Am I Ready If?

Persetan itu judul bener apa nggak. Seperti biasa, saya kalau dipuji adanya malah mandeg. Iya, dulu begitu dapat gelar di lomba menulis apa, pasti dampaknya buruk. Bukannya tambah oke, malah tambah remuk. Apa malah nggak nulis sama sekali.

Oya, dan satu lagi. Saya itu orangnya masih takut terhadap kritik.

Mungkin bawaan melankolis saya, bahwa kritik itu menyakitkan hati. Cukup banyak kasus ketika kritik justru membuat emosi saya naik. Kritik yang menciptakan masalah juga ada, tanya saja sama mantan2 saya. Hahahaha..

Nah, sejalan dengan buku antologi mayor ketiga yang terbit dan ada tulisan saya di dalamnya, saya malah jadi bertanya-tanya. Sebenarnya, siap nggak sih saya menggapai passion saya yang bernama MENULIS itu?

Kenapa saya bertanya begitu, tidak lain dan tidak bukan adalah karena kasus Andrea Hirata. Dan sejujurnya itu masih mending (banget), karena yang disasar adalah klaim, bukan karya. Ketika saya menulis di Kompasiana dan dikomen kurang menarik, saya malah patah semangat. Semacam itulah.

Ketika saya kemudian sudah berhasil menyetorkan 3 naskah untuk terbit di antologi mayor, saya juga kemudian harus berkaca. Sebenarnya mimpi saya untuk jadi penulis beneran itu sudah tercapai. Untuk berharap punya 1 buku milik sendiri–at least, ya bisa dibilang sudah jalannya.

Tapi, namanya karya, nggak akan lepas dari kritik. Nah, sanggupkah saya? Siapkah saya?

Kadang hal ini jadi pertanyaan besar yang menjadi alibi saya untuk bersyukur bahwa saya belum-belum juga bisa menerbitkan buku. Hey, baru berhasil menyelesaikan 1 naskah saja sudah ngeluh kok belum bisa menerbitkan buku. Ngawur bener.

Apakah kalau nanti saya punya buku, saya akan siap dengan obrolan orang-orang tentang karya saya? Apakah saya siap menerima masukan dari pembaca? Apakah saya akan sanggup mengelola itu dengan tingkat emosional yang dewasa?

Pertanyaan-pertanyaan mendasar yang kemudian berkecamuk di dalam pikiran saya. Satu hal, saya adalah orang yang terbiasa di belakang layar. Namanya juga orang planning. Kalau dulu orang hanya ngomong di belakang. Sekarang, orang bisa membicarakan orang lain di linimasa. Nah, sanggupkah saya jika nanti suatu ketika buka tab mentions di Twitter dan membaca kritik yang berat bagi tulisan saya?

Itulah dia. Saya masih terus bertanya. Apakah saya siap untuk itu.

Ah!

Swansea City

Berita semalam adalah soal kemenangan tim Swansea City atas Bradford City 5-0 di Piala Liga (Capital One) di tanah britania. Ya, ditunjang oleh permainan yang ‘enak dilihat’ plus mengorbankan kekalahan 5-0 juga dari Liverpool minggu sebelumnya, akhirnya membawa skuad asuhan legenda Denmark Michael Laudrup memperoleh piala mayor pertamanya.

Nah, mari kita kulik sedikit sejarah perjalanan klub berjudul The Swans ini.

Dahulu kala, anak-anak disana (sebelum 1912) bermain sepakbola di bekas tanah perkebunan yang dipakai untuk memberi makan sapi, tempat itu bernama Vetch Field. Tempat itu kemudian dijual oleh Swansea Gas Light Company ke Swansea League. Tahun 1912 dibentuklah klub bernama Swansea Town, utamanya untuk ke ranah rugbi. Sebuah klub sepakbola mengadopsi model seragamnya, Swansea RFU. Lama kemudian tim ini dikenal sebagai Swansea Town sebelum berganti menjadi City pada 1969.

Klub ini masih ke Divisi 2 Southern League dan lalu promosi sebelum Perang Dunia 1. Sebagai hasilnya, mereka menjadi pendiri untuk Divisi 3 ketika Southern League Division dihelat pada 1920. Tim ini sangat kuat pada masanya, dengan memenangi promosi ke Divisi 2 pada 1925 serta finish posisi 6 di musim berikutnya, plus masuk semifinal Piala FA.

Pada musim sesudah Perang Dunia II, nasib berbalik karena klub kemudian menurun lagi untuk kemudian promosi lagi pada 1949. Mereka bertahan di Divisi 2 untuk 16 musim kemudian. Sempat masih semifinal FA juga pada 1964. Pada periode yang sama The Swans juga masuk ke Eropa (1961) lewat kemenangan di Piala FA Wales. Tahun 1965, Swansea degradasi ke divisi 3, lalu 2 tahun kemudian ke divisi 4.

Mereka mulai naik lagi di bawah asuhan John Toshack dengan dua kali promosi (1978-1979) ke divisi 2. Pada 1981 mereka promosi ke divisi 1 dan jadi posisi 6 pada 1982. Hanya saja, penurunan yang terjadi sangat dramatis. Degradasi dua kali (1983-1984) lalu bermasalah pada 1985 hingga terjun ke divisi 4 pada 1986. Program penyelamatan kemudian membuat Swansea kembali ke divisi 3 pada 1988 dan lima tahun kemudian mencapai play-off. Tahun 1996, Swansea degradasi ke divisi 4, lalu promosi di tahun 2000. Selama musim 2001/2002, sempat terjadi masalah soal kebangkrutan dan mendekati degradasi (lagi).

Hawa perubahan terjadi tahun 2005 setelah mereka pindah dari Vetch Field ke stadion baru Liberty Stadium.

Nah, Swansea mulai ternama di bawah asuhan Roberto Martinez yang membawa promosi ke Championship. Karena kemudian ia pindah ke Wigan, skuad kemudian dilatih oleh Paulo Sousa (ex Inter Milan). Setahun kemudian dia pindah ke Leicester dan digantikan oleh Brendan Rodgers. Orang ini yang membawa Swansea melaju ke Premier League dan finish di posisi 11. Rodgers kemudian pindah ke Liverpool bersama Joe Allen, dan lantas digantikan oleh Michael Laudrup.

Orang yang lahir di kota tersebut dikenal sebagai SWANSEA JACKS.

Pada periode awal abad 19, pelaut dari Swansea dikenal handal dengan reputasi gemilang. Nama panggilan Swansea Jacks lahir dari pakaian mereka yang menyediakan proteksi khusus.

Swansea Jack juga merupakan retriever hitam lahir tahun 1930, hidup di North Dock/River Tawe di Swansea bersama pemiliknya William Thomas. Juni 1931 dia menyelamatkan anak laki-laki 12 tahun. Beberapa minggu kemudian, Jack menyelamatkan orang lagi dari dok tersebut. Pada 1936, anjing ini mendapat penghargaan BRAVEST DOG OF THE YEAR. Total jenderal anjing ini menyelamatkan 27 orang. Oktober 1937 anjing ini mati karena makan racun tikus. Pemakaman anjing ini menyedot perhatian banyak orang. Tahun 2000, Swansea Jack mendapat penghargaan DOG OF THE CENTURY oleh NewFound Friends of Bristol.

1912/1913 menjadi tim profesional dan menang Welsh Cup, 1913/1914 main di ronde pertama Piala FA, 1920/1921 masuk di divisi 3 selatan dan jadi juara pada 1924/1925.

1925/1926 jadi runner-up Piala FA, sempat mengalahkan Real Madrid pada 1926/1927. Tahun 1935/1936 main di Jumat Agung di Plymouth dan Sabtu Paskah main di Newcastle.
Membukukan 90 gol dan 90 kemasukan pada 1956/1957. Serta kebobolan 99 gol pada 1957/1958.
Ganti nama jadi Swansea City pada 1969/1970. John Toschack mencetak gol perdana pada musim 1970/1971. Pria yang sama jadi pelatih-pemain pada 1977/1978.
1997/1998 diambil alih The Silver Shield dari Doug Sharpe. 1999/2000 jadi juara divisi 3 lalu degradasi lagi.
Musim terparah di dalam dan luar lapangan pada 2001/2002. Ninth Floor ambil alih klub hanya dengan 1 pound. Enam pertandingan kemudian, John Hollins-Alan Curtis dipecat, diganti Colin Addison-Peter Nicholas. Pada Oktober, Mike Lewis ambil alih klub juga dengan 1 pound. Lalu konsorsium lokal ambil alih di Januari.
2006/2007 ekspekatasi tinggi karena gagal promosi di musim sebelumnya. Kenny Jackett resign karena rongrongan suporter, fans, dan media. Kevin Nugent sempat ambil alih sebelum kemudian Roberto Martinez jadi pelatih. Orang ini yang membawa dampak cepat di lima pertandingan pertama, dan total jenderal kalah 2 dari 12 pertandingan. Tapi gagal promosi lagi karena play off.
Ekspektasi tinggi kembali muncul 2007/2008 lewat asuhan Roberto Martinez. Dan menjadi musim terbaik di klub dengan rekor 92 poin, 14 kemenangan away. Gaya main Swansea Way dikenal di sekitar League One. Dan bisa promosi lebih dini. 2008/2009 Swansea gagal lagi, tapi dengan permainan yang oke.
2009/2010 Roberto Martinez pindah ke Wigan bersama asisten Graeme Jones plus juga Jason Scotland dan Jordi Gomez. Ia digantikan oleh Paulo Sousa. Di musim ini Swansea mencapai rekor pertahanan terbaik dengan 24 clean sheet.
2010/2011 Paulo Sousa pindah ke Leicester City dan digantikan oleh Brendan Rodgers. Pada musim ini Swansea didera duka ketika kematian Besian Idrizaj. Nomor punggung 40 kemudian dipensiunkan.
Demikian sekilas soal Swansea City 😀

Pedoman Audit Sistem Manajemen: Penetapan Program Audit

Peran dan Tanggung Jawab Personel yang Mengelola Program Audit

Personel yang mengelola program audit hendaknya:

  1. Menetapkan ruang lingkup program audit
  2. Mengidentifikasi dan mengevaluasi resiko terhadap program audit
  3. Menetapkan tanggung jawab audit
  4. Menetapkan prosedur untuk program audit
  5. Menentukan sumber daya yang dibutuhkan
  6. Memastikan implementasi dari program audit, mencakup pelaksanaan tujuan audit, ruang lingkup, dan kriteria dari audit individual, menetapkan metode audit, dan menyeleksi tim audit serta melakukan evaluasi auditor
  7. Memastikan catatan program audit yang ada dikelola dan dipelihara
  8. Memonitor, meninjau kembali, dan melakukan perbaikan pada program audit

Personil yang mengelola program audit hendaknya menginformasikan kepada manajemen puncak perihal muatan program audit, dan jika perlu meminta persetujuan

 

Kompetensi Personel yang Mengelola Program Audit

Personel yang mengelola program audit hendaknya memiliki kompetensi yang diperlukan untuk mengelola program audit dan resiko yang berhubungan secara efektif dan efisien, sesuai pengetahuan dan kemampuan pada aspek berikut:

  1. Prinsip, prosedur, dan metode audit
  2. Standar sistem manajemen dan dokumen yang menjadi referensi
  3. Aktivitas, produk, dan proses yang dilakukan auditee
  4. Persyaratan legal atau lainnya yang relevan dengan aktivitas dan produk auditee
  5. Pelanggan, pemasok, dan pihak lain yang terkait dengan auditee, jika dimungkinkan

Personel yang mengelola program audit hendaknya melakukan aktivitas pengembangan profesional yang berkesinambungan untuk mempertahankan pengetahuan dan kekmampuan yang diperlukan guna mengelola program audit.

 

Ruang Lingkup Program Audit

Personel yang mengelola program audit hendaknya menetapkan ruang lingkup program audit, yang bisa sangat tergantng pada ukuran dan kebiasaan dari auditee, sesuai dengan keadaan, fungsi, kompleksitas, dan tingkat kematangan, serta hal-hal yang yang berdampak signifikan pada sistem manajemen yang diaudit.

Pada kasus tertentu, tergantung pada struktur auditee dan aktivitas yang terjadi, program audit dapat saja hanya memuat audit tunggal.

Faktor lain yang memberi pengaruh pada ruang lingkup program audit mencakup hal-hal berikut:

  1. Tujuan, cakupan, dan durasi setiap audit dan jumlah audit yang akan dilaksanakan, mencakup juga tindak lanjut audit, jika memungkinkan.
  2. Jumlah, kepentingan, kompleksitas, kesesuaian, dan lokasi aktivitas yang diaudit
  3. Faktor-faktor yang memberikan pengaruh pada efektivitas sistem manajemen
  4. Kriteria audit yang sesuai, seperti pengaturan terencana terhadap standar sistem manajemen yang sesuai, peraturan hukum, dan persyaratan kontrak, serta persyaratan lain yang dianut oleh organisasi
  5. Kesimpulan dari audit sebelumnya, internal dan eksternal
  6. Hasil dari review program audit sebelumnya
  7. Bahasa, budaya, dan isu sosial lainnya
  8. Hal-hal yang menjadi perhatian pihak luar, seperti keluhan pelanggan atau ketidaksesuaian dengan persyaratan legal
  9. Perubahan signifikan pada auditee dan operasionalnya
  10. Ketersediaan teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung aktivitas audit, umumnya pada metode audit di tempat terpencil
  11. Kejadian internal dan eksternal, seperti produk gagal, kegagalan keamanan informasi, insiden kesehatan dan keselamatan, tindak kriminal atau insiden lingkungan

 

Identifikasi dan Evaluasi Resiko Program Audit

Terdapat banyak resiko berbeda yang berhubungan dengan penetapan, implenetasi, pemantauan, peninjauan dan perbaikan program audit yang bisa memberikan dampak pada tujuan. Personel yang mengelola program audit hendaknya mempertimbangkan resiko tersebut. Beberapa resiko yang relevan adalah sebagai berikut:

  1. Perencanaan, contoh: kegagalan menetapkan tujuan audit yang relevan dan menetapkan ruang lingkup program audit
  2. Sumber Daya, contoh: tidak cukup waktu yang memungkinkan untuk mengembagkan program audit atau melaksanakan audit
  3. Seleksi Tim Audit, contoh: tim tidak memiliki kompetensi kolektif untuk melaksanakan audit secara efektif
  4. Implementasi, contoh: komunikasi program audit yang tidak efektif
  5. Catatan dan Pengendaliannya, contoh: kegagalan untuk melindungi catatan audit secara baik
  6. Pemantauan, Peninjauan, dan Perbaikan Program Audit, contoh: pemantauan yang tidak efektif dari keluaran program audit

 

Penetapan Prosedur untuk Program Audit

Personel yang mengelola program audit hendaknya menetapkan satu atau lebih prosedur berikut, sejauh diperlukan:

  1. Perencanaan dan penjadwalan audit dengan mempertimbangkan resiko
  2. Pemastian keamanan dan kerahasiaan informasi
  3. Penjaminan kompetensi audit dan ketua tim audit
  4. Seleksi tim audit yang sesuai dan pemberian wewenang serta tanggung jawab
  5. Pelaksanaan audit, mencakup penggunaan metode pengambilan sampel yang sesuai
  6. Pelaksanaan tindak lanjut audit, jika diperlukan
  7. Pelaporan kepada manajemen puncak terkait pencapaian umum dari program audit
  8. Pemeliharaan catatan program audit
  9. Pemantauan dan peninjauan performa dan resiko, serta perbaikan efektivitas dari program audit

 

Identifikasi Sumber Daya Progam Audit

Ketika mengidentifikasi sumber daya untuk program audit, personel yang mengelola program audit hendaknya mempertimbangkan:

  1. Sumber daya finansial yang sesuai untuk pengembangan, implementasi, pengelolaan, dan perbaikan aktivitas audit
  2. Metode audit
  3. Ketersediaan auditor dan ahli teknis yang memiliki kompetensi yang sesuai terkait tujuan umum program audit
  4. Ruang lingkup program audit dan resikonya
  5. Waktu dan biaya perjalanan, akomodasi, dan kebutuhan audit lainnya
  6. Ketersediaan teknologi informasi dan komunikasi

(Diterjemahkan dari ISO 19011: 2011)

Pedoman Audit Sistem Manajemen: Penetapan Tujuan Program Audit

Manajemen puncak hendaknya memastikan tujuan program audit ditetapkan untuk mengarahkan rencana dan pelaksanaan audit dan hendaknya pula memastikan program audit diimplementasikan secara efektif. Tujuan program audit hendaknya konsisten dan mendukung tujuan dan kebijakan sistem manajemen.

Tujuan dapat didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan berikut:

  1. Prioritas manajemen
  2. Tujuan komersial atau kepentingan bisnis lainnya
  3. Karakteristik proses, produk, dan proyek serta segala perubahan yang relevan
  4. Persyaratan sistem manajemen
  5. Persyaratan legal dan kontrak, serta persyaratan lainnya yang dianut oleh organisasi
  6. Keperluan untuk evaluasi pemasok
  7. Keperluan dan ekspektasi pihak lain, termasuk pelanggan
  8. Tingkat kinerja auditee, yang direfleksikan dari kejadian kegagalan atau insiden atau keluhan pelanggan
  9. Resiko terhadap auditee
  10. Hasil dari audit sebelumnya
  11. Level kematangan dari sistem manajemen yang diaudit

Contoh tujuan program audit adalah sebagai berikut:

  1. Untuk memberikan kontribusi terhadap perbaikan sistem manajemen dan kinerjanya
  2. Untuk memenuhi persyaratan eksternal, seperti sertifikasi suatu standar sistem manajemen
  3. Untuk memverifikasi kesesuaian dengan persyaratan kontrak
  4. Untuk mencapai dan mempertahankan kepercayaan terhadap kapabilitas pemasok
  5. Untuk menentukan efektivitas sistem manajemen

Untuk mengevaluasi kesesuaian tujuan sistem manajemen dengan kebijakan sistem manajemen dan tujuan organisasi secara keseluruhan.

(Diterjemahkan dari ISO 19011: 2011)

Pedoman Audit Sistem Manajemen: Pengelolaan Program Audit Secara Umum

Organisasi yang memerlukan audit hendaknya memiliki program audit yang berkontribusi terhadap ketetapan efektifivitas dari sistem manajemen yang dilakukan auditee. Program audit dapat mencakup satu atau lebih standar sistem manajemen, dan dapat dilakukan terpisah atau kombinasi.

Manajemen puncak hendaknya memastikan tujuan program audit tersedia dan terdapat satu atau lebih personil yang kompeten untuk mengelola program audit. Ruang lingkup program audit hendaknya didasarkan pada ukuran dan kebiasaan dari organisasi yang diaudit, serta pada kebiasaan, fungsi, kompleksitas, dan level kematangan sistem manajemen yang diaudit. Prioritas hendaknya diberikan pada alokasi program audit yang membutuhkan sumber daya yang sifatnya signifikan pada sistem manajemen. Hal ini dapat mencakup karakteristik kunci dari kualitas produk atau bahaya terkait kesehatan dan keamanan, atau aspek lingkungan yang signifikan, dan kontrolnya. Konsep ini umumnya dikenal sebagai audit berbasis resiko.Standar internasional tidak memberikan panduan lebih jauh terkait hal ini.

Program audit hendaknya mencakup informasi dan sumber daya yang dibutuhkan untuk mengorganisasi dan melaksanakan audit secara efektif dan efisien dalam jangka waktu spesifik, dan juga dapat mencakup hal-hal berikut:

  1. Tujuan program audit dan audit individualnya
  2. Ruang lingkup, jumlah, tipe, durasi, lokasi, dan jadwal audit
  3. Prosedur program audit
  4. Kriteria audit
  5. Metode audit
  6. Seleksi tim audit
  7. Sumber daya yang dibutuhkan, mencakup perjalanan dan akomodasi
  8. Proses untuk penanganan kerahasiaan, keamanan informasi, kesehatan dan keamanan, serta hal ihwal lainnya

Implementasi program audit hendaknya dimonitor dan dinilai untuk memastikan tujuan tercapai. Program audit hendaknya ditinjau kembali dalam rangka mengidentifikasi perbaikan yang mungkin dilakukan.

(Diterjemahkan dari ISO 19011: 2011)

Secuil Kisah Dari Muara Gembong

Membaca berulang-ulang posting tentang Kelas Inspirasi (takut dituntut kayak yang lagi heboh sekarang, padahal ya nggak ngapa-ngapain), malah membuat saya ingat kalau hari Minggu kemarin baru saja melakoni perjalanan absurd ke sebuah tempat bernama Muara Gembong.

Tahu Muara Gembong dimana?

Ah, kalau ingat kisah ikan paus terdampar di Karawang, yang lalu bisa bebas tapi kemudian mati, nah kematian paus itu ada di perairan Muara Gembong ini. Singkatnya Kabupaten Bekasi bagian Utara. Saya juga sempat heran, memangnya Bekasi punya pantai? Ternyata ada, dan di peta ya memang ada. Sebuah tempat yang basah dalam arti fisik (mepet kali Citarum–kalo nggak salah), tapi jelas sangat tidak basah bagi Kabupaten, apalagi dibandingkan KAWASAN INDUSTRI yang BANYAK DUITNYA ITU LOH BRO!

Sekilas soal jauhnya Muara Gembong bisa saksikan peta berikut, sepintas malah lebih dekat sama Tanjung Priok tapi lewat laut.

Sumber: Google Maps
Sumber: Google Maps

Jalurnya sih ambil Pantura Bekasi, sampai Pilar ambil jalan ke utara, lalu ya terus saja sampai jauh akhirnya ke laut. Dan dari daerah Cabangbungin, jangan harap nemu jalan yang OKE. Yang ada jalanan yang bolong-bolong plus persis di sebelah tanggul yang tingginya lebih dari 2 kali tinggi mobil.

Saya bisa sampai ke Muara Gembong ini dalam rangka baksos gereja. Syukur juga saya diajak ke event ini. Selain bisa dapat kenalan baru, saya juga bisa dapat pengalaman baru. Lagipula, saya lumayan suka kegiatan macam ini karena saya bisa merefresh ilmu saya sebagai seorang Apoteker. Sekalian, buat latihan untuk Kelas Inspirasi. Maksud awalnya begitu.

Perjalanan dari Jababeka 2 memakan waktu sekitar 2,5 sampai 3 jam. Untung saya naik mobil yang dibawa sama orang yang rajin jelajah Pantura guna menuju Jogja, Klaten, Bantul dan sekitarnya. Jadi, cukup yakinlah akan selamat sampai tujuan. Kalau naik OOM ALFA? Ucapkan selamat tinggal! Sejak masuk Pilar, jalanannya memang hanya kecil. Jadi ya begitulah keadaannya. Ketika sampai, saya dan tim pelayanan lain kudu menyeberangi sebuah jembatan kayu. Mobil ditinggal di kantor kelurahan (kalau nggak salah). Dari jembatan, kudu jalan lagi beberapa ratus meter sebelum kemudian sampai di sebuah sekolah tempat bakti sosial diselenggarakan.

Poin utama dari baksos kali ini adalah JUMLAH PASIENNYA. Seumur-umur saya ikut baksos, ya baru kali ini dapat pasien lebih dari 500. Kalau nggak salah sampai 560-an. Kaki sudah sampai ngesot-ngesot, ya nggak kelar-kelar juga. Iya, 500-an pasien itu beneran rekor baru dalam hal saya ikutan baksos. Tidak di gempa Jogja, tidak di tempat lainnya. Sungguh saya ingin melambaikan tangan ke kamera hendak menyerah sebelum saya sadar ini baksos, bukan acara televisi soal hantu-hantuan.

Satu hal sih. Saya suka dengan baksosnya gereja karena stok obatnya lengkap dan tidak sekadarnya. Yeah, kan ada baksos yang alakadar. Yang formulariumnya bahkan tidak diupdate, yang stok obatnya adalah barang-barang mendekati ED, yang poly-nya sudah remuk redam sehingga kalau mau kasih ke pasien kudu dibongkar dulu lalu dimasukin plastic clip biar keliatan tetap oke. Baksos yang begitu sih buat saya nggak niat, dan percayalah itu  terjadi di CSR sebuah perusahaan farmasi. Baksos niat ya kalau sampai bawa obat yang jumlahnya alamakjang begini. Untuk pasien yang jumlahnya amalakjang juga.

Sudah begini, punya tempat permanen untuk beribadah saja nggak boleh. #TANYAKENAPA

Dari daerah pantai yang kemudian sangat dekat dengan aliran sungai ini, saya belajar tentang hidup. Saya belajar bagaimana pelayanan sebenarnya tidak meminta pamrih. Saya juga belajar banyak, karena saya tahu 500 pasien itu sangat biasa di rumah sakit.

30 Menit Yang Luar Biasa

Akhirnya sampai juga di kawasan tempat pabrik-pabrik berdiri. Sampai juga di ladang pencarian penghidupan. Setelah melalui perjalanan absurd. Ya iyalah, wong mobil 121-nya memilih lewat Kalimalang alih-alih Pintu Tol Cikarang Barat. Apapun itu, yang patut disyukuri adalah saya sampai di kamar kos dengan selamat 🙂

Saat mengetik posting ini, baju saja masih sama persis dengan yang saya kenakan seharian tadi. Mungkin dengan mengenakan baju yang sama, saya lebih bisa menggambarkan atmosfer gila seharian ini. *alasan malas ganti baju*

Pagi tadi, jam 6 lewat 10 saya landing di SDN 03 Pagi Palmerah. Ya, hari ini adalah Hari Inspirasi di 58 sekolah di seantero Jakarta. Dan paralel juga berlangsung di beberapa kota lainnya. Saya sendiri tergabung di kelompok 2 bersama kepala suku Pak Muam, Mbak Ita, Dwita, Christian, Rifki, Salita, dan gitaris kondang Mas Jubing. Di kelompok ini juga ada 2 fotografer, Nanda dan Okka. Plus juga Ogie sang videografer. Syukurlah kelompok ini akhirnya lengkap, meskipun kalau mau janjian (kata Dwita) sudah kayak arrange meeting direksi :p

Dan jadwalnya sungguh ‘memihak’ saya. Kenapa? Nama saya ada di jadwal untuk 6 jam pertama. Dan karena di SD tersebut hanya ada 1 kelas per tingkat, itu berarti saya akan menghabiskan jatah masuk kelas di 6 kesempatan pertama. Enam kali 30 menit yang bikin saya nggak sanggup sarapan (atau bahkan minum sekalipun). Saya emang gitu, kalau nervous malah ogah makan atau minum. Ada kecenderungan untuk melakukan vomit 🙂

Baiklah, sekilas akan saya ceritakan tentang enam kali 30 menit yang luar biasa itu.

Kelas 5

Waktu observasi, saya sudah masuk kelas ini. Dan bapak wali kelasnya juga sudah memberitahukan ‘kelakuan’ kelas ini. Pada awalnya, saya mengira ini kelas paling ‘menguras tenaga’ jadi saya bersyukur masuk kelas ini duluan. Ehm, ini sih sekilas pengamatan waktu saya masuk satu-satu pas observasi.

Lalu apa yang terjadi?

Saya keringetan. Dan yang bikin agak malu adalah ketika dua orang anak cewek berdiri dan menyalakan kipas angin karena saya keringetan. Soal keluarnya cairan dari pori-pori ini juga nggak jauh-jauh dari nervous. Karena cairan yang sama juga keluar waktu saya pertama kali ngelatih koor. Hehehehe…

Di kelas ini saya mencoba pakai teori Whoosh yang diberikan pas pembekalan. Biar kayaknya demokratis, saya ajukan ke anak-anak itu, mau Whoosh tipe apa. Eh, mereka kompak memilih Whoosh Chibi-Chibi. Jadi modelnya adalah: Prok Prok Prok (tiga kali tepuk) Chibi Chibi Chibi (ala Chibi pokoknya) Whoosh (sambil menjulurkan tangan seolah memberi tenaga dalam). Dan ironisnya, ah, nanti saja ceritanya 🙂

Konten saya sederhana sekali. Saya hanya memperkenalkan nama saya, lalu pekerjaan saya sebagai apoteker. Saya juga hendak meluruskan pemikiran anak-anak tersebut tentang si pembuat obat. Yup, mayoritas bilang kalau yang buat obat itu dokter. *pelajaran banget buat para farmasis Indonesia untuk semakin memperlihatkan diri kan?* Oya, biar kelihatan pintar, saya coba menantang mereka untuk mengucap nama penyakit dan saya kasih tahu obatnya. Semoga tampak keren. Hahaha..

Karena mayoritas mereka berasal dari kalangan menengah ke bawah, saya mencoba mengangkat dengan menceritakan kisah saya dulu yang bikin es buat dijual di kantin. Kalau dulu saya bikin es, sekarang saya bisa ikutan bikin obat. Kalau bikin obat, lalu orang sakit yang minum kemudian sembuh, senang nggak? Senang, kata mereka. Sungguh melegakan hati.

Overall, di kelas yang pertama ini saya nggak terlalu ‘dapat masalah’. Masalah terbesar saya ada pada ‘sulap tebak tanggal lahir’ yang saya bawakan sebagai BANG! Iya, jadi masalah karena semua anak minta ditebak tanggal lahirnya. -___-”

Kelas 1

Yak, even emak saya yang guru SD aja menghindari kelas ini ketika pembagian kelas di awal tahun. Saya mulai merasakan tantangan ada disini.

Apa demikian adanya?

BETUL SEKALI! Hahahahaha..

Awalnya biasa saja, nama, pekerjaan, deskripsi pekerjaan, sampai ke Chibi-Chibi Whoosh. Saya bahkan sudah tidak kemringet lagi. Sampai kemudian ketika saya mulai bercerita tentang 4 nilai dasar Kelas Inspirasi (Jujur, Kerja Keras, Pantang Menyerah, Kemandirian), di pojok kanan bagian belakang ada dua anak lelaki yang berantem dan salah duanya kemudian menundukkan kepala di meja. Satunya nangis beneran, satunya nangis pura-pura. Ealah, anak jaman sekarang sudah bisa bersandiwara rupanya. Waktu saya kemudian sedikit habis di urusan berantem ini, soalnya ketika yang di pojokan belum kelar. Eh, sudah nongol lagi prahara di sudut lain kelas ini.

Akhirnya saya tahu kenapa Mamak selalu menghindari kelas 1. 😀

Ya, pada akhirnya recap-nya sih lumayan. Setidaknya mereka mulai tahu apoteker itu adalah si pembuat obat. Mengingat, masalah yang sama juga terjadi di kelas ini. Itu tadi, bagi sebagian dari mereka, yang membuat obat itu adalah dokter.

Oya, mulai dari kelas ini, saya sadar bahwa ‘sulap tebak tanggal lahir’ saya benar-benar sulap pengundang prahara. Soalnya ketika ditanya, siapa yang mau ditebak tanggal lahirnya, semuanya ngacung. Ketika ditunjuk 1, yang lain berebut minta ditunjuk juga. Sambil teriak-teriak pula. Plus, Chibi-Chibi Whoosh saya menuai ‘bencana’. Ketika saya suruh kasih Whoosh, mereka sontak mengelilingi korban Whoosh dan mengobok-obok kepala korban Whoosh. Waduh, ampun Mak!

Kelas 3

Dulu waktu saya kelas 3 itu pas pinter-pinternya, sampai bisa rangking 1. Jadi, itu motivasi saya untuk cukup excited masuk ke kelas 3. Dan kelas ini ternyata cukup kooperatif–menurut saya.

Mungkin cuma di kelas ini kali ya, saya bisa cukup mulus menjalankan BOMBER-B yang diajarkan pas briefing. Masih dengan BANG yang sama, pertanyaan “Siapa yang pernah sakit?” lalu “Kalau sakit dikasih apa?” dan diakhiri dengan “Siapa sih yang bikin obat?”

Ehm, jawabannya masih sama. Dokter. Okelah, itu tugas tambahan saya di Kelas Inspirasi saya berarti. Sesuai sumpah yang saya ucapkan di depan mic tahun 2009 silam. Terutama di bagian “Saya akan menjalankan tugas saya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian.”

Yah, bicara soal masalah di kelas ini, tidak lain dan tidak bukan (masih) disebabkan oleh sulap saya. Dan masih dengan sebab yang sama. Karena saya berhasil menebak dengan benar tanggal lahir mereka via 5 kartu. Seluruh kelas berebutan minta ditebak tanggal lahirnya. Yah, saya semakin berpikir ini ide buruk. Maka saya mencoba kasih trik lain. Mengingat mereka sudah bisa kali bagi tambah kurang, saya coba kasih permainan itu. Gile ya anak sekarang, dulu saya kelas 4 SD aja masih menghafalkan perkalian 1-9. Dan syukurlah permainan memilih angka berapapun dan kemudian dikali-tambah-bagi-kurang hingga menjadi angka 3 itu berhasil.

Saya sih coba bilang bahwa berapapun angka kalian, ujungnya 3 juga. Jadi, apapun cita-cita kalian, pasti nanti ujungnya BISA jadi nyata asalkan bla..bla..bla.. (sesuai 4 prinsip Kelas Inspirasi). Oya, disini ada yang kecil-kecil udah punya penyakit yang mengharuskan dia minum obat lima biji. Penyakit yang menurut saya belum layak dia terima, tapi secara medis memang sangat mungkin terjadi si setiap usia. Untunglah, dia tampak sebagai seorang anak yang kuat.

Rupanya, sedikit ‘kedamaian’ di kelas 3 ini adalah PENGANTAR bagi saya untuk memasuki kelas tersulit di jam berikutnya.

Kelas 2

Begitu masuk kelas ini, anak-anaknya sudah heboh mau istirahat. Dan bahkan ada yang ngumpet di dekat lemari ketika saya masuk kelas. Waduh, padahal kan masih 1 jam lagi? Jadilah, saya mengeluarkan kembali sulap saya yang bergelimang masalah itu. Dan, yah bisa ditebak. Hancur lebur dah! Hahahaha…

Ada yang duduk di meja, ada yang berdiri di kursi, dan ada tingkah antik lainnya di kelas ini. Belum lagi, ditunjang oleh ketua kelasnya yang KEREN ABIS karena sedari kecil sudah memperlihatkan diri kalau punya pengaruh. Saya selalu bertanya siapa ketua di setiap kelas dan saya simpulkan bahwa ketua kelas 2 ini yang paling cocok jadi presiden. 😀

Saya masih menggunakan lesson plan yang sama dengan kelas-kelas lainnya. Tapi sungguh saya semacam mendapat penolakan di kelas ini. Bahkan seorang anak yang badannya agak bongsor dengan beraninya mengacungkan jari tanda mengusir saya segera keluar dari kelas. Buset, anak jaman sekarang bro!

Nah, ketika saya coba angkat dengan Chibi-Chibi Whoosh itu, eh mereka malah memperlihatkan stok tepuk yang mereka punya. Dan sudah bisa ditebak kan, siapa provokatornya. Iya, si ketua kelas! Di balik stress yang saya alami di kelas ini, kepemimpinan anak yang satu ini sungguh mengundang decak kagum. Asli!

Ya pada akhirnya saya hanya bisa bilang kalau saya itu apoteker, yang bikin obat, bikinnya di pabrik. Ya, sekaligus untuk memperbaiki mindset yang mereka punya, selagi bisa.

Dan kalau saya agak merasa terusir tadi, rupanya itu hanya sekadar basa basi, karena, ehm, begitu saya hendak melangkah keluar dari kelas, sontak belasan anak berlari dan memeluk nggondeli kaki saya. Ini memang sempat hendak diskenariokan untuk videografi. Tapi yang saya alami ini sungguh-sungguh sama sekali bukan rekayasa. Mereka benar-benar ndlosor di lantai dan memeluk kaki saya sampai bergerakpun tidak bisa. Apa pula maksudnya ini?

Ah, entahlah 😀

Kelas 6

Sebuah lompatan mendasar, dari 2 ke 6. Kelas ini juga dihindari sama Mamak kalau pembagian kelas, tapi saya sih berpikir itu semata soal malas kalau Ujian Akhir Nasional saja. Hehehe..

Lompatan mendasar itu ternyata beneran kerasa. Kalau di kelas lain heboh tiada terkira, di kelas paling tinggi ini malah saya MATI GAYA. Dikasih Chibi-Chibi Whoosh mereka malah memperlihatkan muka yang kira-kira bermakna “apaan sih”. Waduh!

Tapi ada baiknya juga sih. Di kelas yang anteng ini–karena sudah menjelang dewasa–saya malah bisa bercerita tentang cara penyimpanan obat yang baik. Juga bisa bercerita ringan tentang bagaimana mekanisme aksi obat, kok bisa sih obat yang diminum lewat mulut bisa mengobati sakit kepala, juga soal overdosis. Rupanya mereka sudah cukup mengerti.

Oh ya, di kelas ini saya kena batunya. Hehe..

Sulap penuh dilema itu akhirnya ke-gap sama salah seorang anak cewek yang duduk di bagian belakang. Dia dengan jeli mengamati kartu-kartu yang saya tunjukkan dan dengan jeli juga menemukan clue dari sulap icak-icak yang sebenarnya sekadar permainan matematika itu.

Secara konten, saya puas dengan yang saya sampaikan di kelas ini. Tapi melihat antengnya mereka, saya malah jadi kikuk sendiri. Dasar manusia, dikasih yang heboh stress, dikasih yang anteng eh stress juga. 🙂

Kelas 4

Sesudah rehat setengah jam gegara memang mereka istirahat, saya memasuki akhir dari petualangan hebat saya hari ini. Kelas 4, tingkatan yang sekarang jadi garapan Mamak di SD Fransiskus. Tingkatan yang kapan hari itu sempat saya bikin RPP untuk Bahasa Indonesia dan PKN-nya *balada anak guru kalau mudik*

Nah, kata teman-teman, kelas ini cukup bisa dikendalikan. Tapi nyatanya, saya malah kesulitan meng-handle kelas ini. Terbukti dari adanya (lagi) anak yang nangis di kelas ini. Huhuhu..

Secara konten masih sama, pun dengan kesalahan tafsir soal dokter dan apoteker. Ayo farmasis Indonesia, mari kita berbuat sesuatu, profesi kita benar-benar butuh diperkenalkan pada anak-anak seusia mereka.

Nah, untuk BANG, karena terakhir, saya pasang dua kali permainan matematika. Satunya tentu saja sulap saya yang sudah ketahuan di kelas 6 tadi. Dan, ehm, praharanya masih sama. Bahkan ada yang tarik-tarik tangan saya minta ditebak. Yaelah, sesuatu yang sebenarnya mau untuk ice breaking saja malah menjelma jadi sumber keributan, dan terbukti di 6 kelas. Fix tidak direkomendasikan untuk diulang di Kelas Inspirasi manapun. Hahaha..

Lalu permainan angka berapapun yang akan berujung tiga coba saya angkat. Niatnya mengundang partisipasi, jadilah saya panggil dua anak ke depan. Eh, ada 1 anak yang maju, tapi kemudian DISURUH MUNDUR sama teman-temannya. Dan entah kenapa, anak itu mundur beneran, lalu duduk nangis di kursinya dan sejurus kemudian membanting kotak pensil. Belum cukup, dia membanting meja di belakangnya. Oya, posisinya nangis dia adalah menyandarkan kening ke kursi tempatnya duduk.

Saya dan Nanda yang lagi ada di sana untuk foto, sontak hening. Tapi anak-anak lain malah dengan santai bilang, udah biasa. Weleh, ada-ada saja ya. Pada akhirnya permainan saya yang angka 3 ini dikomentarin “alah, paling juga tambah bagi kurang kali kan.”

Nggak apa-apa, yang penting intinya dapat.

Dan petualangan hebat saya hari ini selesai.

Ah masak?

Belum ternyata. Masih ada dampak yang tersisa 😀

Ketika kelas 1 dan 2 pulang, banyak dari mereka datang ke saya dan relawan lain tentunya, menjulurkan tangan, lalu mencium tangan. BUSET! Jarang-jarang saya begini. Maaf-maaf kata nih, saya kan juga mengenal beberapa anak dari level ekonomi baik di luaran, dan mereka TIDAK SESOPAN INI. Hal simpel, uluran tangan dan cium tangan. Sebuah hal sederhana yang masih ada di Indonesia Raya Merdeka Merdeka ini. Tidak lupa, ketika anak kelas 2 pulang, mereka kembali menghambur ke kaki saya, kali ini dua-duanya. Dan–ini dia ironinya–memanggil saya sebagai KAKAK CHIBI-CHIBI.

*tepok jidat*

Oya, si ketua kelas 2 bahkan datang ke saya dan menyebutkan alamat rumahnya plus nama emaknya. “Bilang aja, pasti tahu,” katanya. Ini anak kalau dididik dengan benar, bakal jadi luar biasa. 😀

Acara di kompleks SD 01-05 Palmerah ditutup dengan bernyanyi bersama diiringi Mas Jubing. Hey, kapan lagi nyanyi diiringi gitaris kondang? Ya cuma disini 😀

Mas Jubing ini action (sumber: dokumentasi pribadi)
Mas Jubing ini action (sumber: dokumentasi pribadi)

Ketika ajang nyanyi bareng ini, saya coba masuk ke barisan anak-anak, dan ini beberapa pernyataan mereka yang bikin senyum.

“Kak, aku seneng banget hari Rabu ini.”
“Kak, kapan kesini lagi?”
“Kakak apoteker, bikinin obat dong.”
“Kak, tadi rahasia sulapnya apa?”

Dan beberapa pernyataan lainnya. Satu hal, ketika mereka masih ingat nama saya saja itu sudah bonus. Mereka habis ketemu 6 sampai 8 orang dalam waktu cepat dan masih ingat nama orang-orang itu? Apa nggak bonus itu namanya?

Saya juga mewariskan 5 kartu sulap yang berlumuran problema itu ke salah seorang anak di kelas 5, plus cara memainkan sulapannya. Yah, wong saya juga ngerti permainan ini pas kelas 5 SD gegara baca buku punya tulang kok. Nggak ada salahnya, toh ini juga sekadar permainan matematika.

Puncak dari kehebohan hari ini adalah ketika sesi MENDADAK ARTIS. Mungkin acara ini bisa bikin saya bersiap jadi artis karena sesudah bubaran dan kemudian istirahat, anak-anak itu datang dengan buku/kertas plus alat tulis lalu meminta NAMA, NOMOR HP, TANDA TANGAN, sampai ALAMAT FACEBOOK. Sekarang kapan lagi ada makhluk hidup yang datang ke saya dan minta kelengkapan itu? Saya sering dimintain tanda tangan, tapi itu buat approval dokumen atau approval pengeluaran material. Cuma baru ini dimintain tanda tangan macam artis gini. Dan di akhir dikasih tahu Rifki bahwa di kelas-kelas akhir, sudah ada yang switch cita-citanya jadi APOTEKER. Hahahaha.. *berhasil-berhasil-berhasil-hore*

Yah, posting ini sudah panjang sekali, ngalah-ngalahi 1 bab di Lovefacture. Maka beberapa kesimpulan hari ini:

1. Saya akan segera menelepon Mamak dan bilang bahwa mengajar SD itu SULIT, JENDERAL!
2. Satu hari cuti untuk hal semacam ini, sama sekali tidak ada RUGINYA.
3. Setiap orang itu boleh dan malah harus punya MIMPI. Tugas kita-kita ini untuk MENYALAKAN MIMPI itu.
4. Kita memang perlu berpikir BESAR, tapi akan lebih baik kalau kita memulai dengan KECIL, tapi SEKARANG.
5. Mereka lahir kira-kira ketika saya SMA/Kuliah, jadi intinya saya sudah tua *loh*
6. Mari bergerak, untuk MEMBANGUN MIMPI ANAK INDONESIA!

Jemuran cita-cita (sumber: dokumentasi pribadi)
Jemuran cita-cita (sumber: dokumentasi pribadi)

Salam!

@ariesadhar 20022013

Pedoman Audit Sistem Manajemen: Prinsip Audit

Audit terkarakterisasi dengan ketergantungannya pada sejumlah prinsip yang dapat membuat audit efektif dan menjadi alat yang baik dalam rangka mendukung kebijakan dan control manajemen, dengan menyediakan informasi yang dapat digunakan oleh organisasi untuk improvisasi performa. Ketaatan pada prinsip-prinsip tersebut merupakan persyaratan untuk penyediaan kesimpulan audit yang relevan dan sesuai serta untuk membuat auditor mencapai kesimpulan yang sesuai.

INTEGRITAS, pondasi dari profesionalisme

Auditor dan personel yang mengelola program audit hendaklah melakukan pekerjaannya dengan jujur, rajin, dan penuh tanggung jawab; memantau dan selalu patuh pada segala persyaratan legal yang relevan; memperlihatkan kompetensi ketika melakukan pekerjaannya; melakukan pekerjaannya dengan tata cara yang baik, misalnya tetap berlaku fair dan tidak bias dalam setiap kesepakatan; berlaku sensitive pada setiap pengaruh yang mungkin ada pada setiap pengambilan keputusan ketika audit.

FAIR, kewajiban untuk melakukan pelaporan secara benar dan akurat

Temuan audit, kesimpulan audit, dan laporan audit hendaknya merefleksikan aktivitas audit secara benar dan akurat. Hambatan signifikan yang terjadi selama audit dan tidak dapat diatasi oleh auditor dan auditee juga harus dilaporkan. Komunikasi hendaknya benar, akurat, objektif, tepat waktu, jelas, dan tuntas.

PROFESIONAL, berlaku tekun ketika audit dan dalam melakukan pengambilan keputusan

Auditor hendaknya berlatih untuk memperhatikan kepentingan tugas yang dilaksanakannya dengan memiliki keyakinan untuk itu. Sangat penting untuk bekerja dengan profesional sehingga dapat membuat pertimbangan dan keputusan di dalam semua situasi audit.

KERAHASIAAN, keamanan informasi

Auditor hendaknya bertindak hati-hati dalam penggunaan dan proteksi informasi yang didapatkan selama tugasnya. Informasi audit hendaknya tidak digunakan secara tidak sesuai oleh auditor maupun klien audit, yang dapat merugikan legitimasi auditee. Konsep ini mencakup penanganan yang sesuai terhadap informasi yang sensitif dan rahasia.

INDEPENDEN, basis untuk keadilan audit dan objektivitas kesimpulan audit

Auditor hendaklah independen dari aktivitas yang diaudit jika memungkinkan, dan bertindak sedemikian rupa sehingga bebas dari bias dan konflik kepentingan. Untuk internal audit, auditor hendaknya independen dari fungsi operasi yang diaudit. Auditor juga harus berlaku objektif untuk memastikan temuan audit dan kesimpulan diambil berdasarkan bukti audit. Untuk organisasi yang kecil, bisa jadi sulit untuk auditor internal bisa independen sepenuhnya dari aktivitas yang diaudit, akan tetapi setiap usaha perlu dikerahkan untuk melindungi bias dan mempertahankan objektivitas.

PENDEKATAN BERBASIS BUKTI, metode rasional untuk mencapai kesimpulan audit yang handal dan dapat dipercaya dalam rangka proses audit yang sistematis

Bukti audit harus dapat diverifikasi. Secara umum bukti diperoleh berdasarkan pengambilan sampel terhadap informasi yang tersedia dalam periode audit yang terbatas berikut sumber daya yang terbatas pula. Jumlah yang sesuai untuk proses pengambilan sampel hendaknya dilakukan guna menjamin keyakinan terhadap kesimpulan audit.

(diterjemahkan dari ISO 19011: 2011)

Pedoman Audit Sistem Manajemen: Terminologi dan Definisi

Audit adalah proses sistematis, independen, dan terdokumentasi untuk memperoleh bukti audit dan mengevaluasinya secara objektif untuk menentukan sejauh mana kriteria audit dipenuhi. Audit internal, seringkali disebut sebagai audit pihak pertama, diselenggarakan oleh organisasi itu sendiri, atau atas nama organisasi, untuk kajian manajemen dan tujuan internal yang lain (contoh: untuk melakukan konfirmasi efektivitas sistem manajemen atau untuk memperoleh informasi guna perbaikan sistem manajemen). Audit internal dapat menjadi dasar pernyataan kesesuaian di dalam organisasi. Di dalam banyak kasus, utamanya di organisasi kecil, independensi dapat memperlihatkan kebebasan dari tanggung jawab terhadap aktivitas yang diaudit atau kebebasan dari bias dan konflik kepentingan.
Audit eksternal mencakup audit pihak kedua dan ketiga. Audit pihak kedua diselenggarakan oleh organisasi terkait kepentingan tertentu seperti pelanggan atau oleh orang lain atas nama pelanggan. Audit pihak ketiga diselenggarakan oleh organisasi audit yang independen, seperti regulator atau badan sertifikasi.
Jika dua atau lebih sistem manajemen dari disiplin yang berbeda (seperti mutu, lingkungan, K3L) diaudit bersamaan, disebut sebagai audit kombinasi.
Jika dua atau lebih organisasi audit bekerjasama melakukan audit pada satu auditee, disebut sebagai audit bersama.

Kriteria Audit merupakan gabungan kebijakan, prosedur atau persyaratan yang digunakan sebagai referensi bukti audit dibandingkan. Jika kriteria audit merupakan persyaratan hukum (termasuk regulasi dan perundang-undangan), terminologi patuh dan tidak patuh sering digunakan dalam temuan audit.

Bukti Audit adalah catatan, pernyataan atau informasi lain yang sesuai terhadap kriteria audit dan dapat diverifikasi. Bukti audit dapat berupa kualitatif dan kuantitatif.

Temuan Audit adalah hasil evaluasi dari bukti audit terhadap kriteria audit. Temuan audit mengindikasikan kesesuaian atau ketidaksesuaian. Temuan audit dapat menjadi identifikasi terhadap peluang perbaikan atau merekam praktek yang sudah baik. Jika kriteria audit diambil dari persyaratan legal, terminologinya adalah compliance dan non-compliance.

Kesimpulan Audit adalah keluaran dari audit, sesudah mempertimbangkan tujuan audit dan semua temuan audit.

Klien Audit merupakan organisasi atau personel yang meminta audit. Dalam konteks internal audit, klien audit dapat merupakan auditee atau personel yang mengelola program audit. Permintaan untuk audit eksternal dapat berasal dari regulator, pihak ketiga yang terikat kontrak atau klien potensial.

Auditee adalah organisasi yang diaudit.

Auditor adalah personel yang melaksanakan audit.

Tim Audit adalah satu atau lebih auditor yang melaksanakan audit, dan jika perlu didukung oleh ahli teknis. Satu auditor di tim audit ditunjuk sebagai ketua tim. Tim audit dapat menyertakan auditor yang sedang dalam pelatihan.

Ahli Teknis adalah personel yang memiliki pengetahuan spesifik atau keahlian dan menyediakannya pada tim audit. Pengetahuan spesifik atau keahlian terkait dengan organisasi, proses atau aktivitas yang akan diaudit atau bahasa dan budaya. Ahli teknis tidak bertindak sebagai auditor di dalam tim audit.

Observer adalah personel yang berada bersama dalam tim audit, tapi tidak melakukan proses audit. Observer tidak merupakan bagian dari tim audit, dan tidak mempengaruhi atau mengganggu proses audit. Observer dapat berasal dari auditee, regulator, atau pihak lain yang terkait dengan audit.

Pemandu merupakan personel yang ditunjuk oleh auditee untuk membantu tim audit.

Program Audit adalah pengaturan perencanaan satu atau lebih audit dalam rentang waktu spesifik dan dibuat untuk tujuan spesifik.

Ruang Lingkup Audit merupakan cakupan dan batas-batas pelaksanaan audit. Ruang lingkup audit umumnya mencakup deskripsi lokasi fisik, unit organisasi, aktivitas, proses, sejauh tercakup dalam periode waktu yang ditentukan.

Rencana Audit adalah deskripsi aktivitas dan pengaturan pelaksanaan audit.

Resiko adalah pengaruh ketidakpastian pada tujuan.

Kompetensi merupakan kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan dan kemampuan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Kemampuan menyiratkan penerapan yang sesuai terhadap perilaku personel selama proses audit.

Kesesuaian adalah pemenuhan terhadap persyaratan.

Ketidaksesuaian adalah ketidakpemenuhan dari persyaratan.

Sistem Manajemen adalah sistem yang menetapkan kebijakan dan tujuan yang bersama-sama mencapai tujuan tersebut. Sistem manajemen dari sebuah organisasi dapat mencakup sistem manajemen yang berbeda seperti sistem manajemen mutu, sistem manajemen finansial, atau sistem manajemen lingkungan.

(diterjemahkan dari ISO 19011: 2011)

Pope Resignation

Berita soal rencana resign-nya Paus mengemuka di berbagai media. Dan menjadi unik karena setidaknya sudah sejak lama posisi Paus ini begitu jarang dilihat orang. Kenapa? Sejak Karol Wojtyla dikukuhkan sebagai Paus  Yohanes Paulus II di usia  yang cukup muda, beliau menjabat cukup lama dan baru turun dari tahta suci sesudah meninggal. Rentang waktu puluhan tahun jabatan ini membuat suksesi kepausan menjadi jarang terlihat di era modern.

Paus Yohanes Paulus II kemudian digantikan oleh Kardinal Joseph Ratzinger yang memilih nama Paus Benediktus XVI. Beliau terpilih di usia  70-an akhir, jelang 80. Suatu usia  yang sudah cukup tua. Maka, ketika beliau kemudian memilih hendak mengundurkan diri, menjadi perbincangan menarik.

Menurut sumber ini, Paus dapat mengundurkan diri jika memang ingin. KHK 332 menuliskan bahwa apabila Paus mengundurkan diri dari jabatannya, untuk sahnya dituntut agar pengunduran diri itu terjadi dengan bebas dan dinyatakan semestinya, tapi tidak dituntut harus diterima siapapun. Hanya memang diharapkan bahwa sebagai penerus Santo Petrus, Paus mengemban jabatan hingga akhir usia.

Sukses kepausan dengan resignation ini sudah terjadi beberapa kali di era lampau. Paus St. Pontianus mengundurkan diri lima tahun sesudah dipilih karena beliau dibuang ke Sardinia oleh Kaisar Maximinus Thrax di era pembantaian umat Kristen.

Jangan salah pula, Paus St. Silverius malah pernah diturunkan dari tahta hanya 1 tahun sesudah terpilih. Adalah Ratu Theodora yang melakukan ‘kudeta’ ini karena paus menolak calon uskup yang diajukannya. Penggantinya adalah Paus Vigilius. Hal yang sama terjadi pada Paus St. Martin I yang diculik dan diturunkan dari tahta. Sejarah mencatat bahwa ini adalah kejadian terakhir paus wafat sebagai martir.

Dalam era kegelapan gereja Katolik, malah ada Paus Benediktus IX yang menjabat paus dalam 3 periode berbeda. Sudah kayak jadi ketua partai saja. Tapi itu adalah sejarah kelam yang harus diketahui dan diakui oleh umat Katolik di dunia. Waktu naik pertama kali menggantikan om-nya Paus Yohanes XIX, ayahnya—Alberic—melakukan upaya yang tidak wajar sampai kemudian belia u terpilih. Paus Benediktus IX ini kemudian diturunkan dari tahta dan digantikan Paus Sylvester III.

Nah, kudeta dalam arti yang semakin mirip perang terjadi disini. Tidak lama sesudah terpilih, Paus Sylvester diserang oleh pendahulunya dan jadilah Paus Benediktus IX menjabat lagi. Uniknya, tidak lama kemudian, beliau resign. Ada hawa politis dibalik pengunduran diri ini, ditengarai ada embel-embel janji uang. Paus berikutnya adalah Paus Gregorius VI.

Katolik dekat dengan kekuasaan ketika itu dan terbukti dengan Konsili yang dihelat oleh Raja Henry III. Hasil konsili ini adalah terpilihnya Paus Klemens II, yang tidak lama kemudian wafat diracun. Benediktus IX akhrinya menobatkan diri sendiri sebagai paus untuk ketiga kalinya. Raja Henry III turun tangan (lagi) dan membuat Paus Damasus II bisa dinobatkan sebagai paus.

Pada akhirnya pertobatan itu datang juga kok. Paus Benediktus IX mengasingkan diri dan menyesali dosa-dosanya plus  kemudian bermati raga. Kalau dulu Paus dipilih oleh para klerus dan rakyat Roma, maka sejak Paus Nikolaus II ditetapkan bahwa proses pemilihan paus ditentukan oleh para kardinal.

Kasus resign Paus juga terjadi pada St. Selestine V. Beliau dipilih di usia 84 tahun karena dewan kardinal mentok. Padahal beliau pada dasarnya adalah pertapa.

Well, agama itu sejatinya soal diri sendiri dengan Tuhan  kok. Paus—bagi saya—adalah sebuah jabatan suci yang kalau dijabat oleh siapapun tidak akan mempengaruhi keimanan saya sendiri. Nggak seperti orang-orang yang menjadikan ketua partai sebagai ‘nabi’ mereka. Yang jelas, pilihan Paus Benediktus XVI adalah pilihan bijak dan modern. Kenapa? Daripada tidak sanggup lagi mengunjungi umat, bukankah lebih baik memberikan pekerjaan mulia itu kepada orang lain yang lebih sanggup?

“Sejauh yang saya miliki, saya harus mengakui ketidakmampuan saya untuk secara memadai memenuhi pelayanan yang dipercayakan kepada saya.”