Thanks God!

Apa makna kehidupan? Tentu banyak. Saya baru mengalami makna kehidupan lewat sebuah PERJALANAN.

Ehm, mungkin tepatnya bukan sebuah, tapi beberapa buah. Berikut detailnya.

16 Maret
Saya masih sibuk berkutat dengan pembuatan video untuk diunggah di Youtube, hanya semacam video ucapan berupa kompilasi foto-foto saja kok. Lagunya pakai Depapepe. Asyik. Dan karena ini pakai Movie Maker jadi presisinya kudu digeser kiri dan kanan dan lumayan lama. Baru kelar jam setengah 12 malam. Langsung diunggah di Youtube sekitar jam itu.

17 Maret.
Pagi buta saya sudah bangun. Jam 4 tepatnya. Hendak menuju Bandara. Disini namanya PERJALANAN. Saya naik Damri dari Plaza JB yang jam 5. Kerajinan? Mungkin. Tapi kalau naik Singa Air, buat saya lebih baik kita punya spare waktu yang sangat-sangat lebih. Karena bukan sekali dua kali saya melihat orang marah-marah dan galau karena faktor telat check in di maskapai ini. Dan apa yang terjadi? Sebuah tidur pagi indah membawa saya ke tol Cengkareng pada pukul 6 dan sampai terminal 1B setengah 7. Padahal flight saya jam 9.10. It’s OK.
Then, saya naik pesawat JT 330, dulu akrabnya sama 331 dan 336 padahal. Kemana? Bermain dengan masa lalu, Palembang. Di tempat saya bertumbuh kembang itu, saya disambut oleh service yang luar biasa oleh Pak DJ dan istri berikut tukang angkutnya (Ahen). Hehe. Saya juga sempat menghabiskan waktu dengan Kharisma saudaranya si BG plus si BG lain punya Mas Sigit. Berjalan-jalan seputar Palembang, mulai SPBU Rajawali nyari Pertamax sampai ke Rumah Ocha di Kenten sana.

18 Maret.
Saya bangun pagi buta (lagi). Mau gereja pagi, di seminari Palembang. Aih, dulu ini misa wajib tiap pekan. Kadang saya bosan karena suaranya Bass Tenor semua. Sekarang malah dirindukan. Namanya juga manusia ya. Next, saya naik Supra X-125 si Boni, tanpa helm dan mencicipi Mie Ahok yang terletak di depan warung 100% Halal. Ini juga kenangan. Hehe.

19 Maret.
Masih bangun pagi buta, berangkat kembali ke Sultan Mahmud Badarudin II kali ini naik SJ. Dengan kondisi si Lappy sudah disandang orang lain. AMPUN!!!!! Untung masih diberkati Tuhan YME. Hufftttt.. Perjalanan kembali saya lakoni menuju Bandara Soekarno-Hatta. Keberuntungan pemula muncul sejak bagasi. Dua kantong besar seberat 20.1 kg (over dikit) keluar duluan. Sampai luar, eh, ada bis Cikarang. Telat 5 menit sudah bablas itu bis. Wewww.. Dan saya sampai di kantor pada jam yang memadai, lebih cepat setengah jam dari pamit. Pun saya pulangnya, seperti biasa, selalu lebih malam.

20 Maret.
Ikut pelatihan K3L Hewan, malah di-SMS bapak, katanya Bruder meninggal. Jadilah saya izin siang. Kali ini dengan Prima Jasa, saya capcus ke Bandung, melintasi tol Cipularang dengan durasi serupa jarak pos Prima Jasa ke pintu tol Cikarang Barat. Asem bener. Saya turun di Pasir Koja, naik angkot Caringin-Dago, sempat diturunkan gratis di Pasar Induk Caringin dan kemudian nongol di Gereja Pandu Bandung, dekat IP. Telat. Ya iyalah. Saya lantas menginap di rumah Pak Tua karena harus berangkat audit keesokan harinya.

21 Maret.
Tentunya masih bangun pagi buta. Setengah 6, dengan diantar Pak Tua, saya sudah sampai di Pasir Koja lagi. Sempat melihat sunrise Bandung. Setengah 7, bis Prima Jasa jurusan Jababeka nongol. Jam 8 kurang seperempat sampai Jababeka, jam 8 pas sampai di kantor. Indah sekali dunia kalau begini ya.

22 Maret.
Mestinya balik ke Bandung lagi, tapi dibatalkan karena Mamak kasihan sama saya kalau bolak-balik.

23 Maret.
Perjalanan jauh sekitar 60-70 km dari Cikarang ke Gunung Bunder, Bogor. Naik motor pula, si BG! Hahaha. Ada 20-an sepeda motor yang touring. Yang ini sih nggak capek karena ramai dan jalannya lumayan. Ya lumayan buruk, lumayan macet, dll. Tapi sebagai jebolan Dolanz-Dolanz yang pernah nyetir Jogja-Semarang pp, ini pasti bukan tantangan sulit. Acara touring asyik teman kantor ini dilakoni dengan baik-baik saja.

24 Maret.
Dampak kurang tidur, dan bangun karena serbuan kentut. Hish. Perjalanan kembali ke Cikarang lagi. Masih dengan si BG dengan rem belakang yang tampaknya habis plus rem depan yang ditopang oleh ban gundul. Matilah! Mana jalan pulangnya melewati bukit dan lembah, sudah macam Ninja Hattori saja. Ada sekitar 80-90 km karena total jenderal si BG jalan 160 km. Bahkan Tuhan masih memberkati perjalanan sebuah sepeda motor yang nyaris tanpa rem di jalan yang naik turun. Apa nggak istimewa itu namanya?

7 hari atas nama Cikarang, Palembang, Bandung, dan Bogor. Dengan moda yang berbeda-beda: bis, pesawat, sepeda motor, angkot, dan mobil pribadi. Dengan tujuan yang berbeda-beda pula. Tapi dengan BERKAT yang sama. Tuhan memberikan saya hidup dan perjalanan yang istimewa. Terima kasih TUHAN! Thanks GOD! 🙂

Advertisement