Ketika Anak Keminggris

Sejak kuliah lagi, yang terbayang oleh saya sebenarnya adalah kehidupan yang sangat akademis. Ya, sebenarnya sudah lumayan terbentuk di semester 1. Ketika itu, saya berangkat ke kampus untuk menyediakan waktu 3-4 jam di perpustakaan guna mengerjakan paper. Kadang-kadang, saya juga ke kampus Depok untuk pergi ke perpustakaan yang lebih besar. Terbayang juga untuk saya bisa mengikuti acara-acara akademis yang tersebar di penjuru Jakarta karena saya punya waktu untuk itu.

Pada saat yang sama, anak tetap di daycare. Sore hari dijemput sama istri. Pendidikan dia akan terjamin karena sejauh ini dia cukup oke kinerjanya di daycare. Nyaris nggak ada masalah berarti selain menggigit anak orang. Itupun sebenarnya karena dia diganggu terlebih dahulu.

Saya dan istri bahkan sudah punya perencanaan indah. Istri ikut conference di Singapura. Saya yang kebetulan liburan semester akan punya fleksibilitas untuk turut serta dan kami bisa liburan ke Singapura. Gambarannya, Singapura adalah negara pertama yang akan didatangi oleh Isto. Kami bahkan sudah menyiapkannya paspor. Ya, teman-temannya se-daycare sudah main ke Jepang sampai Perancis, sementara Isto paling jauh Jam Gadang. Sebagai orangtua, kami tentu ingin bikin anak senang dan tampak keren.

Apa daya, manusia hanya bisa berencana. COVID-19 kemudian menjadi penentu.

Semester 2 saya lewati lebih dari separo periodenya dengan kuliah sembari menjaga anak. Bikin paper tentu tidak bisa di perpus, jadilah di rumah saja. Sambil kadang-kadang diganduli untuk dibilang, “Papa jangan kuliah…”

Isto mana tahu kalau sampai saya telat lulus, pos anggaran terbesar yang terancam untuk digunakan (karena beasiswa saya tidak terima telat lulus) adalah biaya pendidikannya. Amit-amit. Jangan sampai, deh.

Ya begitulah. Mau tidak mau, anak saya betul-betul harus terikat dengan YouTube. Tidak di HP, sih. Saya dan istri membeli Smart TV Box sehingga YouTube-nya di TV. Mahal sedikit nggak apa-apa, yang penting gede. Pada periode tertentu kadang-kadang saya pakai streaming badminton juga, seperti pas Suhandinata Cup 2019. Enak nontonnya. Gede.

Pada saat dia terjebak bersama saya di rumah karena daycare-nya tutup dan kemudian ya akhirnya tutup permanen, usianya belum 3 tahun. Sekarang sudah lewat 3 tahun. Usia yang sangat krusial untuk masuknya hal-hal baru. Dan dampaknya terasa betul sekarang. Ya, gara-gara sebagian hidupnya terpaksa harus bersama YouTube, maka anak saya benar-benar keminggris ngomongnya. Tanpa perlu saya diajari.

Tayangan yang dia tonton adalah Peppa Pig, Blippi, dan sekarang Octonauts. Yang Octonauts sih baru ya, belum terasa dampaknya. Tapi kombinasi Peppa Pig dan Blippi betul-betul sangat meng-influence dia. Isto sering sekali storytelling dengan kata-kata Blippi, seperti “I show you…” atau “Here we go!” atau yang agak mirip “Hmmm, let’s do….” Demikian pula dengan kata-kata dan konteks yang ada di Peppa Pig, seperti kalau menerima makanan baru, dia sering bilang, “Hmm, delicious…”

Berhitung pun sudah lancar, tapi ya dari one sampai twenty, bukan satu sampai dua puluh. Kemarin kami beli paket sekolah daring yang elemen pengantarnya pakai bahasa Indonesia, ya anak saya berasa nggak nyambung. Padahal ya bisa, cuma pakai English.

Pada satu sisi ya saya senang-senang saja. Toh selama ini dia juga saya ajak ngobrol Bahasa Indonesia, kok. TOEFL saya kan 700 dari 3 kali tes, jadi memang penguasaan Bahasa Inggris saya nggak bagus-bagus banget. Emaknya sebagai lulusan Inggris yang sudah pasti keren. Ketika kemudian anak saya belum bisa berhitung satu, dua, tiga, dst tapi bisa one, two, three ya saya biasa aja juga. Kadang-kadang saja agak berpikir keras bagaimana kelak dia ketika masuk sekolah.

Ya mau bagaimana lagi? Ini konsekuensi. Toh menurut saya, pengaturan sekarang boleh dibilang berkat. Pas pandemi, pas saya kuliah, pas bisa daring pula. Jadi saya bisa menjaga anak saya dari dunia luar yang sedang kejam-kejamnya. Kalau kejadiannya pas saya sudah aktif lagi, boleh jadi daycare adalah pilihan tunggal yang tidak bisa dielakkan.

Jadi, kalau anak keminggris gimana? Kata saya ya udah, mau diapain lagi~

Tinggalkan komentar supaya blog ini tambah kece!

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.