7 Cara Mengatasi Anak Susah Makan Versi Bapak Millennial, Nomor 5 Bikin Wisuda!

Waktu remaja, masalah terbesar hidup adalah SMS tidak dibalas. Begitu menua dan punya anak, masalah baru muncul. Yha, sepele tapi krusial: anak nggak mau makan. Atau versi moderatnya, mau tapi susah untuk makan. Atau versi halusnya lagi, mau tapi sedikit.

Perkara begini, biasanya mamak-mamak yang baperan. Ya iyalah, bangun sudah pagi, makan sudah buka-buka Instagram, anaknya tutup mulut. Bapaknya? Kalau lagi sial, bisa kena amarah juga. Amarah istrinya Frans Lingua.

Screenshot_1649

Menghadapi anak yang ogah makan memang susah-susah tampan, eh, gampang. Susahnya dua kali. Gampangnya sekali. Dan anak susah makan juga kayak mantan yang adalah tetangga nikah duluan. Bikin emosi.

Mamaknya emosi itu wajar, karena gizi anak adalah yang utama. Cuma, emosi terus anaknya dimarahi, nah itu jadi perkara. Kalau sudah begitu, salah-salah anak merasa bahwa momen makan itu adalah momen mengerikan, bukan mengenyangkan. Lebih berabe lagi.

Nah, sependek pengalaman saya sebagai bapak 1 anak, sebenarnya ada beberapa metode untuk mengatasi anak susah makan. Nggak selalu berhasil, tapi lumayan untuk alternatif jika anak sulit makan. Karena bagaimanapun, kan memberi makan anak itu kewajiban orangtua.

Screenshot_1650

Nyoh!

1. Waktu Makan Bukan Waktu Berantem

Karena sudah dimasakin susah-susah dan anak nggak mau, waktu makan jadi horor. Mamak yang lelah jadi marah, dan, yha, anak jadi tambah ogah makan. Bahkan malah jadi takut makan di kemudian hari.

Tentunya jadi sabar itu tidak mudah. Padahal Jokowi saja bilang:

Image result for mbok sabar
Sumber: yogyadise.com

Jadi ya lakukan pelan-pelan. Memang makan banyak waktu, tapi ya harus demikian. Saya pernah harus menggotong bayi saya yang sudah 8 kilogram menuju tempat soang tetangga, karena dia di rumah ogah makan tapi makan dekat soang mau. Jadi, pertama-tama ya turuti dulu kalau sederhana. Kalau anak mintanya makan sama Jokowi ya susah, kalau sudah yang begini ini barulah kita bisa pakai teknik kedua.

2. Stok Camilan Berkalori Tinggi

Mungkin anak mau makan tapi bukan pada momen waktunya makan, inilah yang disebut ngemil. Kalau orang tua, ngemil sedikit kan boleh, demikian pula dengan anak-anak, malah jadi momen pas untuk makan.

Image result for baby eat gif

Kekhawatiran jika anak tidak makan–apalagi yang umurnya sudah setahunan–adalah anak kehabisan kalori karena polahnya juga kemana-mana. Untuk itu, camilan berkalori tinggi seperti keju atau buah mutlak ada.

Lagipula, anak itu bukan produk Orde Baru yang kudu makan nasi. Toh, kalori bisa diperoleh juga dari sumber lain. Camilan instan juga diperbolehkan, asal dalam batas yang wajar, dan jangan lupa untuk selalu Cek Kemasan, Label, Izin Edar, dan Kedaluwarsa sebagaimana yang dilakukan oleh bayi ini:

3. Jangan-Jangan, Anak Kita Sedang Naik Kelas

Pada usia 7-8 bulan, ada momen ketika bayi saya ogah makan bubur saring. Padahal, biasanya lahap. Nah, begitu saya lagi makan nasi, dia merapat dan menggapai-gapai. Begitu dikasih model nasi dan lauk terpisah, eh, Lucinta, eh, ludes!

Image result for lucinta luna gif

Usut punya usut, baginya bubur saring sudah so yesterday (kalau kata anak Jaksel), sehingga dia ogah makan. Begitu dibuat bubur dengan lauk terpisah, meski teksturnya sama-sama sudah dilembutkan, bayi saya mau dengan bahagia.

Demikian pula ketika dia mulai ogah makan bubur, ternyata maunya nasi. Saat dia ogah daging giling, ternyata mau yang bisa dipegang. Begitu terus. So, pertama-tama yang harus dicek adalah potensi anak kita mau naik kelas.

4. Jangan Disuruh Makan Sekalian

Sesekali, tentu dengan Manajemen Risiko yang baik, pakai taktik Hari Kebalikan kayak Squidward.

Image result for squidward gif

Ya, saatnya makan jangan kasih makan. Akan ada momen ketika anak yang memang pasti lapar itu malah teriak-teriak minta Ganti Presiden makan. Tapi, jangan keterusan, anak malah senang karena nggak dikasih makan berabe juga.

5. Jangan Dibanding-bandingkan

Anak bukan pemain FPL yang kudu dibandingkan prestasinya sebelum dibeli. Anak ya anak. Adanya demikian. Kadang kita keceplosan membandingkannya dengan anak tetangga yang gembul, padahal memangnya kita tahu perjuangan orangtuanya kalau dia juga lagi GTM?

Image result for baby eat gif

Ada banyak anak yang hingga dewasa mengingat bagaimana orangtuanya membandingkan dirinya dengan yang lain, yang bahkan orangtua sudah lupa pernah melakukannya. Jangan gara-gara kalori, psikologis terganggu.

6. Buat Perencanaan

Blog ini ditulis oleh anak PPIC dengan posting terpopulernya tentang perencanaan produksi. Sebelum produksi, kan kudu jelas forecastnya dan kapasitasnya.

Forecast dalam hal ini adalah kita para orangtua itu menandai makanan favorit si kecil pada masanya. Masanya bayi itu durasinya pendek, minggu ini doyan banget sama pisang, dua minggu lagi muntah kalau dikasih pisang. Jadi, orangtua kudu update.

Terus, update juga menunya. Optimasi adalah kunci, mana yang disukai, mana yang nggak. Tekor? Ya pasti. Siapa bilang jadi orangtua itu murah?

7. Berikan Contoh

Siapa disini yang ogah benar makan sayur, tapi berang setengah mati ketika anak ogah makan sayur? Banyak, pasti. Saya selalu merasa bahwa anak adalah imitator yang sempurna. Apapun yang kita lakukan, dengan serta merta akan ditirunya. Jadilah saya sampai pada satu momen ketika saya dan si bayi makan dari piring yang sama. Tentu saja dengan catatan bahwa saya sedang sehat.

Orang yang sudah tua saja kalau dipaksa ogah. Pernah dong, bertamu Lebaran, dalam posisi sudah kenyang karena rumah ke-70 yang dikunjungi, tapi di rumah ke-71 tetap disuruh bahkan dipaksa makan? Ya, sama saja dengan anak. Yang penting, kita berikhtiar mencukupkan asupan nutrisinya dengan menyediakan, itu tadi, camilan sehat, susu, dan yang lainnya. Dan selagi tumbuh kembang–terutama kurva pertumbuhannya–normal, sejatinya tyda ada yang perlu dikhawatirkan. Khawatirlah pada masa depan si anak kelak, dan untuk itu persiapkanlah semuanya itu. Heuheu~

Tinggalkan komentar supaya blog ini tambah kece!

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.