Swansea City

Berita semalam adalah soal kemenangan tim Swansea City atas Bradford City 5-0 di Piala Liga (Capital One) di tanah britania. Ya, ditunjang oleh permainan yang ‘enak dilihat’ plus mengorbankan kekalahan 5-0 juga dari Liverpool minggu sebelumnya, akhirnya membawa skuad asuhan legenda Denmark Michael Laudrup memperoleh piala mayor pertamanya.

Nah, mari kita kulik sedikit sejarah perjalanan klub berjudul The Swans ini.

Dahulu kala, anak-anak disana (sebelum 1912) bermain sepakbola di bekas tanah perkebunan yang dipakai untuk memberi makan sapi, tempat itu bernama Vetch Field. Tempat itu kemudian dijual oleh Swansea Gas Light Company ke Swansea League. Tahun 1912 dibentuklah klub bernama Swansea Town, utamanya untuk ke ranah rugbi. Sebuah klub sepakbola mengadopsi model seragamnya, Swansea RFU. Lama kemudian tim ini dikenal sebagai Swansea Town sebelum berganti menjadi City pada 1969.

Klub ini masih ke Divisi 2 Southern League dan lalu promosi sebelum Perang Dunia 1. Sebagai hasilnya, mereka menjadi pendiri untuk Divisi 3 ketika Southern League Division dihelat pada 1920. Tim ini sangat kuat pada masanya, dengan memenangi promosi ke Divisi 2 pada 1925 serta finish posisi 6 di musim berikutnya, plus masuk semifinal Piala FA.

Pada musim sesudah Perang Dunia II, nasib berbalik karena klub kemudian menurun lagi untuk kemudian promosi lagi pada 1949. Mereka bertahan di Divisi 2 untuk 16 musim kemudian. Sempat masih semifinal FA juga pada 1964. Pada periode yang sama The Swans juga masuk ke Eropa (1961) lewat kemenangan di Piala FA Wales. Tahun 1965, Swansea degradasi ke divisi 3, lalu 2 tahun kemudian ke divisi 4.

Mereka mulai naik lagi di bawah asuhan John Toshack dengan dua kali promosi (1978-1979) ke divisi 2. Pada 1981 mereka promosi ke divisi 1 dan jadi posisi 6 pada 1982. Hanya saja, penurunan yang terjadi sangat dramatis. Degradasi dua kali (1983-1984) lalu bermasalah pada 1985 hingga terjun ke divisi 4 pada 1986. Program penyelamatan kemudian membuat Swansea kembali ke divisi 3 pada 1988 dan lima tahun kemudian mencapai play-off. Tahun 1996, Swansea degradasi ke divisi 4, lalu promosi di tahun 2000. Selama musim 2001/2002, sempat terjadi masalah soal kebangkrutan dan mendekati degradasi (lagi).

Hawa perubahan terjadi tahun 2005 setelah mereka pindah dari Vetch Field ke stadion baru Liberty Stadium.

Nah, Swansea mulai ternama di bawah asuhan Roberto Martinez yang membawa promosi ke Championship. Karena kemudian ia pindah ke Wigan, skuad kemudian dilatih oleh Paulo Sousa (ex Inter Milan). Setahun kemudian dia pindah ke Leicester dan digantikan oleh Brendan Rodgers. Orang ini yang membawa Swansea melaju ke Premier League dan finish di posisi 11. Rodgers kemudian pindah ke Liverpool bersama Joe Allen, dan lantas digantikan oleh Michael Laudrup.

Orang yang lahir di kota tersebut dikenal sebagai SWANSEA JACKS.

Pada periode awal abad 19, pelaut dari Swansea dikenal handal dengan reputasi gemilang. Nama panggilan Swansea Jacks lahir dari pakaian mereka yang menyediakan proteksi khusus.

Swansea Jack juga merupakan retriever hitam lahir tahun 1930, hidup di North Dock/River Tawe di Swansea bersama pemiliknya William Thomas. Juni 1931 dia menyelamatkan anak laki-laki 12 tahun. Beberapa minggu kemudian, Jack menyelamatkan orang lagi dari dok tersebut. Pada 1936, anjing ini mendapat penghargaan BRAVEST DOG OF THE YEAR. Total jenderal anjing ini menyelamatkan 27 orang. Oktober 1937 anjing ini mati karena makan racun tikus. Pemakaman anjing ini menyedot perhatian banyak orang. Tahun 2000, Swansea Jack mendapat penghargaan DOG OF THE CENTURY oleh NewFound Friends of Bristol.

1912/1913 menjadi tim profesional dan menang Welsh Cup, 1913/1914 main di ronde pertama Piala FA, 1920/1921 masuk di divisi 3 selatan dan jadi juara pada 1924/1925.

1925/1926 jadi runner-up Piala FA, sempat mengalahkan Real Madrid pada 1926/1927. Tahun 1935/1936 main di Jumat Agung di Plymouth dan Sabtu Paskah main di Newcastle.
Membukukan 90 gol dan 90 kemasukan pada 1956/1957. Serta kebobolan 99 gol pada 1957/1958.
Ganti nama jadi Swansea City pada 1969/1970. John Toschack mencetak gol perdana pada musim 1970/1971. Pria yang sama jadi pelatih-pemain pada 1977/1978.
1997/1998 diambil alih The Silver Shield dari Doug Sharpe. 1999/2000 jadi juara divisi 3 lalu degradasi lagi.
Musim terparah di dalam dan luar lapangan pada 2001/2002. Ninth Floor ambil alih klub hanya dengan 1 pound. Enam pertandingan kemudian, John Hollins-Alan Curtis dipecat, diganti Colin Addison-Peter Nicholas. Pada Oktober, Mike Lewis ambil alih klub juga dengan 1 pound. Lalu konsorsium lokal ambil alih di Januari.
2006/2007 ekspekatasi tinggi karena gagal promosi di musim sebelumnya. Kenny Jackett resign karena rongrongan suporter, fans, dan media. Kevin Nugent sempat ambil alih sebelum kemudian Roberto Martinez jadi pelatih. Orang ini yang membawa dampak cepat di lima pertandingan pertama, dan total jenderal kalah 2 dari 12 pertandingan. Tapi gagal promosi lagi karena play off.
Ekspektasi tinggi kembali muncul 2007/2008 lewat asuhan Roberto Martinez. Dan menjadi musim terbaik di klub dengan rekor 92 poin, 14 kemenangan away. Gaya main Swansea Way dikenal di sekitar League One. Dan bisa promosi lebih dini. 2008/2009 Swansea gagal lagi, tapi dengan permainan yang oke.
2009/2010 Roberto Martinez pindah ke Wigan bersama asisten Graeme Jones plus juga Jason Scotland dan Jordi Gomez. Ia digantikan oleh Paulo Sousa. Di musim ini Swansea mencapai rekor pertahanan terbaik dengan 24 clean sheet.
2010/2011 Paulo Sousa pindah ke Leicester City dan digantikan oleh Brendan Rodgers. Pada musim ini Swansea didera duka ketika kematian Besian Idrizaj. Nomor punggung 40 kemudian dipensiunkan.
Demikian sekilas soal Swansea City 😀
Advertisement

Pedoman Audit Sistem Manajemen: Penetapan Program Audit

Peran dan Tanggung Jawab Personel yang Mengelola Program Audit

Personel yang mengelola program audit hendaknya:

  1. Menetapkan ruang lingkup program audit
  2. Mengidentifikasi dan mengevaluasi resiko terhadap program audit
  3. Menetapkan tanggung jawab audit
  4. Menetapkan prosedur untuk program audit
  5. Menentukan sumber daya yang dibutuhkan
  6. Memastikan implementasi dari program audit, mencakup pelaksanaan tujuan audit, ruang lingkup, dan kriteria dari audit individual, menetapkan metode audit, dan menyeleksi tim audit serta melakukan evaluasi auditor
  7. Memastikan catatan program audit yang ada dikelola dan dipelihara
  8. Memonitor, meninjau kembali, dan melakukan perbaikan pada program audit

Personil yang mengelola program audit hendaknya menginformasikan kepada manajemen puncak perihal muatan program audit, dan jika perlu meminta persetujuan

 

Kompetensi Personel yang Mengelola Program Audit

Personel yang mengelola program audit hendaknya memiliki kompetensi yang diperlukan untuk mengelola program audit dan resiko yang berhubungan secara efektif dan efisien, sesuai pengetahuan dan kemampuan pada aspek berikut:

  1. Prinsip, prosedur, dan metode audit
  2. Standar sistem manajemen dan dokumen yang menjadi referensi
  3. Aktivitas, produk, dan proses yang dilakukan auditee
  4. Persyaratan legal atau lainnya yang relevan dengan aktivitas dan produk auditee
  5. Pelanggan, pemasok, dan pihak lain yang terkait dengan auditee, jika dimungkinkan

Personel yang mengelola program audit hendaknya melakukan aktivitas pengembangan profesional yang berkesinambungan untuk mempertahankan pengetahuan dan kekmampuan yang diperlukan guna mengelola program audit.

 

Ruang Lingkup Program Audit

Personel yang mengelola program audit hendaknya menetapkan ruang lingkup program audit, yang bisa sangat tergantng pada ukuran dan kebiasaan dari auditee, sesuai dengan keadaan, fungsi, kompleksitas, dan tingkat kematangan, serta hal-hal yang yang berdampak signifikan pada sistem manajemen yang diaudit.

Pada kasus tertentu, tergantung pada struktur auditee dan aktivitas yang terjadi, program audit dapat saja hanya memuat audit tunggal.

Faktor lain yang memberi pengaruh pada ruang lingkup program audit mencakup hal-hal berikut:

  1. Tujuan, cakupan, dan durasi setiap audit dan jumlah audit yang akan dilaksanakan, mencakup juga tindak lanjut audit, jika memungkinkan.
  2. Jumlah, kepentingan, kompleksitas, kesesuaian, dan lokasi aktivitas yang diaudit
  3. Faktor-faktor yang memberikan pengaruh pada efektivitas sistem manajemen
  4. Kriteria audit yang sesuai, seperti pengaturan terencana terhadap standar sistem manajemen yang sesuai, peraturan hukum, dan persyaratan kontrak, serta persyaratan lain yang dianut oleh organisasi
  5. Kesimpulan dari audit sebelumnya, internal dan eksternal
  6. Hasil dari review program audit sebelumnya
  7. Bahasa, budaya, dan isu sosial lainnya
  8. Hal-hal yang menjadi perhatian pihak luar, seperti keluhan pelanggan atau ketidaksesuaian dengan persyaratan legal
  9. Perubahan signifikan pada auditee dan operasionalnya
  10. Ketersediaan teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung aktivitas audit, umumnya pada metode audit di tempat terpencil
  11. Kejadian internal dan eksternal, seperti produk gagal, kegagalan keamanan informasi, insiden kesehatan dan keselamatan, tindak kriminal atau insiden lingkungan

 

Identifikasi dan Evaluasi Resiko Program Audit

Terdapat banyak resiko berbeda yang berhubungan dengan penetapan, implenetasi, pemantauan, peninjauan dan perbaikan program audit yang bisa memberikan dampak pada tujuan. Personel yang mengelola program audit hendaknya mempertimbangkan resiko tersebut. Beberapa resiko yang relevan adalah sebagai berikut:

  1. Perencanaan, contoh: kegagalan menetapkan tujuan audit yang relevan dan menetapkan ruang lingkup program audit
  2. Sumber Daya, contoh: tidak cukup waktu yang memungkinkan untuk mengembagkan program audit atau melaksanakan audit
  3. Seleksi Tim Audit, contoh: tim tidak memiliki kompetensi kolektif untuk melaksanakan audit secara efektif
  4. Implementasi, contoh: komunikasi program audit yang tidak efektif
  5. Catatan dan Pengendaliannya, contoh: kegagalan untuk melindungi catatan audit secara baik
  6. Pemantauan, Peninjauan, dan Perbaikan Program Audit, contoh: pemantauan yang tidak efektif dari keluaran program audit

 

Penetapan Prosedur untuk Program Audit

Personel yang mengelola program audit hendaknya menetapkan satu atau lebih prosedur berikut, sejauh diperlukan:

  1. Perencanaan dan penjadwalan audit dengan mempertimbangkan resiko
  2. Pemastian keamanan dan kerahasiaan informasi
  3. Penjaminan kompetensi audit dan ketua tim audit
  4. Seleksi tim audit yang sesuai dan pemberian wewenang serta tanggung jawab
  5. Pelaksanaan audit, mencakup penggunaan metode pengambilan sampel yang sesuai
  6. Pelaksanaan tindak lanjut audit, jika diperlukan
  7. Pelaporan kepada manajemen puncak terkait pencapaian umum dari program audit
  8. Pemeliharaan catatan program audit
  9. Pemantauan dan peninjauan performa dan resiko, serta perbaikan efektivitas dari program audit

 

Identifikasi Sumber Daya Progam Audit

Ketika mengidentifikasi sumber daya untuk program audit, personel yang mengelola program audit hendaknya mempertimbangkan:

  1. Sumber daya finansial yang sesuai untuk pengembangan, implementasi, pengelolaan, dan perbaikan aktivitas audit
  2. Metode audit
  3. Ketersediaan auditor dan ahli teknis yang memiliki kompetensi yang sesuai terkait tujuan umum program audit
  4. Ruang lingkup program audit dan resikonya
  5. Waktu dan biaya perjalanan, akomodasi, dan kebutuhan audit lainnya
  6. Ketersediaan teknologi informasi dan komunikasi

(Diterjemahkan dari ISO 19011: 2011)

Pedoman Audit Sistem Manajemen: Penetapan Tujuan Program Audit

Manajemen puncak hendaknya memastikan tujuan program audit ditetapkan untuk mengarahkan rencana dan pelaksanaan audit dan hendaknya pula memastikan program audit diimplementasikan secara efektif. Tujuan program audit hendaknya konsisten dan mendukung tujuan dan kebijakan sistem manajemen.

Tujuan dapat didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan berikut:

  1. Prioritas manajemen
  2. Tujuan komersial atau kepentingan bisnis lainnya
  3. Karakteristik proses, produk, dan proyek serta segala perubahan yang relevan
  4. Persyaratan sistem manajemen
  5. Persyaratan legal dan kontrak, serta persyaratan lainnya yang dianut oleh organisasi
  6. Keperluan untuk evaluasi pemasok
  7. Keperluan dan ekspektasi pihak lain, termasuk pelanggan
  8. Tingkat kinerja auditee, yang direfleksikan dari kejadian kegagalan atau insiden atau keluhan pelanggan
  9. Resiko terhadap auditee
  10. Hasil dari audit sebelumnya
  11. Level kematangan dari sistem manajemen yang diaudit

Contoh tujuan program audit adalah sebagai berikut:

  1. Untuk memberikan kontribusi terhadap perbaikan sistem manajemen dan kinerjanya
  2. Untuk memenuhi persyaratan eksternal, seperti sertifikasi suatu standar sistem manajemen
  3. Untuk memverifikasi kesesuaian dengan persyaratan kontrak
  4. Untuk mencapai dan mempertahankan kepercayaan terhadap kapabilitas pemasok
  5. Untuk menentukan efektivitas sistem manajemen

Untuk mengevaluasi kesesuaian tujuan sistem manajemen dengan kebijakan sistem manajemen dan tujuan organisasi secara keseluruhan.

(Diterjemahkan dari ISO 19011: 2011)

Pedoman Audit Sistem Manajemen: Pengelolaan Program Audit Secara Umum

Organisasi yang memerlukan audit hendaknya memiliki program audit yang berkontribusi terhadap ketetapan efektifivitas dari sistem manajemen yang dilakukan auditee. Program audit dapat mencakup satu atau lebih standar sistem manajemen, dan dapat dilakukan terpisah atau kombinasi.

Manajemen puncak hendaknya memastikan tujuan program audit tersedia dan terdapat satu atau lebih personil yang kompeten untuk mengelola program audit. Ruang lingkup program audit hendaknya didasarkan pada ukuran dan kebiasaan dari organisasi yang diaudit, serta pada kebiasaan, fungsi, kompleksitas, dan level kematangan sistem manajemen yang diaudit. Prioritas hendaknya diberikan pada alokasi program audit yang membutuhkan sumber daya yang sifatnya signifikan pada sistem manajemen. Hal ini dapat mencakup karakteristik kunci dari kualitas produk atau bahaya terkait kesehatan dan keamanan, atau aspek lingkungan yang signifikan, dan kontrolnya. Konsep ini umumnya dikenal sebagai audit berbasis resiko.Standar internasional tidak memberikan panduan lebih jauh terkait hal ini.

Program audit hendaknya mencakup informasi dan sumber daya yang dibutuhkan untuk mengorganisasi dan melaksanakan audit secara efektif dan efisien dalam jangka waktu spesifik, dan juga dapat mencakup hal-hal berikut:

  1. Tujuan program audit dan audit individualnya
  2. Ruang lingkup, jumlah, tipe, durasi, lokasi, dan jadwal audit
  3. Prosedur program audit
  4. Kriteria audit
  5. Metode audit
  6. Seleksi tim audit
  7. Sumber daya yang dibutuhkan, mencakup perjalanan dan akomodasi
  8. Proses untuk penanganan kerahasiaan, keamanan informasi, kesehatan dan keamanan, serta hal ihwal lainnya

Implementasi program audit hendaknya dimonitor dan dinilai untuk memastikan tujuan tercapai. Program audit hendaknya ditinjau kembali dalam rangka mengidentifikasi perbaikan yang mungkin dilakukan.

(Diterjemahkan dari ISO 19011: 2011)