Tiesa’s Thought: Musuh Dalam Selimut Itu Berjudul Koneksi Internet

LDR_Banner

Selamat sore waktu London, pemirsa ariesadhar.com sekalian. Salam kenal dari saya! Well, maybe perkenalan ini sangat terlambat, tapi just in case anda sekalian penasaran sama saya, boleh ditengok lagi postingan author blog ini tentang Braga Culinary Night. Yah, kira-kira saya ada di bagian dimana ongol-ongol disebutkan. Haha.

Jadi ceritanya saya sama bapak-bapak author ini sedang LDR. Ya ampun, mainstream banget ya! Gimana nggak mainstream, lagu buat kaum LDR ini sudah banyak sekali, mulai dari Mbak Raisa sampe Avenged Sevenfold aja mendedikasikan lagu mereka buat kami. Sayangnya, belum ada lagu yang didedikasikan untuk membahas salah satu poin krusial dalam LDR: koneksi internet.

Sebagai pasangan antar benua antar negara antar propinsi antar kota, komunikasi via dunia maya adalah satu-satunya cara buat kami tetap catch up satu sama lain. Terimakasih kepada semua penemu aplikasi messenger dengan fitur video call! Saya jadi bisa saling memandang sama bapak ini. Seperti sudah saya utarakan dalam surat pertama saya, saya bisa gila deh kalau cuma liat muka dia setahun sekali. Dan koneksi internet tentu saja salah satu faktor yang membuat semua komunikasi ini bisa berjalan lancar.

Sore ini saya cukup kesal karena si koneksi internet ini. Lagi kangen berat sama pacar, pengen ngobrol banyak (apalagi tadi baru dapat pengalaman kerja di hospital sini, so many things to be told to him!), pengen liat mukanya yang kaya kentang (kentang cakep), tapi hampir sejam kerjaan kami cuma mencari cara gimana bisa terkoneksi dengan baik. Pertama coba messenger S (like we always do), terus coba F, terus coba H. Semuanya nggak ada yang kece. Duuuh!

Nggak tahu juga mau nyalahin siapa. Should I put the blame to lambatnya koneksi internet di negeri tercinta (karena katanya kan ‘internet cepat, buat apa?’. Okay, I’m being sarcastic here, pardon me)? Tapi bisa juga koneksi saya yang lambat dan nggak stabil. Mungkin angin kencang (kencang!) di kota ini membuat koneksi jadi amburadul, kan bisa aja. Pada akhirnya, kami memutuskan ini bukanlah waktu yang tepat buat video call-an, and we should try it again another time (yang mana suka susah dicari karena perbedaan waktu adalah masalah kedua di LDR antar benua).

Tapi anak hebat nggak boleh menyerah sama keadaan dong! Maksudnya, gimanapun koneksi internetnya, yang penting relationship-nya. Harus tetap dijaga, di-maintain juga. Kalau katanya cinta pasti pake telepati hati juga bisa. Haha. Seburuk-buruknya, masih ada merpati pos yang siap mengantar surat saya ke Jalan Percetakan Negara Jakarta kok.

Be strong, LDR-ers dimanapun Anda berada. Salam manis dari angin-angin gelebug di kota ini!

Advertisement

[Review] Tetangga Masa Gitu?

Satu nama ini memang selalu mampu ‘mengubah’ pertelevisian Indonesia. Ya, namanya Wishnutama. Sesudah menggebrak dengan Trans TV–kemudian menyusul Trans 7–dia kemudian hengkang dan tahu-tahu tiba di sebuah stasiun TV baru yang tampak aneh karena mencoba merebut ceruk iklan di kompetisi pertelevisian yang padat. Namun ,belum apa-apa, stasiun TV itu sudah bikin launching yang LUAR BIASA MEWAH. Saya mencoba menonton televisi itu beberapa kali, tapi mungkin hanya Sarah Sechan yang bisa mencuri perhatian. Ya, stasiun TV itu adalah NET.

Tunggu punya tunggu, akhirnya NET punya juga sebuah masterpiece. Diusung M. Ikhsan di Production Head, Yenni Pujiastuti di Produser, Nunung Kusuma Wardhani di bagian Creative, dan Fatur Rachman di Production Assistant, muncullah sebuah tayangan andalan setiap jam 7 malam. Sebuah jam yang sangat berani untuk melawan stasiun TV lain ketika kemudian ada hewan ganteng. Yup, liat NET jam 7 malam, setiap Senin sampai Jumat, maka kita akan berkenalan dengan Angel, Adi, Bintang, dan Bastian di Tetangga Masa Gitu?

dOUi2zFn_400x400

Garis besar ceritanya ada pada empat orang dan dua rumah tangga. Angelica Schweinsteiger (diperankan oleh Sophia Muller), seorang pengacara kaya, yang sudah menikah selama 10 tahun dengan pria bernama Adi Putranto (diperankan oleh Adi Dwi Sasono), seorang pelukis yang cenderung pengangguran. Lihat saja, dua nama kondang ini ada di skenario, bagaimana tidak menarik?

Selanjutnya, Mbohae!