakti.

Peningkatan bisnis tentu harus diseimbangkan dengan tanggung jawab sosial perusahaan. Maka pada tahun 2009, Astra Group meluncurkan SATU (Semangat Astra Terpadu Untuk) Indonesia sebagai payung kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan yang berkelanjutan.

Sumber: astra.co.id

Secara bisnis, Astra telah bertumbuh menjadi perusahaan yang mampu mengintegrasikan konsep supplier dan pelanggan yang berantai secara optimal. Soal begini pernah saya tuliskan dalam beberapa tulisan tentang perencanaan produksi yang juga tayang di blog ini.

Sebagai contoh, Astra mengelola merk mobil Toyota, Daihatsu, Isuzu, UD Trucks, Peugeot, dan BMW. Astra juga punya Honda di level Sepeda motor. Untuk mendukung bisnis ini, Astra punya Astra Otoparts. Saya jadi ingat dua mantan teman kos di Cikarang. Riyan di Astra Honda Motor (AHM) dan Mas Santo di Astra Otoparts (AOP). Keduanya adalah orang-orang yang kalau sudah kerja, gila-gilaan.

Nah, ada kendaraannya, tentu harus ada pembelinya. Namun kita tahu bahwa membeli kendaraan bermotor tidak semudah beli cabe di pasar maupun beli Bitcoin. Maka, Astra memiliki perusahaan pembiayaan untuk tiga jenis produknya. Ada Astra Credit Company (ACC) untuk mobil, FIFGROUP untuk sepeda motor, serta Surya Artha Nusantara Finance dan Komatsu Astra Finance untuk alat berat. Di samping itu, Astra juga punya Astra Life dan Asuransi Astra. Ngomong-ngomong, saya pemegang polis Astra Life. Dan preminya menurut saya ringan dan tidak memberatkan kantong di era gaji PNS sudah 3 tahun tidak naik ini.

Guna menunjang bisnis serta mengikuti perkembangan Indonesia yang begitu gila membangun infrastruktur, Astra juga punya Astra Infra. Sekaligus untuk di bidang logistik, Astra memiliki Serasi Autoraya. Patut dicatat bahwa 2 hal ini adalah concern Presiden Jokowi dalam periode kepemimpinannya.

Astra Infra inilah yang kemudian ada di Tol Tangerang Merak, Tol Kunciran-Serpong, Jakarta Outer Ring Road 2, Tol Jombang-Mojokerto, Tol Semarang-Solo, hingga Tol Serpong-Balaraja. Oh, termasuk juga di Tol Cikopo-Palimanan yang panjang dan lurus itu. Astra ada dalam konteks konsesi ya, jadi bedakan soal urusan jual-menjual infrastruktur. Kadang saya sedih di negeri ini banyak orang kurang paham tapi bagian protes hobinya duluan.

Terakhir, Astra juga merambah properti. Dengan 218.773 karyawan pada 212 anak perusahaan dalam 7 segmen usaha, sudah barang tentu Astra butuh gedung, termasuk karyawannya butuh tempat tinggal. Maka penyediaan gedung yang dikelola sendiri dan sebagian diantaranya bisa dialihkan jadi duit, tentu menjadi wujud pengelolaan yang katanya CEO saya dulu zaman di swasta sebagai Good Corporate Governance (GCG).

Dalam perspektif rantai pasokan, mari kita ambil contoh AOP dan AHM. AHM butuh pasokan sparepart yang berkualitas untuk produk yang mumpuni. Dalam konteks ini, AHM sebagai produsen dan masyarakat konsumen. AHM tunduk pada keinginan konsumen untuk produk yang baik.

Sumber: astra.co.id

Balik ke dapur pabrik, AHM kemudian menjadi konsumen untuk produk sparepart yang merupakan bahan baku sepeda motor bikinan AHM. Produsennya? Untuk sebagian adalah AOP. Nah, berada dalam satu naungan Astra meminimalkan gap kualitas yang sering terjadi dalam hubungan pemasok dan pelanggan. Dengan demikian, ada jaminan lebih bahwa bagian ini kualitas tidak terganggu.

Konsep ini adalah ideal dan memang hanya bisa diraih oleh perusahaan yang sudah punya sejarah panjang dan kekuatan modal mumpuni, ditunjang tata kelola perusahaan yang juga baik. Kalau tidak, berada dalam satu wadah justru membuat AOP misalnya permisif memberi barang yang buruk pada AHM. Toh, saudara. Nyatanya, kini kita telah melihat Astra yang sesuai butir kedua Catur Dharma: memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.

Menjadi seperti Astra adalah cita-cita banyak korporasi. Maka, dalam usia ke-60, Astra tentu harus terus berbenah mempertahankan yang sudah ada dan meningkatkan terus bisnisnya kemana-mana. Namun, jangan lupa bahwa CSR dalam Satu Indonesia juga tidak kalah pentingnya.

Selamat ulang tahun ke-60 untuk Astra. Semoga selalu menginspirasi dalam perjalanan ke depan.

Bersua Air Terjun Tunan Karena Penundaan Penerbangan

Apa yang paling bikin bete dalam urusan penerbangan? Pertama-tama adalah ketika sudah ada di lobi hotel, driver sudah tiba, eh dapat SMS kalau penerbangan GA607 dari Manado ke Jakarta ditunda. Kedua, ketika kejadian nomor 1 terjadi pada tanggal merah alias hari libur. Wong penerbangan pagi itu dipilih supaya bisa menghabiskan waktu bersama Istoyama, je. Ini malah habis di jalan.

Akan tetapi, masalah sebaiknya jangan dikutuk, nanti jadi tambah masalah. Alih-alih kembali tidur dengan galau, saya kemudian memilih untuk bergerak. Kebetulan di Kota Manado ada Gereja Katedral dan ada juga ojek online. Maka, sembari googling keliru, saya memilih untuk order Gojek menuju Katedral dengan tarif hanya 6000 rupiah saja.

Saya kemudian tiba di Katedral Manado pada pukul 5.50 dan sudah bacaan pertama. Ini yang saya sebut googling keliru karena ternyata misa dimulai pada 5.40 alih-alih 6.00 sesuai hasil pencarian. Lumayan, kerja kayak gini telah bikin saya dapat merasakan misa di beberapa Katedral di Indonesia, mulai dari Surabaya, Banjarmasin, hingga Atambua. Soal Atambua ini kapan-kapan saya ceritakan.

Nah, kadung sudah di Manado, ada baiknya kita mencari-cari sesuatu yang ada di alam, tapi nggak jauh-jauh dari bandara agar tidak terburu-buru nantinya pada saat jam penerbangan. Tadinya hasil pencarian menyebut Air Terjun Kima Atas. Akan tetapi, Pak Martin, driver kami, justru mengarahkan ke tempat lain sembari bilang, “Kayaknya di dekat sini ada….” Continue reading Bersua Air Terjun Tunan Karena Penundaan Penerbangan

Pengalaman Periksa Ginjal Pakai BPJS

Kalau mau diingat lagi kok ya bikin tertawa, tapi pada saat itu saya sakitnya beneran. Kalau mau dilupakan, kok ya ada ceritanya…

Jadi begini, beberapa waktu yang lalu saya mendadak sakit. Ginjal saya nyeri minta ampun. Itu posisi masih di kantor dan saya buru-buru ke klinik 24 jam dekat kantor untuk kemudian diberikan Ketoprofen. Masih sakit. Sakit pakai banget. Akhirnya, sama teman kantor saya dilarikan ke UGD RS Carolus.

Di RS Carolus ujung-ujungnya saya tidak dirawat atau dicek lebih lanjut. BUkan apa-apa, sebagai pi in is, saya agak concern soal biaya. Lha wong saya aja bisa keluar UGD dibayarin Paklek-nya Isto.

Singkat cerita, saya kemudian memutuskan untuk periksa ginjal ini berbekal surat dari UGD. Biar jelas saja. Kebetulan sesudah dicek-cek, bisa kok pakai BPJS.

Langkah pertama yang saya lakukan adalah minta rujukan dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. Kebetulan dekat dengan kantor. Jadilah pagi-pagi saya ke klinik dan langsung nodong rujukan. Wkwk. Tentunya tetap diperiksa terlebih dahulu, akan tetapi posisinya saya sudah dapat semacam rujukan juga dari UGD RS Carolus jadi memperkuat rujukan dari Faskes pertama tersebut.

Lewat sistem, saya kemudian diarahkan ke RS yang cukup dekat dan ada spesialis urologinya, yakni ke RS PGI Cikini. Kurang lebih jam 9 saya sudah sampai ke RS PGI Cikini untuk mengantri.

Masalahnya kalau pakai BPJS tentu saja, saya terlalu siang. Haha. Posisinya saat itu saya ngantri beberapa puluh nomor dan ruang tunggunya sangat hectic. Bahkan saya sempat tidak dapat duduk. Ya, kita mah anaknya sabar saja sampai kemudian jam 12 siang kurang sedikit akhirnya tiba giliran saya.

Asalkan dokumennya lengkap, tidak ada masalah. Saya diarahkan ke dokter spesialis, langsung pula diarahkan untuk USG, dan kebetulan karena saya pasien terakhir ditungguin pula sama dokter spesialisnya terkait hasil USG.

Diagnosisnya tidak perlu saya paparkan di blog ini ya, tapi intinya sih ketika saya selesai tidak keluar duit sepeserpun. Pas melihat tagihan padahal ada beberapa juta yang muncul. Yes, semuanya sudah ditanggung oleh BPJS.