Suatu ketika di kesunyian kantor tampaklah dua orang sedang main Pro Evolution Soccer di laptop. Ketika Gareth Bale sedang menggiring bola mendekati garis gawang, tetiba terdengar suara ringtone iPhone SE. Diangkatlah gawai itu dengan segera, mungkin karena di layar ponsel muncul tulisan, “Kantor Polisi”.
“Halo?”
Dari speaker lantas terdengar, “jemput, ya, Pah. Mamah udah mau keluar.”
Sontak Gareth Bale mutung. Dia segera mengambil bola dan tanpa minta di-close, dia nge-close sendiri layar PES-nya. Kegagalan mencetak gol dalam pertandingan PES ini sama pedihnya dengan gol bersih yang dianulir pas El Classico untuk melengkapi gol trio maut BBC.
“Sorry, coy! Gue jemput bini dulu!”
Nah, singkat cerita si Papah tiba di kantornya Mamah. Tiada anggai bahwa Mamah ada di depan kantor dalam posisi siap jemput. Sontak iPhone SE dikeluarkan dan percakapan kembali terjadi.
“Mah, dimana? Papah sudah sampai, nih.”
“Aduh, sorry, Pah. Tadi Mamah sudah mau keluar, cuma tiba-tiba Bu Bos manggil. Mamah nggak jadi keluar, deh.”
“Terus sekarang udahan?”
“Belum. Ditunggu bentar ya, Pah.”
Percayalah, hal semacam ini sudah teramat sering terjadi. Dahulu–sama pacar yang dahulu–saya berangkat menjemput sambil teklak-tekluk-kantuk ketika sudah dikirimi pesan singkat bahwa pacar sudah selesai. Itupun terkadang saya masih suka nunggu di luar. Jarak yang singkat antara kos-kosan dengan tempat kerja pacar–yang waktu itu–memang memudahkan untuk tipe penjemputan semacam demikian. Kini, sesekali saya juga menjemput pacar, ehm, tunangan jika dia masuk siang dan pulang agak malam serta saya nggak RDK. Namun kini tentu tidak semudah yang lalu. Percetakan Negara ke Semanggi itu melewati area-area kemacetan legendaris seperti Perempatan Matraman, Pasar Rumput, hingga Jalan Sudirman. Ditunjang punctuality yang saya miliki, maka hampir pasti saya akan sampai di sekitar Semanggi ketika yang dijemput belum keluar dari pekerjaannya.
Konteks serupa juga terjadi misal ketika masih berpacar-pacaran kala kuliah. Pernah saya menjemput pacar–nan dulu-dulunya lagi–yang turun dari bis pada pukul 3 pagi. Untuk itu tentu saya harus menunggu daripada membiarkan seorang gadis sendirian di Jalan Solo pada dini hari. Yes, kata kuncinya dapat: menunggu. Gile, saya sampai harus mengeluarkan koleksi mantan yang cuma sepersekian mantannya rianchochochiko—artis YouTube pendatang baru nan mumpuni–hanya untuk mengeluarkan kata MENUNGGU. Hore sekali.
Kembali ke urusan si Papah tadi. Sembari menunggu si Mamah keluar, kiranya kita perlu memikirkan beberapa aktivitas yang dapat dilakukan oleh si Papah untuk mengisi waktunya nan amat berharga itu. Dan kalau menurut telaah yang dilakukan oleh ariesadhar.com, agaknya ada 11 hal yang dapat dilakukan oleh si Papah.
1. Main Kaki
Jika menjemput itu bermakna datang untuk lantas bareng-bareng naik KRL, maka si Papah dapat duduk di kursi sambil memain-mainkan kakinya, sekaligus refleksi. Apabila menjemput dengan sepeda motor, dapatlah si Papah duduk di jok sembari menggoyang-goyangkan kaki. Pun jikalau menjemput menggunakan mobil, mainkan saja kaki di mobil–yang tentu saja sudah dalam posisi rem tangan ON. Ketika lantas si Papah bosan main kaki, maka hal lain yang dapat dilakukan adalah…
2. Main Gawai
Tinggal keluarkan gawai terkini milik si Papah berupa iPhone SE tadi. Boleh baca Mojok, baca Voxpop, baca Phinemo, baca Fandom, nge-like fanspage ariesadhar.com, semuanya boleh. Mau main Clash of Clans juga bisa-bisa saja, yang penting baterai memadai. Selain memainkan fitur-fitur yang ada di gawai, si Papah dapat menggunakan aplikasi pengirim besan pesan bernama WhatsApp, LINE, hingga Facebook Messanger untuk melakukan kegiatan yang disebut…
3. Main Hati
Ini asli gampang. Tinggal bukan segala aplikasi berkirim pesan tadi dan si Papah dapat mengarahkan kontak ke mantan terindah, mantan yang ditolak orangtua karena beda agama, mantan yang ninggal kawin tapi lantas menyesal, mantan yang lagi jomlo, mantan yang lagi bermasalah dengan pasangannya, hingga mantan yang hidup selibat. Semuanya boleh-boleh saja, asal kuat iman, mengingat main hati itu kabarnya lebih sulit daripada main Football Manager pegang PSKPS Padang Sidempuan.
4. Mengaudit
Definisi paling galib dari audit adalah membandingkan kesesuaian antara keadaan di lapangan dengan standar yang ada. Sembari menanti Mamah keluar, si Papah dapat melakukan aktivitas sederhana ini. Ingat, membandingkan kesesuaian keadaan dengan standar, bukan mencari-cari kenangan kesalahan. Papah dapat mengamati mbak-mbak muda temannya Mamah yang sedang nunggu Gojek, membandingkan kecantikannya dengan standar yang dimiliki si Papah. Atau kalau mau yang aman adalah dengan melihat penampilan Pak Satpam kantor Mamah dan membandingkannya dengan standar Satpam di kantor Papah, misalnya. Mengamati dan membandingkan dengan standar kiranya adalah bentuk upaya mencari perbaikan dalam hidup. Tsah.
5. Marah-Marah
Gawai dipegang, lantas digunakan untuk panggilan telepon ke ‘Kantor Polisi’.
“Mah, sudah kelar?”
“Belum, Pah. Tunggu, ya.”
“Mamah nih gimana, sih? Tadi katanya udah mau keluar? Kenapa sekarang masuk lagi? Kan tadi Gareth Bale udah mau ngegolin.”
*tanpa sadar si Papah memumpuk keadaan untuk bobok di sofa, sesampainya mereka di rumah*
6. Mengelap Kendaraan
Bosan main, main, dan main, si Papah dapat pula mengeluarkan kanebo yang dia miliki dan sudah mengering kayak hati kamu itu dan mengelap kendaraannya. Kalau bawa sepeda motor yang elus-elus bodi sedikit. Pun jika bawa mobil, cukup banyak luas permukaan yang harus dilap dan kiranya cukup memakan waktu sembari menanti Mamah keluar dari kantornya.
7. Makan dan Minum
Jika ada kecurigaan bahwa Mamah akan lama keluar dari kantor, maka si Papah dapat beranjak dari parkiran menuju warung terdekat. Di seputar Sudirman dan Kuningan, terlebih di jalan-jalan kecil nan tersedia di balik gedung-gedung tinggi, banyak warung minimalis yang menyediakan Indomie Goreng hingga Extra Joss Susu. Si Papah dapat ngemil-ngemil hore mulai mendoan hingga kacang. Dan sebenarnya menurut beberapa orang, aktivitas makan dan minum itu akan lengkap jika disertai dengan…
8. Merokok
Padahal menurut tunangan saya yang bekerja di rumah sakit khusus kanker, merokok adalah faktor risiko yang paling sering ditemui. Sudah tahu gitu kok ya masih merokok, Pah?
9. Mutar-Mutar
Dalam konteks Papah tidak berhenti di parkiran, dan jalan tempatnya berhenti sepi, serta Mamah masih lama keluar kantornya, si Papah dapat menjadi bagian dari sirkulasi jalan dengan mutar-mutar. Misal ternyata si Mamah kerja di Epicentrum atau Mega Kuningan, Papah dapat mutar-mutar singkat menghabiskan waktu, menghabiskan bensin, dan menghabiskan kampas kopling.
10. Menulis
Si Papah kiranya perlu belajar dari saya yang nge-draft postingan ini sembari menunggu pacar keluar dari kantornya. Yah, walaupun buku saya OOM ALFA kurang laku, saya tetap writing everywhere!
11. Mengenang
Nah, jikalau semua kegiatan sudah dilakukan dan Mamah belum keluar-keluar juga, maka ini adalah kegiatan paling mumpuni untuk dilakukan, meskipun termasuk kategori pekerjaan pensiunan. Padahal hari gini mah pensiunan itu menjelma jadi tenaga ahli, jadinya tetap jalan-jalan dan tetap makan-makan bersama Pak Bondan. Sesuai makna kamus, mengenang kurang lebih bermakna ‘membangkitkan kembali dalam ingatan’, maka mengenang dapat mengasah otak untuk kembali bekerja menggali kenangan-kenangan yang dahulu pernah ada. Sekurang-kurangnya dengan mengenang, kita lebih sadar bahwa kita telah hidup cukup lama, telah mendapat cukup banyak, dan pada akhirnya kita sadar: bahwa kita ternyata kurang bersyukur.
Jarum jam tangan si Papah bergerak terus menerus, sampai pada detak nan bertepatan dengan keluarnya si Mamah dari dalam kantor. Hmmm, entah apa yang akan dilakukan oleh Papah dan Mamah malam ini. Ada yang bisa menerka? Monggo ditulis di komentar. Heuheu.
Kalo gua suka memperhatikan orang-orang sekitar bang. Seneng aja nunggu sambil ngeliat kelakuan-kelakuan manusia. Ada yang jalan buru-buru.. mungkin telat ngapain gitu. Ada yang main hp aja kek orang norak. Dan masih banyak lagi.
Enggak aneh kan? 😀
LikeLike
Haha, sama kok. Saya mah juga karena bosan melihat manusia, jadi malah kepikiran nulis ini. Giliran kelar nge-draft, si pacar belum juga keluar. Akhirnya ngeliatin orang lagi. Heuheu.
LikeLike
Si pacar gak menuduh abang matanya jelalatan? 😀
LikeLike
Mungkin dia udah keder duluan takutnya saya marah kelamaan nunggu :p
LikeLike
keren gan
LikeLike
joss, gan!
LikeLike
main hati itu kabarnya lebih sulit dari main football manager,lebih sulit lg main catur kali ya??
LikeLike
Tetap lebih sulit main hati, sih.
LikeLike
Yah abang tentang bukunya jg d masukin. Tetap semangat jualan bukunya bang!
LikeLike