Berita soal rencana resign-nya Paus mengemuka di berbagai media. Dan menjadi unik karena setidaknya sudah sejak lama posisi Paus ini begitu jarang dilihat orang. Kenapa? Sejak Karol Wojtyla dikukuhkan sebagai Paus Yohanes Paulus II di usia yang cukup muda, beliau menjabat cukup lama dan baru turun dari tahta suci sesudah meninggal. Rentang waktu puluhan tahun jabatan ini membuat suksesi kepausan menjadi jarang terlihat di era modern.
Paus Yohanes Paulus II kemudian digantikan oleh Kardinal Joseph Ratzinger yang memilih nama Paus Benediktus XVI. Beliau terpilih di usia 70-an akhir, jelang 80. Suatu usia yang sudah cukup tua. Maka, ketika beliau kemudian memilih hendak mengundurkan diri, menjadi perbincangan menarik.
Menurut sumber ini, Paus dapat mengundurkan diri jika memang ingin. KHK 332 menuliskan bahwa apabila Paus mengundurkan diri dari jabatannya, untuk sahnya dituntut agar pengunduran diri itu terjadi dengan bebas dan dinyatakan semestinya, tapi tidak dituntut harus diterima siapapun. Hanya memang diharapkan bahwa sebagai penerus Santo Petrus, Paus mengemban jabatan hingga akhir usia.
Sukses kepausan dengan resignation ini sudah terjadi beberapa kali di era lampau. Paus St. Pontianus mengundurkan diri lima tahun sesudah dipilih karena beliau dibuang ke Sardinia oleh Kaisar Maximinus Thrax di era pembantaian umat Kristen.
Jangan salah pula, Paus St. Silverius malah pernah diturunkan dari tahta hanya 1 tahun sesudah terpilih. Adalah Ratu Theodora yang melakukan ‘kudeta’ ini karena paus menolak calon uskup yang diajukannya. Penggantinya adalah Paus Vigilius. Hal yang sama terjadi pada Paus St. Martin I yang diculik dan diturunkan dari tahta. Sejarah mencatat bahwa ini adalah kejadian terakhir paus wafat sebagai martir.
Dalam era kegelapan gereja Katolik, malah ada Paus Benediktus IX yang menjabat paus dalam 3 periode berbeda. Sudah kayak jadi ketua partai saja. Tapi itu adalah sejarah kelam yang harus diketahui dan diakui oleh umat Katolik di dunia. Waktu naik pertama kali menggantikan om-nya Paus Yohanes XIX, ayahnya—Alberic—melakukan upaya yang tidak wajar sampai kemudian belia u terpilih. Paus Benediktus IX ini kemudian diturunkan dari tahta dan digantikan Paus Sylvester III.
Nah, kudeta dalam arti yang semakin mirip perang terjadi disini. Tidak lama sesudah terpilih, Paus Sylvester diserang oleh pendahulunya dan jadilah Paus Benediktus IX menjabat lagi. Uniknya, tidak lama kemudian, beliau resign. Ada hawa politis dibalik pengunduran diri ini, ditengarai ada embel-embel janji uang. Paus berikutnya adalah Paus Gregorius VI.
Katolik dekat dengan kekuasaan ketika itu dan terbukti dengan Konsili yang dihelat oleh Raja Henry III. Hasil konsili ini adalah terpilihnya Paus Klemens II, yang tidak lama kemudian wafat diracun. Benediktus IX akhrinya menobatkan diri sendiri sebagai paus untuk ketiga kalinya. Raja Henry III turun tangan (lagi) dan membuat Paus Damasus II bisa dinobatkan sebagai paus.
Pada akhirnya pertobatan itu datang juga kok. Paus Benediktus IX mengasingkan diri dan menyesali dosa-dosanya plus kemudian bermati raga. Kalau dulu Paus dipilih oleh para klerus dan rakyat Roma, maka sejak Paus Nikolaus II ditetapkan bahwa proses pemilihan paus ditentukan oleh para kardinal.
Kasus resign Paus juga terjadi pada St. Selestine V. Beliau dipilih di usia 84 tahun karena dewan kardinal mentok. Padahal beliau pada dasarnya adalah pertapa.
Well, agama itu sejatinya soal diri sendiri dengan Tuhan kok. Paus—bagi saya—adalah sebuah jabatan suci yang kalau dijabat oleh siapapun tidak akan mempengaruhi keimanan saya sendiri. Nggak seperti orang-orang yang menjadikan ketua partai sebagai ‘nabi’ mereka. Yang jelas, pilihan Paus Benediktus XVI adalah pilihan bijak dan modern. Kenapa? Daripada tidak sanggup lagi mengunjungi umat, bukankah lebih baik memberikan pekerjaan mulia itu kepada orang lain yang lebih sanggup?
SEBENARNYA POPE INI MENUKAR AGAMANYA KEPADA ISLAM…
LikeLike