Solo dan Jogja, setidaknya menurut saya, adalah dua kota dengan sejarah unik. Paling gampang tentu saja jika kita menyebut Kraton sebagai salah satu tempat yang wajib dikunjungi di dua kota ini. Kebetulan pula, meskipun saya nyaris 8 tahun tinggal di Jogja, saya malah pernahnya mampir ke Kraton Solo dalam sebuah perjalanan epik yang akan selalu dikenang sebagai kelakuan masa muda. Itu terjadi tahun 2005.
Kini, akses antara kedua kota tersebut boleh dibilang lebih mudah. Memang, jalanan yang terbilang lebar dan mulus untuk was-wis-wus itu agak lebih macet dibandingkan 14-15 tahun silam. Namun pada saat yang sama, ada alternatif Kereta Api yang lebih beragam opsinya dibandingkan dahulu kala. Ada bahkan teman saya yang walaupun sudah menikah dan tinggal di Jogja, tetap saja kerjanya di Solo. Perkara akses memang cukup menarik, ternyata. Kalau begitu, yuk cobain perjalanan dari Kota Solo ke Jogja dengan kereta!
Kembali pada kelakuan anak muda harapan bunda. Sesudah memuaskan hasrat naik KA Solo-Jogja, saya bersama 14 teman lain yang berada dalam satu perjalanan terus kebingungan di Stasiun Solobalapan. Ha, piye, uang juga pas-pasan namanya mahasiswa zaman segitu. Mau jalan? Nggak ada referensi, tahun segitu Google baru ada di warnet, belum di genggaman tangan.
Untung kemudian datanglah Dewi Penyelamat kami. Andri, namanya, yang memang asli Solo. Dia datang menggunakan Kijang Super berwarna merah yang disetiri oleh saudaranya.
Eh, sik-sik. Dia datang bahwa Kijang Super dengan saudaranya untuk menjemput kami yang jumlahnya LIMA BELAS ORANG dan itu semua mahasiswa semester 3. Terus bagaimana mau jalan-jalan? Namanya juga anak muda, tanpa berpikir panjang, kami semua masuk ke dalam mobil itu. Bertumpuk-tumpuk dalam posisi yan tidak karuan. Semakin absurd lagi ketika dari 15 orang itu ada Boris. Paling tinggi, tapi baru keluar dari rumah sakit karena dengkul mlingse. Jadinya, yang paling tinggi itu justru duduknya di bangku depan.

Sungguh, hingga belasan tahun kemudian, saya masih suka geli mengingat betapa nekatnya kami ketika itu. Plus, betapa tangguhnya ban mobil merah tersebut. Rupanya, karena mahasiswa, kebanyakan masih pada kurus-kurus cenderung kurang gizi jadi masih bisa diangkut. Coba sekarang~
Antara Solo dan Jogja lainnya adalah sebuah perjalanan atas nama kegabutan. Ketika itu tanggal merah, seorang teman datang ke kos untuk mengajak saya motoran ke Solo, sekadar melihat pabrik Konimex. Untuk apa? Nggak ada alasan yang pasti. Pengen jalan saja, sih.
Zaman segitu, belum ada Google Maps atau Waze atau apalah. Kami hanya berbekal ngeprint sebuah peta dari Geocities di warnet, dengan mengira-ngira posisi pabrik Konimex. Yang tentu saja kemudian keliru.
Terus berangkat ke Solo dan perjalanan dari Solo ke Jogja naik apa?
Sepeda motor. Anak kos banget, pokoknya. Berbekal sepeda motor saya yang terbilang baru beli, kami bertiga (saya, Yoyo, dan Robert) berangkat ke Solo untuk sebuah aktivitas yang kalau dipikir-pikir lagi dengan segala teori Manajemen Risiko betul-betul unfaedah.

NGAPAIN COBA JAUH-JAUH KE SOLO CUMA MAU BERFOTO DI DEPAN GEDUNGNYA PABRIK OBAT???
Sesudah dari Konimex, kami memang menyempatkan diri berjalan-jalan di Kawasan Solo Baru, hingga kemudian ke Solo Grand Mall. Solo Grand Mall sendiri juga merupakan tempat yang kami kunjungi dalam rombongan pesakitan di mobil merah beberapa tahun sebelumnya.
Mengenang antara Solo dan Jogja juga menjadi sedemikian lengkap ketika sekarang adik saya yang cewek satu-satunya menikah, tinggal, dan bekerja di Solo, plus orangtua saya juga dalam proses untuk pindah ke Solo pasca pensiunnya Mamak saya. Jogja sendiri tentunya tetap istimewa mengingat dan menimbang bahwa saya bertumbuh besar selama 8 tahun di kota tersebut.
Satu hal lagi yang menurut saya cukup menarik di Solo adalah namanya nggak ada di peta karena pengakuannya Solo itu adalah Kota Surakarta. Plus, Solo itu begitu mepet dengan kabupaten lain di sekitarnya–yang notabene jauh lebih besar. Sehingga Surakarta dan sekitarnya adalah Jabodetabek versi mini.
Solo itu berbatasan langsung dengan Kabupaten Boyolali, Karanganyar, Klaten, Sragen, dan Sukoharjo. Sekadar gambaran saja ketika saya hendak tilik keponakan saya dengan naik pesawat maka saya akan turun di Bandara Adi Soemarmo yang terletak di Boyolali. Kemudian, saya akan melintasi Kota Surakarta untuk sampai di rumah adik saya yang sebenarnya sudah masuk Kabupaten Sukoharjo. Semuanya bahkan bisa dicapai dalam waktu hanya satu jam. Asyik, bukan?
15 orang naik kijang lha gimana bisa mas wkwkwk…. sepertinya buat anak farmasi wajib ya hukumnya jalan2 ke pabrik obat hehe
LikeLike
Lha itulah keajaibannya…. Saya juga heran…. Heuheu….
LikeLiked by 1 person