Cocok

Ada banyak hal yang disebut cocok dan tidak, di dunia ini. Sebutlah saya (apalagi) dengan mantan yang nomor 3, dari sisi warna kulit dan kesukuan sudah bisa dibilang tidak cocok.

*menebar misteri*

Tapi ada ketidakcocokan yang sifatnya kekal bagi saya, dan itu adalah soal pedagang makanan. Ehm, kekal sih, tapi ada beberapa yang tidak mutlak, plus beberapa yang mutlak.

YANG MUTLAK

1. Beli makanan di Lapo, dan dilayani oleh orang JAWA

Saya nggak diskriminatif, karena di dalam diri saya ada darah Batak dan Jawa. Tapi coba deh, datang ke Lapo, lalu melihat orang-orang ngobrol dengan bahasa, “uopoo kowe? edan po?”

Kenikmatan sayur pucuk ubi tumbuk itu akan lenyap seketika. Saya buktikan sendiri di Cikarang sini.

2. Beli makanan sejenis gudeg, dan yang jual orang BATAK

Ini juga nggak diskriminatif. Tapi coba bayangkan opung-opung berulos yang melayani penjualan gudeg? Bayangkan sajalah, saya sih sudah akan kabur kalau begitu. Ada esensi yang hilang dari kehidupan. Gudegnya mungkin nggak akan manis lagi.

Ini prediksi, maklum belum pernah ketemu.

YANG TENTATIF TAPI KADANG MENGGANGGU

1. Beli Sate Padang, yang jual orang Jawa

Ini terjadi ketika saya coba-coba refresh bahasa, dengan menggunakan bahasa Minang ketika membeli. Dan ditimpali dengan bahasa Jawa. Nggak ada larangan orang Jawa jualan sate Padang, tapi hak konsumen dong untuk memilih penjual sate Padang yang asli Padang. Haha.

2. Beli Nasi Padang, yang jual orang Jawa

Ini buanyakkkkk. Dan mau nggak mau saya akan makan disana. Tapiiiiii, kalaulah saya bisa memilih, maka saya akan pergi ke pedagang Nasi Padang yang asli Padang. Persis di tempatnya Nova, yang ironisnya mau tutup, disitu rasanya beda. Padang abis.

3. Beli Pempek, yang jual bukan orang Palembang

Ada 2 pempek jalanan yang pernah saya beli, dan saya selalu tanya, “asli Plembang?”. Yang satu asli, yang satu cuma dagang pempek doang. Kalau yang ASLI, walaupun cuko-nya tetep asem, tapi entah kenapa rasanya jadi beda. Hahaha. *wagu ncen*

Ini tidak hendak diskriminatif kok, karena saya Jawa Batak, dan pernah hidup di Minang plus Palembang. Karena sudah tahu nyicipin aslinya, pasti ada kehilangan kalau tahu yang jual itu nggak asli orang sana.

Sekali lagi, nggak salah kok orang kerja, jualan, dan sebagainya. Tapi ini hanya hak konsumen untuk memilih mana yang cocok. 😀 😀

Advertisement

Tinggalkan komentar supaya blog ini tambah kece!

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.