“Hmmm…”
Kalau kamu sudah mengetik bagian ini, aku berasosiasi kamu pasti hendak menulis sesuatu yang penting.
“Kenapa?”
“Gpp.”
“Yakin?”
“Hmmm, ya nggak penting juga.”
“Nggak penting bukan berarti nggak boleh disampaikan loh.”
“Hmmm, yah kadang berasa kangen aja.”
Aku terbelalak, tapi kamu kan tidak tahu ekspresiku saat itu.
“Sama kalau begitu.”
Yah, setelah keputusan kita untuk tidak lagi berusaha menyatukan hati, sejatinya aku kehilangan. Tapi bagaimanapun aku harus sadar kalau kita berada di sisi yang berbeda.
Sebuah jurang besar, yang ironisnya bukanlah agama, terbentang diantara kita. Sebuah jurang besar yang pasti akan sulit kita seberangi satu sama lain. Aku menikmati kala kita berjalan di sisi jurang untuk bersama-sama mengikat rasa. Tapi, ah, jurang itu.
Aku kehilangan kamu, sungguh. Kebersamaan kita memang hanya singkat, tapi aku mendapatkan banyak hal. Aku paham rasanya berbagi resah, aku mengerti indahnya berbagi cerita, dan aku tahu pahitnya perpisahan.
Sebenarnya aku salah jawab tadi. Ini tidak sama . Kamu mungkin kangen. Aku? Sebentar, biarlah aku mencari diksi yang tepat untuk menggambarkan rindu yang membuncah, meluber, dan meruah padamu. Ya, kamu.
“Sudah tidur?”
“Belum.”
“Hmmm..”
“Kenapa?”
“Gpp.”
Dan percakapan kita kembali dingin. Ini nyaris dua bulan kita berpisah, sebuah waktu yang kita pilih ketika kita nyaris 2 bulan bersama.
Arrggghh!!!