Memori, Kebutuhan Primer Orang Tua Milenial

Pentingnya Memiliki Asuransi Dari Sudut Pandang Orang Tua (1)

Waktu saya SD, kira-kira pada saat Perjanjian Renville ditandatangani, kebutuhan primer manusia itu ada 3, yakni sandang, pangan, dan papan. Pada tahun 2000-an, kebutuhan primer itu bertambah satu: colokan. Nah, pada tahun 2019 dan kemungkinan seterusnya, kebutuhan primer itu nambah satu lagi: memori.

Sepekan yang lalu, seorang teman mengabari bahwa ponselnya hilang. Sedihnya, dia lupa akun Google yang digunakannya untuk login pada gawai Android-nya itu, sehingga tidak bisa ditelusuri pakai teknologi terkini. Teman saya itu sebenarnya tidak terlalu memikirkan soal fisik smartphone-nya karena ya masih bisa beli lagi.

phone iphone taking photo selfie
Photo by Kaique Rocha on Pexels.com

Perkaranya adalah di gawai yang hilang itu ada foto anaknya, sejak lahir sampai sekarang hampir 2 tahun. Jeder!

Smartphone sesungguhnya telah menjelma lebih dari sekadar alat komunikasi. Ketika tahun 2002 saya pertama kali punya telepon genggam merk Nokia 3310, fungsinya hanya telepon, SMS, dan sesekali main Snake. Tujuh belas tahun kemudian, telepon genggam telah menjadi sesuatu yang sulit dipisahkan dengan kehidupan manusia.

Western Digital melakukan survei yang bertajuk Indonesian Consumer Mobile Habit and Data Management Survey dengan melibatkan 1.120 responden yang tersebar di 6 kota besar Indonesia, yakni Jakarta, Bandung, Yogyakarta, surabaya, Medan, dan Makassar.

Sesungguhnya, hasil dari survei ini cukup menarik untuk dicermati.

1

Pertama-tama, 97% responden mengandalkan smartphone sebagai gawai utama dalam kehidupan sehari-hari. Ya, sama persis dengan yang saya temui setiap hari. Ketika pas Persiapan Keberangkatan LPDP saya tidak bisa menyalakan gawai dalam waktu lama, rasanya ya hampa juga.

Selain itu, tingkat penetrasi smartphone di Indonesia per September 2018 telah mencapai 27,4 persen atau setara 73 juta pengguna smartphone. Paralel dengan angka jumlah penduduk dunia, angka tersebut adalah peringkat ke-6 pengguna smartphone terbanyak di dunia sesudah Tiongkok, India, Amerika serikat, Rusia, dan Brasil.

2

Angka penetrasinya sendiri masih sangat mungkin meluas karena 27,4 persen itu adalah yang terkecil di 10 besar dunia, bersaing dengan India yang 27,7 persen. Bandingkan dengan Inggris Raya yang penetrasinya sudah mencapai 82,2%. Tiongkok sekalipun sudah diatas 50 persen. Indonesia tentunya masih dalam perjalanan penetrasi yang panjang serta penuh ruang untuk improvement.

Smartphone sendiri, di Indonesia, pada umumnya digunakan untuk lima aktivitas penting yakni mengambil gambar, menelepon, chatting, merekam video, dan mengakses media sosial. Kebutuhan lain seperti belanja online atau bertransaksi saham, misalnya, masih jauh di bawah itu.

3

Lihat, dari 5 besar itu ada setidaknya 3 aktivitas yang butuh memori, yakni mengambil gambar, chatting, dan merekam video. Chatting itu makan memori, lho, belum lagi kalau banyak gambar dan video yang dibagikan. Maka tidak heran kalau data terbanyak yang disimpan di memori itu lima besarnya adalah foto, video, musik, aplikasi, dan dokumen. Rataan foto dan dokumen berbeda begitu jauh.

Pagi pekerja milenial seperti saya, persoalan dokumen di memori itu adalah kegundahan tersendiri. Ketika saya mulai bekerja tahun 2009, belum ada itu kirim-kirim file pakai aplikasi chatting. Jadi, ketika di kos-kosan, bisa ngeles ke bos jika disuruh mengerjakan sesuatu mendadak. “Datanya di kantor, Pak”, ujar saya untuk ngeles. Ya, walaupun kala itu kantor saya hanya 2 menit jalan kaki dari kos, sih.

Sekarang? File dokumen begitu mudah dikirim dan dengan demikian nggak bisa ngeles lagi seperti dulu kala. Walhasil, saya sering mengerjakan dokumen di smartphone kala bergelantungan di KRL. Dan tentu saja, semakin banyak file kerjaan, semakin banyak memori yang termakan.

Belum lagi, seperti teman saya yang smartphone-nya hilang tadi, saya juga orang tua milenial yang butuh banyak memori untuk merekam kelakuan anak saya yang lagi lucu-lucunya. Bayangkan, anak saya sudah seminggu ini bisa menyebut one, two, three, sampai ten, dan saya belum merekamnya karena keterbatasan memori. Wong, baru merekam sampai three, tiba-tiba saya dapat notifikasi bahwa memori sudah penuh.

4

Perkara yang saya alami rupanya adalah perkara umum, setidaknya menurut survei dari Western Digital. Ada 26% responden yang sering mengalami kepenuhan memori seperti saya. Atau juga 21% responden yang tidak sengaja menghapus data penting. Ini juga saya alami beberapa pekan lalu kala secara tidak sengaja saya menghapus seluruh file screenshot di gawai.

Walhasil, saya kehilangan salah satu foto paling absurd berupa video call dengan anak saya, yang posisinya ada di belakang saya. Jadi, ketika itu saya kebanyakan dinas, pergi terus, sehingga komunikasi dengan anak ya via video call. Eh, ketika saya pulang, anak saya malah tetap minta video call dengan bapaknya melalui gawai mamanya. Duh, ini foto bagus dalam file screenshot itu dan nyatanya hilang. Sedih juga.

Sebagaimana kehilangan mantan, nyatanya kehilangan adalah sesuatu yang wajar. Bahkan 67% responden mengakui bahwa mereka pernah kehilangan data di smartphone. Walau begitu, mungkin karena pengalaman buruk juga, ada lebih dari 80% responden telah menyadari pentingnya melakukan back-up data.

Persoalannya adalah sebagaimana dialami 49% responden bahwa sisa memori di HP ini paling banyak hanya 3 GB. sudah terlalu penuh dengan foto, video, dan aplikasi, pada gawai yang rata-rata dilengkapi memori 16 GB atau 32 GB itu.

WhatsApp Image 2019-09-10 at 12.27.29

Saya sendiri terbantu oleh kantor yang memfasilitasi dengan sebuah USB OTG SanDisk sebagai penyimpanan data pekerjaan. Kantor saya memang baik benar, karena USB itu di luar Hard Disk Eksternal yang juga difasilitasi. Tapi, ya memang perlu, sih. Terutama untuk pekerja mobile seperti saya. Makanya berminyak begitu, lha wong makan saja saya bawa~

Brand SanDisk memang menjadi salah satu brand terdepan dalam solusi penyimpanan mobile, kebetulan berada dalam naungan Western Digital Corp. Melalui perangkatnya SanDisk Dual Drive (Android)–yang ini saya pakai–dan iXpand Flash Drives (iPhone)–yang ini saya nggak kuat beli–SanDisk menawarkan beberapa solusi terhadap prahara memori yang biasanya melingkupi masyarakat, terutama orang tua milenial yang nyaris selalu kehabisan memori semata-mata karena foto bayi.

5

Pertama, mobile storage SanDisk memang dirancang untuk bisa membantu pengguna mengosongkan memori smartphone dimana pun dan kapan pun. Makanya, saya sering lho, memindahkan foto dan video sambil gelantungan di KRL. Saking mudahnya.

Kedua, SanDisk memfasilitasi diri dengan konsep plug and play yang praktis melalui aplikasi mobile SanDisk Memory Zone dan iXpand Drive yang dapat mem-back up foto maupun video dengan cepat, termasuk juga memindahkan ke komputer atau smartphone lain jka dibutuhkan. Serta bisa pula mengatur agar aplikasi melakukan back-up otomatis pada file-file penting setiap kali smartphone dihubungkan dengan USB OTG.

Ketiga, aplikasi SanDisk Memory Zone dan iXpand Drive App juga bisa menyimpan dan mem-back up aneka konten dari media sosial, ya tentu saja umumnya foto dan video, ke USB OTG SanDisk Dual Drive atau iXpand Flash Drive.

Terakhir, khususnya untuk yang menggunakan smartphone untuk kepentingan lebih besar seperti mabar, kartu memori SanDisk Extreme microSD dengan spesifikasi ciamik akan memberikan kenyamanan dan kemulusan bagi pengguna gawai saat bermain mobile game dengan adanya kapasitas penyimpanan lebih besar serta tentu saja proses pemuatan aplikasi yang lebih besar.

Ketika dapat notifikasi bahwa gawai saya kepenuhan, sesungguhnya pengen ganti HP. Apa daya, nggak punya uang. Ketika hendak menghapus foto atau video, kok ya rasanya #DibuangSayang. Sekali lagi, untunglah saya punya USB OTG dengan brand #SanDiskAPAC yang sangat membantu proses back-up file-file yang bakal penting untuk kenangan anak saya kelak di kemudian hari.

Percayalah–dan ini saya baru tahu ketika sudah jadi orang tua–selain kesiapan jasmani, rohani, serta finansial, maka untuk menjadi orang tua harus punya persiapan memori yang banyak. Saya kasih tahu para pembaca semua untuk bisa mempersiapkan diri.

a family walking on the road
Photo by Vidal Balielo Jr. on Pexels.com

Tabik.

14 thoughts on “Memori, Kebutuhan Primer Orang Tua Milenial”

  1. Anda tepat sekali bapak hahaha…..memori banyak juga sangat dibutuhkan untuk menyimpan kenangan…kenapa baru sadar sekarang ya …..salam kenal ya mas….terimakasih sharing informasinya.

    Like

  2. “orang tua milenial yang nyaris selalu kehabisan memori semata-mata karena foto bayi”
    kalimat di atas itu saya banget! hahaha. #Dibuangsayang untung ada OTG dari Sandisk, yeaaah 😀

    Like

  3. Iya, bener banget. Kadang dari sebuah ponsel, yang paling mahal data2 di dalamnya. Punyaku malah ruang yang kosong sering banget di bawah 1 giga dulunya. Untung sekarang, lmyn rajin bikin back up 😀

    Like

  4. Data yg penting klo hilang pastinya kesel banget deh
    pake OTG SanDisk sepertinya akan aman karena mudah penggunaannya 😀

    Like

  5. Kayaknya aku masuk kategori yg 26% gara2 memori penuh, mas wkkwkw
    Dulu nggak kenal USB OTG SanDisk jadi mindahin datanya manual, ribet pulak
    Sejak berteman dan bersahabat dg USB OTG SanDisk, dunia perbackupan data smartphoneku jadi lebih cepat dan nggak makan waktu yeyehheee

    Like

  6. Bersyukur banget kemajuan teknologi saat ini memudahkan kita ya, termasuk kehadiran Sandisk USB OTG yang memudahkan dalam proses backup maupun transfer data. Jangan sampai deh data-data penting hilang, apalagi yang terkait dengan pekerjaan. Meski rajin backup data ya

    Like

Tinggalkan komentar supaya blog ini tambah kece!

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.