Maret 2009, kali pertama saya melihat kokohnya Jembatan Ampera dari balik awan. Pertama kalinya pula mata saya mengagumi lekuk Sungai Musi nan mengagumkan itu. Dipadu garis nasib, akhirnya pertemuan pertama itu mengikat saya hingga akhirnya datang kembali ke Bumi Sriwijaya pada bulan Mei 2009. Kali ini sebagai manusia yang hendak bermukim di kota Palembang.
Sebuah perjodohan yang berusia 2 tahun nan sangat membekas bagi saya. Meski karena berpisah dengan Bumi Sriwijaya-lah saya jadi bisa melihat sisi lain Indonesia mulai Kendari sampai Papua. Maka, bahkan ketika sudah hampir lima tahun saya meninggalkan Bumi Sriwijaya pada umumnya dan Palembang pada khususnya, saya selalu punya kerinduan khusus pada Bumi Wong Kito Galo ini. Apalagi, banyak sekali tempat yang belum saya singgahi selama saya menjadi manusia yang minum air Musi. Tempat-tempat yang pada akhirnya berakhir sebagai perencanaan dari sekadar makan siang di kantin, tanpa sempat menjadi realisasi.
Tempat apa saja itu? Payo dijingok!
1. Danau Ulak Lia
Dahulu, entah bagaimana caranya saya lewat Sekayu, namun entah bagaimana pula saya tidak mampir ke Danau Ulak Lia ini. Danau Ulak Lia sendiri berlokasi di Desa Soak Baru, tidak terlalu jauh dari Sekayu, paling-paling hanya 20 menit. Danau ini berkaitan erat dengan kisah seorang anak perempuan yang tenggelam karena pernah ada pusaran air yang terjadi dan lantas menghisapnya ke dalam danau.

Katanya, nih, sejatinya Danau Ulak Lia adalah tanah dataran rendah yang tergenang oleh air pasang, dengan luasan setidak-tidaknya 50 hektar yang tetap tergenang sepanjang tahun. Dan dengar-dengar pula, bahwa airnya terbilang sangat jernih, salah satu yang agak sulit diperoleh di danau-danau kekinian. Maka, Danau Ulak Lia ini masuk ke daftar tempat impian Ariesadhar untuk dikunjungi di Sumatera Selatan.
2. Watervang
Hingga saya cabut dari Palembang, Instagram rasanya belum terlalu trendi. Mungkin itu salah satu penyebab saya memilih diam-diam tongkol di mess belaka, alih-alih jalan-jalan sampai Watervang. Hiks.

Watervang adalah sebuah bendungan peninggalan kolonial Belanda yang terletak di Lubuklinggau, kurang lebih 5 jam perjalanan dari Palembang, yang sekaligus menjadi nama desa yang menaunginya. Bendungan alias dam yang telah ada sejak tahun 1941 ini mengambil air dari Sungai Kelingi. Jika saya hari-hari ini mengetik watervang di Instagram, penyesalan semakin membuncah, saking kecenya spot-spot berfoto pun tampak damainya Watervang dengan perpaduan deru air mengalir, hijau pemandangan, dalam naungan langit biru. Ah!
3. Danau Ranau
Ini termasuk daftar penyesalan juga, karena suatu kali obrolan makan siang memang merencanakan untuk berwisata hingga Danau Ranau yang berbatasan langsung dengan Lampung Barat ini. Lagipula, Danau Ranau ini adalah yang terbesar kedua di Sumatera sesudah Danau Toba–yang juga belum pernah saya jejaki. Sepengalaman saya main-main ke Danau Singkarak dan Maninjau, pasti ada nuansa yang berbeda melihat air tawar nan sebanyak itu.

Danau yang terletak di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan ini terbentuk oleh ledakan gunung berapi, tiada jauh beda dengan danau-danau lainnya di dunia. Danau ini memiliki topografi dengan bukit dan lembah yang tentunya bikin udara jadi sejuk, salah satu hal yang membedakannya dengan beberapa danau lain.

Oh, bukan sekadar Danau Ranau belaka, karena di tengah danau ada Pulau Marisa yang di dalamnya ada pemandian sulfur! Mandi air anget, kak!
4. Pulau Kemaro
Ini dia penyesalan paling hore dalam daftar 6+1 tempat yang bisa dikunjungi di Sumatera Selatan. Kenapa hore? Tentu saja karena sebulan sebelum saya cabut dari Palembang, kami anak mess sudah merencanakan untuk main-main ke Pulau Kemaro. Namun apa daya, malamnya hujan deras sekali sehingga tentu debit air Sungai Musi naik, dan selain itu bikin mess kebanjiran. Heuheu.

Padahal waktu itu saya sudah survei lokasi ke seberang Pulau Kemaro persis untuk cari kapal. Pulau ini juga sering saya lihat dari jauh, semisal lagi kondangan di Plaju maupun lagi menumpang Kapal Putri Kembang Dadar. Tambah menyesal karena cicik mantan dulu sering sekali mengirimkan foto–maklum LDR yang lantas gagal–ketika dia lagi di Pulau Kemaro sama lelaki lain. Pedih, kak.
Di Pulau Kemaro ini ada Klenteng yang menjadi ikon dari delta Sungai Musi ini. Pulau Kemaro adalah tempat wajib kunjung bagi umat Budha. Bahkan kalau lagi Cap Go Meh nggak usah pakai kapal karena pada periode itu ada ponton yang bikin kita bisa menyeberang dengan agak goyang-goyang dikit, katanya.

Pulau ini juga ternama dengan kisah cinta antara Pangeran Tan Bun An dari Tiongkok dengan Putri Siti Fatimah dari Sriwijaya, makanya juga dikenali sebagai Pulau Jodoh. Yah, karena jodoh tidak hanya berada di tangan Tuhan dan di Batam, tapi juga di Pulau Kemaro.
5. Air Terjun Perigi
Yah, nasib saya kurang jalan-jalan selagi jadi anak Palembang dan hanya main kisaran Ampera hingga Benteng Kuto Besak. Gara-gara kurang main itu, saya jadi tidak bisa menikmati salah satu keindahan Wonderful Sriwijaya berupa air terjun kece di Sumatera Selatan yakni Air Terjun alias Cuhup Perigi yang berlokasi di Desa Tanjung Sirih, Lahat. Katanya sih rada pelik untuk menggapai tempat ini, tapi toh air terjun yang lain juga ada yang sama sulitnya. Biasanya itu segera terbayar dengan pemandangan yang alami, air yang jernih dan pasti adem, serta nuansa hijau hutan yang mengitarinya.

Air Terjun Perigi sendiri tidak tinggi-tinggi amat, kurang lebihnya hanya tiga tingkat bebatuan. Namun tampilannya kalau di foto saja sudah bikin segar. Pantaslah menyesal tidak pergi kesana.
6. Gunung Dempo
Ini juga masuk daftar karena bahkan sudah menghitung waktu dan biaya untuk main ke Gunung Dempo. Tapi biasa, jadi wacana belaka. Gunung tertinggi di Sumatera Selatan ini melekat dengan Pagar Alam dan cukup dekat pula dengan Bengkulu.
Saya jadi ingat dulu pertama-tama berada di Palembang, Gunung Dempo ini lagi beraktivitas. Dan kiranya itu masih jadi aktivitas yang terakhir hingga saat ini. Butuh kurang lebih 7 jam berkendara dari Palembang ke Pagar Alam, dan nambah 15 kilometer lagi dari Pagar Alam ke Gunung Dempo.

Dan kata kawan yang habis pulang dari Pagar Alam, udaranya segar sekali, cocoklah dengan Pesona Sriwijaya.
Sudah tujuh, nih. Namun saya punya tambahan 1 lagi, kenapa terpisah, karena sebenarnya dulu sering sekali saya kunjungi. Tempat itu hanya gerobak martabak biasa, terletak di Jalan M. Isa Palembang. Dikawal oleh seorang suami dan seorang istri, martabak terang bulan alias Hok Lo Pan dibuat dengan tenang menggunakan kayu bakar. Lama benar menunggunya, tapi bikin rasa martabak manis itu jadi luar biasa. Bagi saya, itu masih martabak paling enak, mengalahkan martabak-martabak yang pernah saya reviu di blog ini.
Saya sebagai mantan penghuni Bumi Sriwijaya sungguh mengakui bahwa Wonderful Sriwijaya bukanlah mitos belaka. Asal tiada kabut asap dan jalan bolong, Bumi Sriwijaya sejak Gunung Dempo hingga Danau Ranau adalah tempat yang layak-wajib-kudu-mesti dikunjungi, sekurang-kurangnya sekali seumur hidup.
Nah, bagi yang memang punya kerinduan atau lagi mengagumi Bumi Sriwijaya, ini ada lomba blog Wonderful Sriwijaya yang bisa diikuti. Hadiahnya mantap sekali, yakni diundang ke Palembang untuk menyaksikan Gerhana Matahari yang mungkin sekali seumur hidup bisa kita saksikan. Jadi, jangan kelewatan, yha! Kalau pas menang, tinggal datangi deh satu-satu tempat yang masuk daftar penyesalan saya, dijamin bakal riang gembira.
Tabik!
mas, link lombanya dimana yah? mau ikutan dong….
aku setahun di palembang juga gak kemana2, ke bkb aja pas mau lulusan, maklum, mahasiswa budget :p
LikeLike
Di instagram-nya Wonderful Sriwijaya. Haha. Luar biasa, yak, nggak ada info resmi via website. 😀
LikeLiked by 1 person
baru minggu lalu aku ke palembang, ketemu salah satu blogger ngetop disana, diapun mengeluh soal minimnya publikasi wonderful sriwijaya ini, dan begitulah …… cuma blogger2 ngetop 4L (lu lagi lu lagi) yang diundang -_- #nyinyir
LikeLike
Lha, yang mengurus juga kan kalangan ber-NIP kayak kita-kita. Heuheu. Makanya, sambil ditulis, sambil bantu digalakkan 😀
LikeLike
Yo mas, ini aku juga mau nulis haha… Semoga dirimu berhasil juga mas, GBU 🙂
LikeLike
Ya udah kita bagi-bagi juara 1 sama 2. Haha.
LikeLike
Hahaha
LikeLike