Selama bertahun-tahun, isi blog ini adalah bentuk penggalauan. Baik itu penggalauan individual, semisal tentang LDR sama pacar yang punya teman dekat satu kota, hingga penggalauan umum semacam cinta diam-diam. Sebenarnya, konten tersebut berasal dari penggalauan pribadi yang digeneralisasikan. Begitulah kira-kira. Kenapa galau? Sebenarnya karena saya itu jomlo menahun, sebuah terminologi yang didefinisikan sebagai berada dalam keadaan sendiri selama bertahun-tahun.
Saya kemudian sempat berada dalam fase-pengen-jadi-romo-gara-gara-jomlo-menahun. Keinginan itu saya batalkan karena tidak baik untuk kemaslahatan umat. Jadi jomlo itu kadang menyenangkan, memang, tapi menjadi tidak menyenangkan ketika mudik, lalu ditanya, “calonnya orang mana?”, sebuah pertanyaan yang bikin tangan ingin membekap mulut si penanya untuk kemudian disumpeli jeruk mandarin. Belum lagi ditunjang kalau kumpul sama teman-teman Dolaners, yang lain sudah bawa anak, saya masih gini-gini aja. Robert sampai bilang, “Ojo nganti anakku wis kuliah, kowe jik PDKT wae…“
Menjadi semakin rumit, karena saya itu agak pemilih, sebuah sikap yang berkontradiksi dengan muka. Dari sisi muka, muka saya ini termasuk pilihan yang mudah untuk dicampakkan *tsah*, dari tetap saya ketika ada yang menggebet dengan sepenuh hati sampai update status di LINE, di FB, hingga di KUA, saya malah kabur. Gilo je. Bahkan, yang ngajak taaruf-pun saya tolak. Kurang sok-sokan apa, coba?
Hingga kemudian saya diterima di pekerjaan yang sekarang, dengan status “wah” di masyarakat, tapi “wah, kasihan” di dompet, saya belum juga punya pacar. Penggalauan menjadi semakin tidak sederhana. Apalagi saya kan berasal dari kalangan minoritas. Yang seiman dengan saya, di Indonesia itu hanya 6,9 juta orang.
Itu sudah termasuk orang-orang seumuran Mbah saya, dan termasuk pula balita-batita yang belum kenal riak-riak bercinta. Mungkin kalau saya di Filipina, tinggal asal nembak orang di pasar aja sudah pasti dapat yang seiman. Di Indonesia kan nggak. Belum lagi pas baca soal pergaulan remaja dan dewasa kekinian yang semakin menjurus free sex, dll. Bisakah saya dapat gadis baik-baik, seiman, beda jenis kelamin sama saya(!), pintar, lucu, menggemaskan, bisa masak, punya blog, punya karir bagus, rumahnya nggak jauh-jauh (soalnya rumah saya udah jauh), disetujui oleh orang tuanya, disetujui oleh si Cicilia, kalau bete tidak berabad-abad lamanya, dan yang lebih penting dari semua itu…
…mau sama saya?
Ketika saya hampir sampai pada kesimpulan bahwa orang semacam itu nggak ada di dunia nan fana itu, maka muncul playboy sentimentil yang waktu itu hampir kawin. Siang-siang di hari Senin, dia memberikan nama seorang gadis, yang kebetulan 1 kantor sama saya. Si playboy yang sering tersakiti ini sebenarnya juga nggak kenal, karena gadis yang mau dikenalkannya ini cuma sohib teman kantornya. Berhubung saya tidak ingin menyusahkan orang, cukuplah saya bertanya nama. Kantor saya dulu kan keren, punya portal yang menyediakan Employee Directory. Cukup ketik nama, nomor HP bisa terlihat dengan mudah. PDKT tentunya menjadi semakin indah. Apalagi ditunjang oleh kawan-kawan di unitnya dia yang juga adalah kawan saya. Ada untungnya juga punya teman.
Siapa sangka, stok gadis dengan kriteria panjang lebar yang saya sebutkan di atas ternyata masih ada di muka bumi ini. Plus-plus pula. Siapa sangka juga kriteria paling penting (mau sama saya-red) juga terpenuhi, tepat 1 tahun yang lalu. Yups, galau-galau begini, saya punya pacar, lho, sudah setahun, pas hari ini.
So, buat kaum-kaum jomlo menahun yang nyaris desperado hingga hampir memilih untuk hidup selibat semata-mata karena nggak laku, percaya saja. Persis seperti kata-kata yang dikasih Master Kura-Kura sehingga Po akhirnya bisa dilatih jadi Ksatria Naga, “percaya saja”. Percayalah bahwa rancangan itu sudah tersedia bagi kamu. Cuma, jangan lupa usaha, kayak saya memanfaatkan Employee Directory.
Sekali lagi, just believe.
Happy Anniversary, sayang! Cepat pulang ya!