Lost in Bangka (1): Reservasi

lostinbangka_reservasi

Niat suci mulia jadi travel blogger agaknya terbilang sulit untuk dilakoni. Maklum, saya anaknya nggak enakeun karena kebanyakan jalan-jalannya justru dibiayai oleh kesulitan rakyat. Pedih, kak. Heu. Tetiba, vlogger nyaris terkenal, Rian Chocho–yang bisa ditemui di rianchocho.xyz–mengajak saya berlibur bersama ke Pangkal Pinang.

Tenang. Ini bukan berdua saja. Tentunya bersama istri kami masing-masing.

Sejak 1,5 bulan sebelumnya, trip ini telah direncanakan dengan kurang matang, mengingat kesibukan Rian Chocho bakulan serbuk obat dan saya sendiri dengan fotokopi yang menumpuk. Walhasil, tidak ada jadwal pasti tentang trip ini kecuali keberangkatan tanggal 22 Oktober 2016.

Tadinya, trip ini akan disertai oleh manajer kondang pabrik curcuma. Apa daya, sang istri yang justru telah lebih dahulu mengajukan cuti justru diminta ikut seminar yang pada akhirnya membatalkan keikutsertaan mereka dalam trip yang tadinya tanpa judul ini. Dengan demikian, hanya ada dua pasang manusia yakni vlogger nyaris terkenal, blogger kurang terkenal, serta istri masing-masing.

Kenapa Pangkal Pinang?

Tentu saja karena di Pangkal Pinang ada Tintus, mantan blogger yang blognya hiatus sampai anaknya minta kawin kelak. Padahal blognya sudah pernah saya bahas di ariesadhar.com yang Alexa-nya terus anjlok ini. Selain ada Tintus, fokus utama dari trip ini adalah ingin melihat dedek Verena. Buah hati Tintus dengan istrinya. Ya, memang harus dengan istrinya. Menurut ngana?

Saya kontak-kontakan sama Rian Chocho terkait trip ini dan ternyata kami berdua mengalami problematika yang sama: finansial. Heuheu. Untungnya, dalam pekerjaan saya yang penuh print dan fotokopi ini, rejeki itu ada saja datangnya. Walaupun sedikit, bisa digunakan untuk berlibur. Kebetulan pula, sejak menikah, saya dan istri memang belum pernah berbulan madu. Rencananya, trip ke Pangkal Pinang ini kami jadikan honeymoon nan cinta tanah air, dari tetangga kita, cintanya pada kebencian. Ah!

Nah, kita semua sudah tahu bahwa sekarang itu membeli tiket telah sedemikian mudahnya. Ada banyak situs yang bisa digunakan untuk membelinya, bisa Traveloka, bisa pula Tiket. Nah, kebetulannya, saya dan istri dikenalkan dengan sebuah website sejenis yang usianya baru dan disokong oleh grup yang besar. Namanya reservasi.com.

Sudah saya tulis juga, kok, sebelumnya. Monggo kalau mau baca.

Anggapan saya, namanya juga startup baru dan sokongan finansialnya gede, boleh jadi akan rajin bakar uang. Artinya, penumpang akan menikmati indahnya perjalanan dengan ongkos yang bisa ditekan.

Benar saja, dengan kecerdikan seorang yang berkantong tipis, saya berhasil mendapatkan harga tiket yang ciamik. Periode rejeki yang pertama, saya membeli tiket berangkat. Memanfaatkan promo–kalau tidak salah–40.000 per transaksi, saya kemudian memecah pembelian tiket Citilink antara saya dan istri ke dalam dua order, sehingga masing-masing kena potongan 40.000.

Lumayan.

Dua pkan kemudian, dengan rejeki berikutnya, saya membeli tiket Pangkal Pinang ke Jakarta dalam diri Sriwijaya Air dengan diskon mencapai 11 persen. Tambah lumayan lagi. Total jenderal, tagihan saya tiada sampai 1,4 juta untuk berdua, pulang pergi.

Untuk semakin indahnya liburan, saya lantas memesan hotel. Hasil survei via aneka website, sekaligus menelepon langsung ke hotel guna menanyakan GOVERNMENT RATE, membuat saya berketetapan hati untuk memesan hotel juga via reservasi.com.

Apa pasal? Setelah saya menelepon, diketahuilah suatu harga untuk satu malam via government rate. Kemudian saya membandingkan harganya dengan harga terpasang di reservasi.com yang sudah memperhitungkan promo.

Lebih murah. Ya, sudah, ambil saja!

Maka, dengan ongkos tidak sampai 2,5 juta, saya dan istri telah memperoleh tiket Citilink untuk rute Jakarta ke Pangkal Pinang, menginap 2 malam di hotel Menumbing Heritage, dan kembali dari Pangkal Pinang ke Jakarta menggunakan Sriwijaya Air. Ya, walaupun 2,5 juta itu sebesar gaji saya sebulan, tetap saja rasanya murah.

Sejatinya hampir deg-degan tidak jadi berangkat karena persis seminggu sebelumnya saya berangkat dinas ke Denpasar. Untungnya justru itu. Dengan berangkat dinas ke Denpasar, saya bisa membelikan Verena oleh-oleh langsung dari Bali plus saya akan dapat mencicipi Pantai Sanur dan Pantai Pasir Padi dalam rentang waktu 7 hari saja. Pasti bakal keren!

Pukul lima pagi pada tanggal 22 Oktober 2016, saya dan istri sudah bersiap untuk kemudian membersihkan rumah dan lantas mengorder taksi online menuju Terminal 1C Bandara Soekarno Hatta di Tangerang, Banten. Perjalanan telah siap untuk dilaksanakan.

Nah, perjalananya bagaimana? Monggo disimak terus di blog ini, yha.

Ciao!

13 thoughts on “Lost in Bangka (1): Reservasi”

Tinggalkan komentar supaya blog ini tambah kece!

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.