Letter #1

LDR_Banner

London

Dear Mas Arie,

It’s been two weeks! Two weeks since our last hug, since the last time I could have your hands on mine. I am so missing you!

Dua minggu ini rasanya berlangsung sangat lambat buatku. Rasanya tiap saat aku menghitung hari, kapan bisa balik ke Indonesia. Dua hari pertama adalah hari terberat buatku. Sampai di kota yang benar-benar asing setelah tujuh belas jam duduk di bangku pesawat terbang, disambut dengan hiruk pikuk kota metropolitan dengan segala hal yang serba cepat, menghadapi perbedaan waktu. Waktu baru pertama sampai dorm pun, aku cuma sempat taruh koper aja, habis itu langsung pergi ke toko yang jual bantal dan lain-lain. Capek! Haha…

But life must go on! So I told myself, I am here now, let’s not grieving, let’s start to live a life. Untunglah, sekolah sangat menyenangkan. Materinya, pengajarnya, suasananya. Kelasku isinya international student semua, and it’s nice to hear their stories about their respective country. Temanku dari Finlandia bilang dia pernah hidup di suhu -40 derajat, temanku dari Kenya cerita dia bisa lihat zebra dan jerapah di halaman rumahnya, temanku dari Hongkong (iya, yang kamu bilang cantik itu) cerita soal bagaimana hidup sebagai farmasis di negaranya.

Although it’s fun, it’s challenging as well. Bayangin aja, 180 credits dalam 3 term alias 12 bulan! Mabok, mabok deh. Bener-bener harus rajin belajar sendiri, harus exploring something new juga. Dan kadang-kadang, aku merasa nggak percaya diri sama diriku sendiri. Bisa nggak ya, aku melewati semua ini. Bisa nggak ya, aku lulus. Hahaha…

Untung aja ada mas pacar yang selalu nemenin aku belajar. Via Skype. Thank you for stay alive until late night supaya bisa Skype sama aku yang jam segitu baru pulang kuliah ini. Melihat wajah kamu dari layar tablet memberi suntikan semangat buatku, semangat untuk lulus dengan baik dan pulang ke Indonesia dan bertemu denganmu. Yay! Bener-bener terimakasih banget ya sama kemajuan teknologi informasi zaman ini. Kayanya aku bisa gila deh kalau cuma bisa liat muka kamu setahun sekali.

Mas, lagi dingin nih hari ini. Hujan pula. Cuaca London itu ibaratnya suasan hati aku pas lagi PMS. Unpredictable at its max level. Kemarin cerah ceria, hari ini super kelabu. Dingin-dingin sendirian di kamar, terus kangen deh sama kamu. Pengen nge-pukpuk rambut barunya yang botak itu haha. Anyway, terimakasih karena sudah melaksanakan ‘titah’ saya buat potong rambut ya. Pokoknya kamu cakep kalau rambutnya pendek. Hehehe.

IMG-20141001-WA0013

Ngomong-ngomong, malem Minggu nih. Semangat ya, buat aku, buat kamu. Seperti biasa, kita malam Minggu-an via dunia maya aja yah hehe. Jangan lupa makan malam. Jangan lupa bersihin kamar. Jangan lupa shaving. Jangan lupa makan buah sama sayur harus ada setiap hari di menu makanannya ya.

Hugs and kisses from London,

Love,
Tiesa

* * *

Jakarta

Dear Tiesa,

Nota dinas ini saya kirimkan… eh… salah ya? Hmmm, harap maklum, tuntutan pekerjaan mengedarkan nota dinas ke bagian-bagian terkait. Ya sudahlah, namanya juga kembali fitri.

Beberapa hari ini aku lewat Kramat, stasiun andalan buat macar. Baru ngeh juga sudah sebulan nggak jadi penumpang KRL Commuter Line KMT-TNB, lanjut TNB-PDJ. Udah lumayan lama juga. Aku kan rindu ngecengin mbak-mbak di kereta. #ups #ditabok

Nggak ada yang terlalu baru dua minggu ini. Palingan cuma kabar si BG yang akhirnya dicuci sesudah berbulan-bulan lamanya. Juga kabar bahwa si BG sudah diisi Shell V-Power, yang paling mahal. Terus apalagi ya? Oya, si BG tetap jadi tempat tidur yang nyenyak untuk wanita dari kalangan kucing kampung. Oh, dan masih belum ada wanita lain dari spesies manusia yang menumpang di joknya si BG, selain wanita yang sudah-sudah. Yang utama dan terutama tentu kamu 🙂 Ya, kira-kira begitu.

Tanggal 1 Oktober kemaren jadi komandan upacara (lagi), cuma karena kostumnya nggak kece jadi fotonya tidak disebarluaskan supaya tidak beredar di Instagram kamu. Soalnya seragamnya mirip office boy Hotel Balairung Matraman, cuma kurang rompi merah sahaja. Terus apalagi ya? Oh! Akhirnya sesudah 7 bulan absen, bisa ikut misa Jumat Pertama lagi. Nggak sedekat Titan ke Sanmare, tapi yang pasti nggak sejauh Jababeka ke Trinitas. Malu juga, sih, giliran jauh rela-rela saja dijabanin sampai pernah kecelakaan. Giliran sudah terbilang dekat, malah absen. Sebagai lelaki bertampang santo gagal Jumat Pertama selama itu sebenarnya bukan pencapaian yang baik. Heu.

Yaudah. Sekolah yang bener ya. Jangan ngecengin bule, ingat kalau sudah dibiayain sama negara, jadi kamu juga harus setia sama negara. Salah satu bukti setia pada negara adalah setia pada abdi negara. Salah satu contoh abdi negara adalah CPNS. Jadi, untuk membuktikan kamu setia dan sayang sama negara, kamu harus setia dan sayang sama CPNS. Nah, salah satu CPNS itu adalah pacar kamu. #okesip

Hugs and kisses (wah, nggak enak kalau dibaca yang belum cukup umur) from Jakarta Pusat bagian dusun,

Love,
ArieSadhar

Advertisement

Antara Brunswick Square dan Percetakan Negara

Halo pemirsa ariesadhar.com yang saya cintai! *cipoksatusatu*

Mungkin banyak yang suka baca tulisan tentang jomlo di blog ini. Iya, memang banyak. Sebagian diantaranya adalah curhatan pribadi. Sebagian lainnya adalah semata-mata hendak ngenyek jomlo. Iya, jelek-jelek begini saya punya pacar loh!

Terima kasih kepada Rian Chocho yang akhirnya membalas budi terhadap campur tangan saya tujuh tahun yang lalu. Kok terima kasih? Terima kasihnya karena sudah turut serta dalam kenalnya saya dengan seorang gadis yang kemudian secara tiba-tiba ada di seluruh hidup saya. Satu hal yang pertama kali dibilang oleh teman saya yang playboy itu adalah  bahwa gadis itu suka menulis. Otak saya seketika berputar dan berharap bisa kolaborasi nulis buku, laku, lalu kalau poinnya cukup bisa jalan-jalan ke Paris. #loh

Sejak punya pacar, saya nggak pernah men-state secara jelas di blog ini. Siapa sih dia? Bagaimana kami lalu bisa pacaran? Awalnya, saya cuma takut, nanti kalau (amit-amit) putus, saya bakal kerepotan menghapus semua post yang ada namanya dia. Tapi setelah melihat blogger lain dengan pede memperlihatkan kebahagiaan hubungan mereka. Kenapa saya nggak?

Kebetulan, pacar saya sedang sekolah di London. Gile, saya seumur-umur mimpi paling tingginya sekolah di UGM, si pacar malah sudah kuliah di London, di sebuah universitas yang mirip sekolahannya Harry Potter. Iya, memang dekat sama stasiun tempat si Potter berangkat itu loh. Tanah Abang.

*kemudian hening*

Saya merasa sayang saja kalau cerita LDR ini tidak didokumentasikan. Ehm, ngomong-ngomong LDR, kok berasa ditakdirkan akrab dengan LDR ya. Cuma sekali saya nggak LDR, sisanya ada bau-bau LDR. Cerpen saya di buku antologi pertama juga berhawa LDR. Karin, tokoh di cerpen itu, adalah cewek yang LDR sama Barlian. Buku antologi ketiga saya malah judulnya ‘Curhat LDR’. Sudah terang benderang begitu judulnya.

Yah, dalam rangka mengabadikan momen hubungan yang dipastikan tidak mudah ini, maka mari kita sambut segmen baru di blog ariesadhar.com ini. Namanya harus kece kayak pacar saya: Antara Brunswick Square dan Percetakan Negara! Ini mengacu pada tempat kami sehari-hari menghabiskan waktu. Oh iya, dua tempat yang jadi judul itu sama-sama dekat stasiun berawal huruf K. Brunswick Square dekat dengan King’s Cross, Percetakan Negara dekat dengan…

Kramat. Anggap saja setara. *ngampet ngguyu*

So, kalau ada posting yang diawali dengan banner ini:

LDR_Banner

Maka itu cerita kami. Semoga pembaca ariesadhar.com yang terkasih bisa memetik sesuatu, menghina saya (karena LDR), atau apapun asal jangan ngegodain pacar saya, kalau ngegodain saya sih boleh.

Selamat membaca!

Supir APB 04 Yang Ramah

Kantor saya sekarang berada di sekitar Jalan Percetakan Negara. Salah satu angkot yang beredar adalah Angkutan Pengganti Bemo nomor 04 jurusan Salemba hingga Rawasari pulang pergi. Dimulai dari depan YAI (seberang UI), masuk di dekat Sevel, terus lewat Rutan Salemba dan menyusuri Jalan Percetakan Negara sampai habis hingga kemudian sampai di sekitar Rawasari sebelum perempatan bawah tol. Sehubungan dengan kemalasan saya naik motor di Jakarta, jadilah si BG lebih banyak diam. Mobilitasnya jauh menurun dibandingkan waktu saya di Cikarang yang bisa pulang pergi Jababeka Lippo sehari dua kali kalau weekend.

Tidak ada yang istimewa ketika saya menaiki APB 04 ini. Semuanya biasa saja. Supir-supir yang main suruh orang turun di kemacetan rel antara Sentiong-Kramat juga ada. Pokoknya impresinya kalau nggak biasa, ya buruk.

Sampai ketika saya naik APB 04 yang ini.

IMG20140919115119

Dari luar, dia seperti APB 04 pada umumnya. Sampai kemudian di kompleks Bank Mandiri ada sekelompok pelajar turun.

Selanjutnya, Mbohae!