Apa yang dirindukan orang kantoran ketika makan siang?
Makannya?
Siangnya?
Tidak kerjanya?
Atau apa?
Buat saya, kerinduan ketika makan siang adalah membahas banyak hal sambil tertawa bersama.
Terkadang kerinduan itu muncul lagi.
Saya pernah makan siang di beberapa perusahaan. Sebuah perusahaan di Jalan Raya Bogor punya nuansa yang asyik karena outdoor. Selain itu, juga asyik karena ada Plant Manager yang hobi cerita.
Saya pernah juga makan siang di sebuah pabrik di Bandung. Maaf kata, yang ini nggak banget. Kondisi tertutup dan sama sekali tidak hangat. Entahlah, itu kan menurut saya.
Nah, suasana paling enak saat makan siang adalah di sebuah perusahaan lain lagi, bukan di dua yang saya sebut pertama. Istirahat diplot 1 jam, dan nyaris dari 1 jam itu topiknya adalah menghibur diri. Mulai dari 12.15, ketika muka buthek karena kerjaan, sapaan hangat mengajak makan adalah poin penting.
“Ayo makan…”
Sebuah ucapan sederhana, tapi bermakna besar. Ini soal keakraban dan kekeluargaan.
Ketika makan, makannya sih biasa. Yang lebih penting adalah sesudah itu. Ketika makan habis, maka kelakar dimulai. Tergantung topik, kalau lagi ngomong bola semalam, ya lanjut itu topiknya. Kalau Real Madrid kalah, korban kelakarnya jelas. Kalau Inter kalah, korban kelakarnya banyak, apalagi kalau Liverpool yang kalah, korbannya jelas dan kelakarnya dalam. Hahaha..
Nggak cuma itu, semata diskusi hangat perpolitikan kadang muncul. Diskusi panas soal sepakbola juga ada. Sedikit-sedikit membahas kantor juga iya. Dan saya mengamati, personel-personel yang ada di meja makan itu, adalah pemegang posisi strategis. Artinya? Ini bukan sembarang orang, tapi dengan sembarang kelakar.
Obrolan akan diselingi oleh agenda rebutan koran. Ada 2 koran, yang sudah diintip dari sejak makan. Kalau ketika masuk kantin, itu koran nganggur, segera saja koran itu musnah dari atas meja, sudah sembunyi di kursi.
Obrolan juga bisa soal hasil main PS hari minggu, atau hasil pertandingan liga kantor sebelumnya, atau pembahasan rencana soal kedua event itu.
Selama 45 menit melupakan pekerjaan mungkin adalah poin yang menarik untuk refreshing, tapi sungguh saya PERNAH mengalami itu. Tidak selalu memang. Kadang meja juga sepi, tapi kebanyakan ramai.
Dan ramai itu yang menjadi kerinduan.
Yah, okelah, saya juga sering jadi korban. Tapi no issue, tersinggung akan dilibas oleh tersunggingnya senyum. Sesederhana itu kok. Toh dalam beberapa menit ke depan, kita bisa menertawakan orang lain.
Inilah makan siang. Bukan soal menu memang, tapi soal suasana.
Biarlah, hidup itu soal pilihan kan? Dan pilihan selalu menggandeng konsekuensi.
🙂