Ealah. Hari gini kok ya masih ngomongin jodoh? Seumur saya sudah waktunya ngomong pelunasan apartemen, padahal. Ya mau bagaimana lagi, posting paling top dan selalu trending di blog ini ya tanda-tanda jodoh. Hal itu membuat saya yakin bahwa sampai saat ini banyak yang mencari jodoh via Google. Nah, berhubung salah satu posting yang juga viral dari blog ini adalah tentang paduan suara mahasiswa, kenapa tidak menggabungkan keduanya? Jodoh yang adalah anak paduan suara mahasiswa. Keren, kan? Makanya, simak nih alasan-alasan penting bahwa anak paduan suara mahasiswa itu memang adalah jodoh yang tepat. Sambil menyimak, boleh loh mengunduh buku saya yang judulnya OOM ALFA di Playstore. Heuheuheu.
1. Suaranya (Pada Umumnya) Bagus
Oke, saya mungkin bisa dikecualikan. Suara saya nggak bagus, suara saya bas, nggak pakai ‘gu’. Ya, tahulah bahwa punya pasangan bersuara bagus itu punya nilai positif untuk kebahagiaan. Untuk jangka panjang, bisa diharapkan menurunkan gen anak yang bisa menyanyi, sehingga nanti kalau lomba di sekolah nggak malu-maluin. Dalam jangka pendek, kalau cewek punya cowok anak paduan suara, bisa minta dinyanyikan lagu romantis. Ehm, yang begini agak susah, sih. Namanya juga paduan suara mahasiswa, biasa nyanyi bareng-bareng, kalau nyanyi sendiri hampa. Oke, ini ngeles. Suara yang bagus itu pula yang dapat menjadi kebanggaan kita kalau-kalau nanti si pacar atau suami atau istri didaulat menyanyikan lagu Dewa di kawinan, “Ingin kubunuh pacarmuuu….”
2. Pekerja Keras
Dalam buku berjudul “Aku dan Cantus Firmus” yang sampai sekarang juga masih terbit di Nulisbuku (ini boleh juga dibeli), saya memaparkan dengan jelas bahwa menjadi anak paduan suara mahasiswa itu komplit. Dalam sebuah konser misalnya, anak paduan suara mahasiswa terlibat di penataan panggung dalam artian menggotong stage. Mereka juga gotong royong make-up, pun mereka juga berkolaborasi ciamik mengurus kostum. Kemudian mereka menyanyi, dan sesudah itu mereka sendiri yang akan memberi kursi penonton. Anak paduan suara mahasiswa itu artisnya, tapi mereka juga kulinya. Dengan etos kerja yang semantap itu, masih nggak yakin hendak menghabiskan masa depan bersama anak paduan suara?
3. Memahami Proses
Suatu hubungan pacaran, tunangan, apalagi rumah tangga, adalah sebuah proses. Ada riak-riak yang akan menyertai di sepanjang jalan dan untuk menyikapinya butuh sikap dewasa. Menjadi anak paduan suara mahasiswa yang lolos seleksi alam, secara otomatis berarti seseorang itu telah menjadi manusia yang memahami proses. Semua anak paduan suara mahasiswa tahu bahwa penampilan di panggung yang dikasih tepung tangan itu mungkin adalah perulangan keseribu yang mereka lakukan, dihitung dari pertama kali mereka menerima sebuah teks lagu. Ada teks lagu, baca not dulu, kemudian kata-kata, lantas dinamika, lanjut koreografi hingga kemudian blocking di panggung. Ketika baca not, mungkin bisa kayang empat puluh tujuh kali tetap ada saja yang salah, kalau salah yang diulang. Kata-kata nanti bisa lupa, kalau lupa diulang lagi. Bahkan diduga, dalam periode sejak mereka menerima teks pertama kali hingga mendapat tepukan, mereka telah ganti gebetan sebanyak tiga kali. Anak paduan suara mahasiswa–sekali lagi–umumnya sangat menghargai proses dan kiranya demikian pula dengan menghadapi proses bertumbuh kembang dalam sebuah hubungan. Ada masanya marah, itu semacam marah karena gagal melulu baca not. Ada masanya riang gembira semacam berhasil menyelesaikan satu putaran lagu tanpa not yang meleset. Sesederhana itu.
4. Cenderung Tidak Malu-Maluin
Anak paduan suara mahasiswa jelas terbiasa tampil di depan WC umum. Separah-parahnya nggak akan kebelet pipis begitu didaulat di depan kendaraan umum, paling dengkul tremor. Dan karena juga terbiasa dengan jumlah massa yang cukup banyak di depan mata, anak paduan suara mahasiswa juga terbilang mampu untuk tersenyum dalam waktu yang membuat gigi maupun jemuran cawet kering. Soal penampilan juga dijamin tidak ngawur-ngawur banget. Kenapa? Karena anak paduan suara mahasiswa telah terbiasa dengan kostum yang mumpuni. Kalaupun tidak mumpuni, mereka akan membeli baju-baju mure di Tenabang maupun Awul dan kemudian menyulapnya menjadi citarasa yang menarik alih-alih malu-maluin. Kurang adorable apa pasangan macam begini?
5. Punya Kematangan Memadai Dalam Percintaan
Latihan bareng-bareng, seminggu delapan kali (padahal hari cuma tujuh), bagaimana mungkin tidak membentuk ikatan kasih sayang yang uhuk-uhuk? Bas plirak-plirik sopran tapi kemudian ditolak itu biasa. Heyah! Depan belakangan sama gadis yang menolak kala ditembak ketika di formasi, juga terpaksa dilakoni sambil senyum. Gagal bercinta antara ketua dan bendahara juga menjadi riak-riak yang kemudian biasa saja. Agak berbeda dengan di BEM, HIMA, atau apalah itu, kontaknya tergantung periode jabatan. Namun kalau di paduan suara mahasiswa, kontaknya yang sepanjang project dan bahkan sepanjang kuliah sampai lulus. Jelas saja yang tadinya biasa saja, kemudian bisa jadi jatuh cinta dan lantas malah ilang felling saking lamanya. Kondisi-kondisi yang mensyaratkan kematangan diri dalam percintaan ini pada akhirnya memupuk kematangan anak paduan suara mahasiswa. Kematangan ini jelas modal bagus, dong, dalam menjalani hidup bersama jodoh. Nilai plus! Tapi dicatat, nih, tidak semua anak paduan suara mahasiswa punya kematangan yang asyik. Yang kabur karena putus ya ada, yang hilang karena habis menolak kakak angkatan ya ada, juga.
6. Mengenal Cinta Dalam Aneka Rumusan
Maksude opo jal? Hehe, gini, anak paduan suara mahasiswa itu dipaksa menyanyikan banyak lagu. Mulai dari jaman Rennaisance hingga Baroque, sampai pada akhirnya jaman celana emesh. Sebagian besar lagu itu tentang cinta. Mulai dari cinta Tuhan, cinta alam dan sesama manusia, cinta diam-diam, cinta yang tidak dipertemukan, cinta orangtua, sampai cinta kepada istri orang. Semuanya itu ada lagunya dan hampir semua anak paduan suara mahasiswa pernah menyanyikan itu, nggak peduli dalam bahasa daerah, bahasa Inggris, bahasa Latin, atau apapun. Well, kita cari jodoh kan berbekal cinta, kan? Maka nggak salah dong kalau orang yang mengenal cinta dalam berbagai perspektif lagu, dalam berbagai bahasa yang digunakan pada lirik lagu, dalam aneka mayor minor sebuah lagu, adalah orang yang tepat untuk kita berbagi cinta? Jelas nggak salahlah, wong yang nulis posting ini juga anak paduan suara mahasiswa. Heuheuheu.
Begitu, deh, pada intinya jodoh memang nggak tahu bagaimana kisahnya. Pepatah lama bilang bahwa jodoh itu pasti bertamu–di kawinan, atau jodoh itu pasti kemana (lenyap). Namun jika kebetulan kamu berada dalam posisi sedang merintis jalan jodoh bersama anak paduan suara mahasiswa, maupun yang jadi mahasiswanya sudah dua abad yang lalu, yakinlah, kamu berada di jalur yang tepat.
Salam Forte!