Tentang Lovefacture (3)

Komentar dan masukan adalah aspek yang sangat berharga bagi seorang penulis, apapun itu baik atau buruk.

Ingat di awal-awal bahwa si Tere yang membaca dan membongkar siapa sih tokoh sebenarnya di balik Lovefacture. Alhamdulilah ini memang fiksi semata, jadi dikorek-korek gimana juga ya fiksi. Beda sama Alfa. Hehe.

Ingat juga ketika si Coco, nyaris tengah malam nge-whatsapp, berkomentar soal status Alex dan Bayu, berikut Grace dan Eta. Kalau sampai tahu, berarti baca. Dari situ saya senang juga.

Tentu lebih ingat lagi ketika si Tere (lagi) berkomentar soal alur yang agak sedikit janggal. Well, namanya kritik dan tidak dipuji itu teringat banget, apalagi buat si melankolis ini. Tapi itu oke, sudah saya catat untuk jadi masukan ketika hendak mengedit.

Lalu juga ketika Desti, yang namanya saya pinjam buat tokoh kasih komen kalau bab putusnya Alex dan Eta itu apik. Lha, putus ngono tok kok apik? Hehe. Terserah, itu kan komentar pembaca.

Barusan juga kang DP kasih komen apik pada Lovefacture. Sebuah komen yang mengingatkan saya bahwa sesudah menuntaskan bab 41, saya belum mengedit kompilasinya. *haduh*

Senangnya bahwa saya punya pembaca, apalagi pembaca yang dengan rela hati mentions, nge-FB, atau bahkan nge-whatsapp saya sekadar ngomongin cerita Lovefacture ini. Sesungguhnya, hal itu bermakna banyak buat saya.

*brb ngedit*

*deadline melanda*

😀

Advertisement