4 Perasaan Ketika Naik KRI Banda Aceh

Jpeg

Saya selalu meyakini bahwa setiap pilihan yang diambil oleh manusia dalam hidupnya akan membawa faedah dan ekses. Termasuk ketika saya mengambil pilihan untuk resign dari PPIC yang membahana untuk kemudian terjun di pekerjaan yang sekarang. Sudahlah, kita tidak perlu bicara ekses, sudah banyak saya curhatkan di blog ini.

Salah satu faedah yang tidak mungkin saya rasakan kalau saya tetap menjadi PPIC adalah kesempatan untuk naik Kapal Republik Indonesia (KRI) Banda Aceh! Yes, bahwa saya memang cukup keder untuk naik kapal adalah fakta yang tidak terbantahkan. Namun kesempatan untuk bisa merasakan naik KRI Banda Aceh ternyata mampu mengalahkan ketakutan yang bersumber dari goyangan maut Selat Sunda belasan tahun silam. Sekurang-kurangnya, ada 4 perasaan yang muncul ketika saya mendapat kesempatan untuk berada di salah satu kapal perang terbaik Indonesia itu.

Megah

Mungkin nggak bisa dikategorikan sebagai perasaan, sih. Tapi ya ngono deh. Begitu memasuki kawasan pelabuhan, sudah tampak megahnya KRI Banda Aceh. Memang besarnya kurang lebih sama dengan kapal-kapal di kawasan tersebut. Lha, jelas saja, itu kan kapalnya memang untuk angkut kontainer jadi wajar kalau besar-besar semua.

Jpeg

Terang saja besar, menurut website PT PAL, kapal ini merupakan Landing Platform Dock 125 meter (LPD 125 meter) Hull no W000240. Kapal ini juga menjadi andalan untuk aneka kegiatan baik itu pengamanan negara, evakuasi kecelakaan pesawat, hingga membantu pelaksanaan arus mudik.

Dan jujur saja, ketika kapal meninggalkan dermaga, sama sekali tidak berasa kalau jalan. Entah karena kapalnya, atau karena memang cuacanya lagi baik atau karena saya kekurangan duit saya kurang paham juga. Satu hal yang jelas, begitu kapal beranjak ke arah Kepulauan Seribu, kapal bergerak sedemikian mulus, beda sekali sama pengalaman terakhir saya naik kapal sebelum bersama KRI Banda Aceh ini.

Cakep

Oh, tentu saja saya tidak mengklaim diri cakep walaupun kata pacar saya begitu. Namun karena saya berada di kapal buatan tahun 2011 ini atas undangan dari Kementerian Sosial untuk upacara Hari Pahlawan, jadi mau nggak mau saya harus tampil cakep dengan setelan jas lengkap. Walaupun pada saat yang bersamaan saya harus kalah cakep sama sekali dengan anggota TNI bersenjata lengkap yang menjadi petugas dalam upacara tersebut. Yang cakep tidak hanya yang cowok, tentara yang ceweknya juga aduhai, kak.

https://statik.tempo.co/?id=358400&width=620

Udah, gitu aja sih.

Gemetar

Selain karena saya takut air laut gegara nggak bisa berenang, tentunya ada hal lain yang bikin saya gemetar ketika berada di atas kapal yang mampu mengangkut 5 unit helikopter jenis MI-2 atau BELL 412 ini. Gemetar pertama saya muncul karena posisi saya ketika upacara itu dekat sekali dengan pinggir kapal. Noleh dikit ke belakang saja langsung merinding bulu kuduk.

Gemetar kedua tentu saja muncul begitu saya mengingat bahwa tempat saya berdiri itu merupakan kapal yang terlibat begitu intensif dalam evakuasi pesawat Air Asia QZ 8501 yang tenggelam di perairan Selat Karimata hingga Laut Jawa. Di tempat upacara itu pula sebagian proses evakuasi korban dilakukan.

https://i0.wp.com/cdn0-a.production.liputan6.static6.com/medias/788489/big/068931800_1420019749-banda_aceh.jpg

Pekerjaan saya terkini yang memang mengharuskan saya bepergian naik pesawat lebih sering daripada pekerjaan yang lalu membuat saya tambah gemetar. Yah, semoga semua orang yang pekerjaannya berteman dengan perjalanan selalu diberkati Tuhan dan diberikan keselamatan.

Bangga

Berdiri di atas salah satu alat utama sistem persenjataan (Alutsista) milik Tentara Nasional Indonesia (TNI) tentu sudah menjadi sebuah kebanggaan bagi saya. Bahwa mungkin ada beberapa pemudik motor yang ketiban hoki bisa mudik naik KRI Banda Aceh, itu kan rejeki masing-masing. Yang jelas, tidak semua orang bisa berada dan berlayar bersama KRI Banda Aceh. Lebih lagi, KRI Banda Aceh yang punya panjang 124,97 meter ini merupakan produksi PAL Indonesia dan merupakan salah satu kapal milik TNI Angkatan Laut dengan operasional tertinggi alias paling rajin angkat jangkar.

Jpeg

Ya, demikian kiranya perasaan-perasaan yang saya alami ketika berada di atas KRI Banda Aceh alias LPD-593 ini. Semoga lain kali saya bisa beroleh kesempatan unik-unik yang semacam ini. Lumayan buat cerita ke anak cucu kelak. Oh, iya juga ya, saya kan belum kawin. Gimana punya anaknya? Heuheu.

Ciao!

6 thoughts on “4 Perasaan Ketika Naik KRI Banda Aceh”

  1. “Selain karena saya takut air laut gegara nggak bisa berenang”…. langsung inget jaman dibalik dr banana boat, lalu bapak ini sambil timbul tenggelam masih sempet-sempetnya curhat “gue ga bisa renang, gue ga bisa renang….” huahahahha…. *jaman maennya ke mekarsari wkwkwkkw

    Like

      1. Hitungan Euro, ya kira-kira 300an, pernah 400-an karena kurs. Udah sekalian domainnya. Anaknya malas ngurus kalau hosting lokal, jadi yaudah sekalian. Hehe.

        Liked by 1 person

Tinggalkan komentar supaya blog ini tambah kece!

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.