Tag Archives: twitter

5 Tanda Ketika Cinta Diam-Diam Ketahuan

CintaDiamDiam

Ah! Salam galau dulu buat para pelaku cinta diam-diam, sebuah tataran mencintai yang paling indah, sekaligus paling pekok. Bentuk mencintai yang paling tulus, sekaligus paling absurd kayak OOM ALFA. Tahapan berharap yang paling sempurna, sekaligus paling pahit. Semacam membeli reksadana cuma untuk ketenangan hati, dan nggak mengharap return. Salam galau saya bukan saja buat pelaku cinta diam-diam yang masih jomblo loh ya. Juga termasuk kepada pelaku cinta diam-diam yang hatinya bukan pada pasangannya. Selamat menikmati!

Nah, soal cinta diam-diam ini memang bagian khas dari riak-riak dunia. Jatuh cinta itu adalah suatu kewajaran bagi anak manusia, bahkan bagi yang sudah punya pacar, sudah menikah, sudah beranak dua, sudah beristri tiga, hingga sudah bercucu empat belas. Masalahnya, kewajaran itu belum tentu ditindaklanjuti. Sebagian dari perasaan cinta itu tidak akan menjelma menjadi apapun. Perasaan cinta itu hanya akan terpendam saja, tidak kemana-mana. Perasaan cinta itu hanya menjadi kabar gembira bagi diri sendiri, berbeda dengan kulit manggis yang kini sudah ada ekstraknya.

Mbohae!

Advertisement

[Interv123] Calon Pegawai Nihil Setoran

Namanya juga bayar utang, jadi dikebut! Kalau kemaren kita bertemu dengan pegawai pajak yang statusnya sudah PNS sejak lahir, sekarang kita berjumpa dengan seorang calon pegawai nyari nihil setoran bernama Rido Arbain. Ya, dalam masa-masa tertentu dapat disapa sebagai Rido G. Bastian. Memang Rido suka menggantikan Vino khusus adegan ranjang semisal ketiban ranjang, ranjang kebakar, atau–yang paling umum–membersihkan ranjang.

Kenapa Rido? Kenapa bukan Paimin atau Tukirin? Tentu saja, tamu interv123 tidak pernah biasa-biasa saja. Rido pernah satu buku dengan saya di Radio Galau FM Fans Stories, dan sebagai seorang CPNS yang bukan Raditya Dika, jumlah follower-nya terhitung lumayan, plus aktivitas ngetwitnya mengagumkan. Coba saja follow @ridoarbain, atau tengok blognya ridoarbain.com

RGFM Fans Stories: Rido Galau FM Fans Stories
RGFM Fans Stories: Rido Galau FM Fans Stories

Yuk, kita mulai dengan pertanyaan LIMAWESATUHA!

YUK!!!!

Tentang Tweet #gombal

C: kamu anak farmasi kan? | D: iya, knp? | C: tolong ukur kadar cintaku padamu dong #analisis #gombalfarmasi

Kenapa dengan percakapan di atas? Kalau bukan anak farmasi, atau kimia, atau sejenisnya, mungkin sulit paham. Inilah yang membuat saya mencoba membuat beberapa jenis twit gombal. Bisa dicek dengan hashtag #gombalpabrikobat, #gombalapotek, #gombalgudang, #gombalauditor, dan #gombalfarmasi.

Sebenarnya semua dimulai dengan iseng ini:

Gombal pabrik obat:
A: kamu kerja di lini injeksi ya?
B: kok tahu?
A: soalnya mau masuk ke hatimu susah banget, banyak prosedurnya..

Setelah mengetik gombalan di atas yang ngenes ini, saya mulai merasa bahwa ilmu ini bisa dihantarkan dalam wahana yang beda. Bagaimana mencerna lini injeksi pabrik obat? Mulai kurang samar karena ada pernyataan bahwa mau masuk ke lini injeksi itu banyak prosedurnya. Lanjutnya? Ya monggo dicerna sendiri.

Saya nggak hendak mengejek seseorang, sumpah tidak. Justru itu saya pilih ilmu dan bidang yang saya tahu di berbagai jenis #gombal di atas. Saya nggak pakai latar pabrik metal, orang retail, dll. Saya pakai bidang saya, farmasi, gudang, hingga ke pabrik obat secara umum.

Membuat tweet macam ini, meski tidak dibaca orang banyak, tapi penting untuk refresh ilmu saya yang mulai hilang. Sekaligus mencerna kelakuan sehari-hari menjadi senyum orang lain.

Demikian sedikit tentang twit-twit saya hari ini 🙂

Senja Di Matamu

Batu kali yang sedikit tajam dan tidak licin adalah peraduan yang tampak pas sore ini. Aliran sungai yang masih jernih terdengar gemericik penuh dilema. Aku memasrahkan pantatku pada batu sebagai tempat bersandar. Mataku menerawang ke sekeliling.

Tempat ini sudah berbeda.

Masih kuingat ketika kita menikmati masa bersama-sama di aliran sungai ini. Ya, bersama-sama dengan yang lain tentunya. Sebuah kebersamaan yang indah dibungkus oleh kenyataan bahwa aku tidak bisa mendekatimu. Ironi dibalik senyuman. Tak apa, sejauh aku bisa dekat denganmu, itu adalah kebahagiaan terbesar.

“Rrrrttttttttttt….”

BB-ku bergetar. Mentions. Ah, hari gini, bahwa mentions di Twitter saja sudah dibuat sepenting SMS dan telepon. Mentions itu paling menarik, tapi kurang menarik kalau semata RT tanpa komen. Yah, tak apa juga sih, RT itu kan bentuk apresiasi. Sayangnya, kamu tidak bisa RT semua Tweetku, karena tidak ada namaku di Timeline-mu. Mau mentions kamu, aku malu. Jadi ya sudahlah. Mengecek timeline-mu adalah bentuk hiburan yang tak kalah indahnya dari duduk di batu kali ini.

Sehelai daun jatuh, aku melihatnya dengan jelas. Aliran air membawanya turun mengikuti gravitasi. Tampaknya daun ini bisa sampai ke laut kalau beruntung. Mungkin di laut dia bisa bertemu dengan dunia yang lebih luas. Dia bisa menikmati hidupnya sambil santai kayak di pantai.

Tapi lebih baik kalau kusapa sejenak.

Daun itu kuambil, kuangkat setengah meter dari permukaan air, kubersihkan, dan kupandangi. Ini daun sendirian, terlepas dari batangnya, hendak mencari kehidupan di tempat lain. Mirip sekali denganku. Huh…

Senja mulai turun. Aku suka sekali ini. Menikmati senja di atas batu dibantu gemericik aliran air. Sungguh alunan melodi alam yang tiada duanya. Senja sekali mengingatkanku pada hari itu.

Sebuah senja, bertahun-tahun silam, aku dan kamu, berdua di tempat ini, dalam keramaian teman-teman kita. Aku dan kamu yang duduk terdiam menanti senja. Sesekali saling menatap. Sebuah senja yang sederhana, penuh diam, dan terbenam pada perasaan yang tidak terungkapkan.

“Kita akan selalu jadi teman baik kan?” katamu.

Aku hanya menganggukkan kepala.

Aliran airnya masih sama. Senjanya juga demikian. Hanya satu yang beda, aku sendirian di tempat ini, menikmati keadaan di sekitarku. Alunan air bisa mengingatkanku bahwa air tidak setiap kali akan masuk muara dan laut. Air bisa saja menunggu lama sebelum sampai ke laut. Di jalan bisa diambil orang. Seperti itulah aku memendam rasa kepadamu.

Dan senja bersiap menutup hari. Aliran air membasuh kakiku yang berjalan ke tepian. Aku berharap air ini akan sampai ke laut. Janganlah seperti aku, hanya mengikuti aliran air itu, menanti di titik yang sama ketika diambil orang, lalu berjalan kembali ketika orang sudah membuang air itu. Air ini berhak diperlakukan lebih berharga. Kamu juga.

Dan senja menutup hari, ketika aku tidak dapat lagi melihat aliran sungai itu.