Di balik gedung-gedung tinggi yang bisa disaksikan dari Tol Dalam Kota maupun Jalan Sudirman, rupanya tersimpan juga tempat dengan suasana sepi dan cukup mendukung untuk beribadah. Maka, #KelilingKAJ kali ini mencoba merambah tempat tersebut. Dapat diakses dari Jalan Bendungan Hilir, namun lebih gampang diakses dan memang masih merupakan daerah Pejompongan, dengan menunggang si BG saya akhirnya sampai ke Gereja Kristus Raja Pejompongan. Saya jadi ingat beberapa tahun silam di Paroki Ibu Teresa Cikarang, ada penggalangan dana dari umat dan Pastor paroki ini, ternyata hasilnya oke juga. Sebuah Gereja yang disebut sebagai Gereja Daun.
Untuk dapat mencapai Gereja ini, jalur termudah adalah lewat Pejompongan. Ketika ada perempatan, yang ke kanan ke LAN, belok kiri, kemudian ada perempatan belok kanan, lantas belok kiri lagi, kita akan ketemu bangunan bernuansa hijau yang persis berada di depan kantornya seorang politisi. Disitulah Gereja Daun berada.
Pada mulanya, kalau menurut kristusraja.com, Paroki ini dimulai dari kerinduan untuk bersatu sesama umat beriman pada daerah perumahan khusus pegawai negeri dari berbagai kementerian yang lantas dirintis dengan menjadi bagian dari Paroki Theresia dengan stasi yang terdiri dari wilayah Pejompongan dan Bendungan Hilir. Adalah Bapak L Pudjoatmoko yang bekerja di Departemen Agama yang mulai mengumpulkan warga Katolik dan mengundang Pastor Paroki dari Theresia dan dilangsungkan di rumah keluarga Bapak Drs. C. Soetrisno.
Ketika kapasitas sudah tidak cukup, maka selama sekitar lima tahun, ekaristi dilaksanakan di aula RSAL Dr. Mintohardjo yang memang cukup dekat lokasinya. Hingga pada akhirnya tahun 1964 didapatlah sebidang tanah dari Departemen Pekerjaan Umum seluas 1600 meter persegi untuk didirikan Gereja. Gereja pertama berukuran 18 kali 12 meter digunakan pada perayaan Paskah tahun 1967.
Gereja ini lantas menjadi Paroki tersendiri pada tahun 1968 dengan gembala dari Tarekat Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria (CICM). Kerjasama KAJ dan CICM pada tahun tersebut mencakup wilayah mencakup Pejompongan, Bendungan Hilir, Petamburan, Slipi, Gelora, Palmerah, Tomang, Kota Bambu, Kemandoran, Kemanggisan, Rawa Belong, dan Kebon Jeruk. Kesemuanya dibagi dua pusat yakni Pejompongan dan Slipi (Gereja Kristus Salvator).
Pembangunan Gereja yang lama menjadi Gereja Daun boleh dibilang menjadi oase di tengah gersangnya kota. Karena memang begitu letaknya. Boleh dibilang juga, kalau tidak lansia, penghuni Paroki ini kebanyakan adalah anak kos, baik itu karyawan sekitar Sudirman dan Pejompongan maupun anak Atmajaya.
Salah satu yang unik di Gereja ini adalah Pohon Salib Kristus, Patung Hati Kudus Yesus dan Bunda Maria karya I Wayan Winten, asli Hindu. Pohon Salib Kristus dibuat dengan batang pohon jati tua dengan ketinggian 8 meter dengan ekspresi Yesus yang hampir wafat.
Pastor dan rombongan petugas masuk dari bagian belakang karena sakristi tidak dekat dengan altar. Ada juga balkon paduan suara di bagian belakang, namun pas saya datang, kebetulan tidak ada nyanyiannya. Dan entah memang trennya begitu atau tidak, pada misa Minggu pagi pukul 07.00 itu sepi sekali. Bahkan saya tidak sempat merasakan upyuk-upyukan keluar Gereja dan keluar parkiran seperti yang sering saya alami di Gereja lainnya.
Altar di Gereja ini sungguh wah dan uwow, bahkan jika dibandingkan dengan Gereja-Gereja lain yang umatnya lebih banyak. Mungkin karena baru sekitar tiga tahun dibangun ulang. Dulunya memang Gereja ini selalu kebanjiran–begitu menurut pengakuan ketika ngomong-ngomong di Cikarang. Dengan pembangunan baru ini, sistem drainase juga ikut dibenahi. Maka, selain menuju parkiran menanjak, Gerejanya juga terletak di lantai 2. Oh, dan Gereja ini sangat ramah difabel dan ibu-ibu, lho.
Nah, untuk Gereja Kristus Raja ini boleh dibilang nggak ada halaman sama sekali, jadi Bunda Maria terletak di bawah, di lantai 1 dan kurang lebih tepat di bawah salib Yesus. Kalau saya pengen menjuluki, ini adalah Bunda Maria di parkiran. Agak berbeda dengan Bunda Maria di beberapa Gereja lain yang saya sebut sebagai Bunda Maria di keramaian. Patung Bunda Maria di Kristus Raja ini bagus sekali, termasuk tempat lilin adalah air. Yes, diapungkan di air yang ditampung dan lilin itu akan mengelilingi Bunda Maria. Cool!
Perayaan Ekaristi di Gereja Kristus Raja dilaksanakan pada hari Sabtu pukul 17.30, Minggu pukul 07.00 dan 09.00, bonus misa Bahasa Inggris pukul 11.30.
Kiranya demikian #KelilingKAJ versi Dekenat Jakarta Pusat, yang berarti untuk daerah Pusat sudah saya datangi semua, namun yang tiga belum ditulis. Heuheu. Sampai ketemu di keliling-keliling Keuskupan Agung Jakarta berikutnya!
4 thoughts on “Oase Sunyi di Pejompongan”