Berhari Raya di Kedoya

Salah satu hari raya umat Katolik (dan Kristen pada umumnya) yang menjadi tanggal merah adalah Wafat Isa Almasih. Penting untuk menjadi tanggal merah karena peringatan wafat itu biasa dihelat siang-siang. Dulunya begitu. Perkembangan umat yang gila-gilaan kadang membuat peringatan itu nggak bisa sekali karena menimbulkan banyak dampak bagi masyarakat. Yang terutama tentu saja kemacetan. Nah, karena itulah di Pekan Suci 2015 ini saya memutuskan untuk tidak menggunakan kendaraan pribadi supaya tidak bikin rempong panitia, plus memilih jam-jam ke Gereja yang enak untuk naik kendaraan umum. Sesudah memilih dan memilah saya akhirnya menetapkan Gereja Santo Andreas Kedoya sebagai tujuan #KelilingKAJ edisi spesial hari raya alias pekan suci.

Namun apa daya, sudah berangkat jam 9.30 dari kosan, ternyata kendalanya banyak. Utamanya adalah jarangnya bus TransJakarta untuk arah Lebak Bulus. Walhasil, saya memang lantas sampai di Gereja yang terletak di dalam kompleks Green Garden itu, tapi mengikuti peringatan tidak dari dalam Gereja, namun untungnya tidak keringetan juga. Buat para komunitas telat-datang-padahal-sudah-1-jam-sebelum-mulai ala Pekan Suci pasti paham bahwa telat datang itu sama dengan kipas-kipas. Bagaimana ceritanya kok bisa begitu?

Ah, nanti juga tahu.

Untuk mencapai Gereja Santo Andreas Kedoya ini saya naik TransJakarta ke Harmoni kemudian menanti dengan khidmat di jalur menuju Lebak Bulus. Sesudah 40 menit berdiri dengan tegar meski hati pilu, saya akhirnya bisa naik bis andalan Jakarta itu. Rutenya adalah Harmoni-RS Sumber Waras-Grogol-Jelambar-Indosiar, kemudian berbelok dan lantas berhenti di Halte Kedoya Green Garden. Nah, bodohnya saya, karena panduannya pakai Google Maps, saya kemudian jalan kaki melewati McD dan PHD kemudian belok kanan dan masuk ke Gereja melalui gedung serbaguna yang dimiliki oleh Gereja ini. Padahal sebenarnya dari halte Kedoya Green Garden tinggal masuk saja via jalan di sebelah McD–yang pakai tanggul, maklum Green Garden sama banjir kan sahabat akrab, kemudian lurus lalu belok kiri, nanti juga ketemu, dia dekat dengan sekolahan yang bernama sama. Tepatnya di Blok J5 nomor 1 Kelurahan Kedoya Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Adapun yang saya masuki itu sudah Jalan Raya Kedoya. Pedih.

Gereja ini diresmikan pada 6 November 1994 oleh Walikota Jakarta Barat dengan pemberkatan oleh Mgr. Leo. Adapun sebagai Paroki, telah dilakukan Sakramen Permandian pada tahun 1986. Jadi sebenarnya usia Gereja ini belum lama-lama benar. Tentu jika dibandingkan dengan beberapa TKP #KelilingKAJ yang terbilang angkatan pertama Gereja di Batavia. Waktu Katedral bediri, mungkin Green Garden masih sawah. #uhuk

Nah, karena perjalanan yang mbelgedhes, saya akhirnya sampai di TKP ketika mobil sudah ada semua. Kurang lebih 11.30. Sebagai orang Katolik sejak lahir saya tahu bahwa kalau datang Pekan Suci jam segitu, hanya mimpi bisa duduk di dalam. Walhasil saya duduk di tenda yang persis di depan pintu Gereja. Tapi kok sumuk. Sembari berharap dapat tempat kosong, akhirnya saya masuk…

IMG20150403133803

…lalu keluar lagi. Ada sih tempat kosong, tapi ada tulisan “Tim Medis”. Pengen banget mendekat terus bilang, saya ini tim pelayanan kesehatan juga tapi di Cikarang. Untungnya saya belum cukup gila untuk melakukan itu. Saya lalu mlipir dan mlipir hingga akhirnya diarahkan ke kapel. So, itu posisinya sudah gedung terpisah. Kira-kira saya ada di sisi kiri altar sejauh beberapa puluh meter ke atas. Tapi ada untungnya juga, daripada sumuk di depan Gereja, toh sama-sama nggak bisa ngelihat altar, di kapel saya malah bisa melihat altar–ya altar kapel–dan menyaksikan peringatan Jumat Agung via layar LCD. Setidaknya adem. Itu yang penting.

Sekilas peringatan Jumat Agung, pembantu Pastornya segambreng. Kalau diestimasi, begitu Pastornya di baris paling belakang, misdinar terdepan sudah sampai altar. Prodiakon (plus suster) dua lapis. Putra Altar dan Putri Sakristi juga luar biasa banyaknya. Tepat jam 12 mereka keluar dan memulai agenda peringatan, dan kalau mengacu ke jadwal berikutnya maka seluruh rangkaian harus selesai dalam waktu tertentu karena pukul 15.00 ada peringatan Jumat Agung sesi berikutnya.

Ternyata, eh, ternyata, seluruh rangkaian peringatan Jumat Agung ini kelar dalam waktu 90 menit saja, saudara-saudara. Ya, memang, doa umat meriahnya nggak dinyanyikan. Renungan pasca Passio juga singkat. Dan yang paling utama adalah dampak dari pembantu Pastor yang segambreng tadi, maka seluruh umat yang bertebaran di banyak lokasi juga akhirnya berhasil dilayani.

Nah, karena saya berada di kapel lantai 2, saya malah terkagum-kagum dengan gedung yang umurnya kira-kira 3 tahun itu. Kapelnya mulus, ada speaker berdiri di kiri kanan altar. Berdiri dan kurus, nggak semacam speaker. AC adem, plus di bagian dinding altar ada ornamen tujuh sakramen. Lebih lanjut lagi di bagian belakang kayak ada semacam ruang kontrol untuk sound. Top dah, pokoknya.

IMG20150403133516

Sisi baik lainnya saya mlipir dari depan Gereja adalah bisa melihat patung Bunda Maria yang letaknya diantara Gereja utama dengan gedung tempat saya menjalani peringatan Jumat Agung. Tempatnya cukup menarik karena tidak ada yang melindungi patung Bunda Maria dari panas dan hujan. Beda dengan TKP #KelilingKAJ lainnya. Kalau dari sisi paparan mungkin Pasar Minggu yang meletakkan Patung Bunda Maria di bagian atas cukup terpapar, namun kalau dari hujan pas diletakkan agak ke dalam jadi lumayan terlindung. Di tempat lain semacam Regina Caeli dan Kemakmuran juga ada pelindungnya. Baru kali ini melihat yang patung langsung udara terbuka gitu. Hehe. Namun tempat umatnya macam bioskop karena ada undak-undakannya. Plus areanya juga luas, sehingga untuk umat bisa puas kalau mau curcol sama Bunda.

Secara umum, misa di Paroki Kedoya ini dihelat pada Sabtu sore pukul 16.30, kemudian Minggu Pagi pukul 06.00 dan 08.00 serta Minggu Sore pukul 16.30 dan 19.00. Untuk Jumat Pertama ada tiga kali yakni 06.00, 12.00, dan 19.00 serta untuk misa harian di pukul 06.00.

Ngomong-ngomong, karena bergabung dengan sekolah, sebenarnya halaman Gereja ini luas, plus gedung Gereja serta gedung tempat kapel berada juga mantap. Cuma, karena saya datang pas padat-padatnya, parkirannya bahkan sampai gedung di Jalan Kedoya Raya. Super pisan. Super gerah pokoknya.

Demikan sedikit cerita tentang perjalanan ke Kedoya. Jika Jakarta Barat sedang nggak banjir, cukup okelah sebagai pilihan untuk beribadah. Lagipula kuliner pasca misanya juga banyak, nggak kalah sama Cikarang Jaya sana. Dan dengan kunjungan ke Kedoya ini maka genaplah sudah bahwa saya sudah pernah mencicipi setidaknya satu Gereja di satu Dekenat di KAJ. Well, kalau dari sisi misi awal #KelilingKAJ tentu sudah tercapai karena sejak dicetuskan pertama kali Februari akhir silam, saya sudah ke Utara (Regina Caeli), ke Pusat (Jalan Malang yang ditulis, Paskalis dan Kramat nanti saja, soalnya dekat), ke Barat 1 (Kemakmuran, Mangga Besar), ke Barat 2 (Kedoya), ke Timur (Bidara Cina dan Matraman, sebenarnya ya ke Rawamangun juga sih), ke Selatan juga sudah (Blok Q, Pasar Minggu), dan sempat-sempatnya mlipir ke Tangerang (Curug), dan menyempatkan diri juga tugas lektor di Cikarang yang adalah Dekenat Bekasi. Lengkap dari sisi sebaran, namun tentu butuh waktu untuk menjelajah lebih dari 60 Gereja yang ada.

So, nantikan cerita #KelilingKAJ berikutnya!

Advertisement

9 thoughts on “Berhari Raya di Kedoya”

Tinggalkan komentar supaya blog ini tambah kece!

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.