Pentingnya Memiliki Asuransi Dari Sudut Pandang Orang Tua

Pentingnya Memiliki Asuransi Dari Sudut Pandang Orang Tua

Percaya atau tidak, ketika seseorang berubah status dari lajang menjadi menikah, sebenarnya nggak banyak hal yang berubah. Paling ya nggak bisa lagi menggebet anak orang sesukanya, karena kan sudah punya pasangan yang terikat secara resmi secara agama dan negara.

Akan tetapi, begitu statusnya berubah menjadi orang tua, nah, barulah perubahan besar terjadi. Bagaimanapun, orang tua baru itu diberi tanggung jawab untuk menangani sebuah kehidupan baru–yha, kecuali anaknya kembar, sih.

affection baby baby girl beautiful
Photo by J carter on Pexels.com

Apalagi di zaman edan seperti sekarang, ketika kemudian banyak orang tua yang tidak bisa mengawal anaknya sampai tua karena berbagai hal. Kadang karena perceraian akibat tidak akur, namun banyak juga kasus orang tua yang meninggal muda.

Sungguh, saya suka sedih kalau melihat postingan FB dari teman-teman yang sudah menghadap Yang Maha Kuasa, apalagi kalau ada foto anaknya. Hiks.

Sesudah menjadi orang tua, persoalan hidup itu menjadi agak pelik, setidaknya kalau lagi melihat anak saya yang lagi lucu-lucunya. Maksud saya, kalau zaman dulu membujang, yang dipikirkan masa depannya ya diri sendiri. Kalau sudah ada anak, maka yang dipikirkan adalah bisakah saya mengawal dia sampai lepas landas kelak? Atau kalau nggak, bagaimana saya bisa menjamin anak saya tetap bisa “jadi” di masa depan?

Profil paling cocok tentu saja kalau kita nonton film ‘Sabtu Bersama Bapak’, ketika seorang bapak yang tahu bahwa akan meninggal muda karena suatu penyakit, sudah menyiapkan segala hal untuk kehidupan keluarganya kelak.

Sesungguhnya, bagi siapapun orang tua, yang dilakukan oleh si Bapak di film yang diangkat dari novel tersebut bisa ditiru. Cara yang paling mudahnya tentu saja adalah dengan memiliki asuransi jiwa.

Ada salah seorang kenalan yang meninggal dalam usia cukup muda karena sebuah penyakit. Mana anaknya masih kecil-kecil, pula. Belum lagi, ternyata istrinya tidak bekerja. Tentunya menjadi pemikiran bagaimana nasib anak-anaknya kelak.

Ternyata, dia sudah menyiapkan diri dengan asuransi jiwa. Sehingga, ketika meninggal, ada sejumlah uang yang bisa digunakan untuk kelanjutan hidup keluarganya dan rentang waktu yang cukup.

Saya sendiri adalah seorang PNS yang sebenarnya sudah punya cukup fasilitas untuk masa depan anak. Pertama, BPJS kelas I untuk saya ditanggung negara, plus anak saya juga demikian. Kedua, ada pensiun kelolaan Taspen. Pensiun di Indonesia ini baik betul karena kalau Pensiunan meninggal, maka istri/suami masih dapat meskipun hanya 70-an persen. Ketika selanjutnya orang tua yang ini meninggal juga, maka anak–asal belum 25 tahun–juga bisa dapat walaupun memang hanya sepertiga.

Meski demikian, dengan tuntutan hidup yang semakin menggila, kepemilikan asuransi jiwa tetap menjadi penting bagi saya. Terlebih, pekerjaan saya sudah mewajibkan untuk melakoni perjalanan kesana kemari yang tentu saja meningkatkan risiko kenapa-kenapa di jalan.

silhouette photography of people
Photo by Ricardo Esquivel on Pexels.com

Pertanyaannya sekarang, bagaimana memilih asuransi jiwa yang pas? Sementara, pendapatan pun pas-pasan? Ini beberapa tipsnya.

1. Memiliki Asuransi Jiwa Itu Bukan Berharap Meninggal, Tapi Justru Sayang Keluarga

Masih banyak mindset bahwa kalau yang punya asuransi jiwa itu adalah orang-orang yang punya penyakit parah. Padahal, kalau sudah kadung parah, biasanya juga asuransi jiwa jarang yang berkenan.

Selain itu, masih banyak yang enggan punya asuransi jiwa karena dianggap mempersiapkan diri untuk meninggal. Padahal, sebenarnya yang terjadi adalah mempersiapkan modal yang cukup untuk kelanjutan hidup keluarga.

2. Pilih Polis Dengan Nilai Tertinggi dan Premi Bulanan Terendah

Dengan memulai semuda mungkin, seseorang yang ingin punya asuransi jiwa akan memperoleh premi yang cukup rendah, dibandingkan jika mulainya di usia 40 tahunan. Pada begitu banyak produk yang beredar di pasaran, penting untuk kita selalu mencari dan rajin memetakan polis tertinggi dengan premi bulanan yang paling rendah.

man holding brown leather bi fold wallet with money in it
Photo by rawpixel.com on Pexels.com

3. Asuransi Bukan Dari Sisa Pendapatan

Perlu diperhatikan bahwa asuransi beda dengan investasi. Investasi pun masih banyak orang yang keliru dengan mengalokasikannya dari sisa pendapatan, padahal seharusnya justru dari sekian pendapatan harus rajin dialokasikan ke investasi. Demikian pula dengan asuransi. Anggaplah asuransi ini sama wajibnya dengan bayar listrik atau bayar iuran perumahan, yang kalau tidak dilakukan akan mengganggu kenyamanan hidup kita.

4. Pilih Perusahaan Asuransi Yang Handal

Ini kan ceritanya kita menitipkan uang kita secara rutin setiap bulan/semester/tahun ke sebuah perusahaan yang nanti ketika ada apa-apa, uangnya bisa dicairkan. Untuk itu, perusahaan asuransi dengan reputasi tertinggi dan niat baik finansial di pasaran menjadi sangat penting. Untuk membandingkan perusahaan-perusahaan itu, salah satunya dapat menggunakan Lifepal yang memiliki fitur-fitur ciamik untuk menyeleksi asuransi yang tepat untuk orang-orang yang akan mengambil asuransi.

Jadi, kira-kira demikian manfaat asuransi. Jadi ya meskipun kadang pas membayarnya agak terasa berat, tapi kalau dipikirkan manfaatnya bisa jadi ringan lagi. Hehehe~

Advertisement

5 thoughts on “Pentingnya Memiliki Asuransi Dari Sudut Pandang Orang Tua”

Tinggalkan komentar supaya blog ini tambah kece!

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.