Asimetris di Sanmare

Post ini aslinya dibuat tahun 2017, tapi baru tayang 2020. Sedih bener nasib #KelilingKAJ saya. Hehe. Memang, sejak punya anak, ada sedikit perubahan arah kebijakan blog ini yang membuat #KelilingKAJ agak terpinggirkan. Namun hati nggak enak juga kalau proyek ini nggak selesai, apalagi sudah sepertiga jalan. Jadi, #KelilingKAJ kali ini akan merambah ke sebuah gereja di Dekenat Tangerang. Namanya Paroki Santa Maria Regina, atau lebih terkenal dengan nama Sanmare. Sedikit kisah, di gereja inilah saya pertama kali melakukan kedok religi kepada perempuan yang kemudian jadi ibu dari anak saya~~

Untuk mencapai Gereja Sanmare ini, bisa melalui Stasiun Pondok Ranji, kemudian jalan sedikit melewati tol, lantas naik angkot D09 sampai Hari-Hari. Atau dari Stasiun Jurangmangu ya tinggal naik ojek online. Gereja ini letaknya di samping Hari-Hari dan persis di seberang Bank Permata. Tepat di pojokan sebelum Taman Jajan, pokoknya. Dan jangan harap akan menemukan arsitektur ala Gereja semacam menara menjulang dengan Salib, karena arsitektur Sanmare memang tidak begitu.

Sanmare

Menurut website Paroki Sanmare, gedungnya dirancang menjadi satu masa bangunan tunggal yang kompak dengan bangunan mencakup berbagai fungsi bangunan seperti tempat ibadah itu sendiri, aula, pastoran hingga parkir. Dan bahwa Gereja Sanmare ini tidak seperti gereja kalau dari luar adalah karena bangunan dibuat dengan arsitektur simpel dan modern dengan bangunan utama ditarik ke bagian belakang untuk menyediakan ruang yang lumayan luas di depan sebagai ruang terbuka hijau.

Begitu masuk, yang kita temui adalah bangunan klinik, sedangkan di belakangnya ada area parkir yang lumayan luas, tapi ternyata nggak cukup luas buat menampung mobil orang Katolik. Heuheu. Naik ke lantai berikutnya ada area ‘drop-off‘ dan ruang terbuka hijau yang lumayan luas untuk Gereja di daerah yan agak kota. Di bagian ini terdapat Gua Maria dengan bentuk unik dan katanya bisa digunakan untuk perluasan bangunan Gereja di masa depan. Di lantai ini pula ada bangunan serba guna dan sekretariat paroki, termasuk juga kios rohani dan kapel untuk doa sehari-hari. Adapun bangunan gereja sendiri ada di lantai 3, plus balkon jadi lantai 4. Masih menurut website Sanmare, ruangan dapat menampung hingga 2000 umat. Di lantai ini juga ada area istirahat pastoran dan ruang-ruang kelas untuk berbagai kegiatan paroki.

paroki santa maria regina bintaro jaya

Bagian dalam bangunan gereja didominasi warna putih dengan permainan material dan warna yang dititik beratkan pada altar. Memang tampak bahwa altar menjadi aksen terhadap keseluruhan ruangan gereja. Altar di Sanmare ini memang agak beda dengan gereja-gereja lainnya. Paling mudah, salibnya tidak terletak di bagian tengah bahkan tidak pakai kayu salib melainkan pakai cahaya. Dan paling mudah dilihat juga dari arah masuk bahwa simetris memang bukan konsep bangunan di Gereja ini. Antara koor dan akses petugas liturgi berada di sisi yang berbeda. Mimbar sabda terletak di sebelah kiri altar, satu arah dengan akses petugas liturgi. Altarnya sendiri terbilang cukup besar, meski tidak sebesar di Mangga Besar kalau menurut saya.

Satu hal yang pasti, Gereja Sanmare ini adem karena khas Gereja kekinian yang pakai AC. Pemasangan AC-nya juga dibuat keren karena memang sejak pembangunan, beda dengan Gereja edisi 1970-an hingga 1980-an yang AC-nya tentu saja ditambahkan belakangan. Dan sedikit unik lagi, bagi yang ada di pinggir kiri dan kanan Gereja harus bersiap dengan jarak pendek dengan bagian atas. Sedangkan bagi yang di tengah, tiada sensasi yang berbeda dengan Gereja pada umumnya.

sanmare

Paroki Sanmare ini diresmikan pada tanggal 22 Agustus 2010 sebagai paroki ke-61 di Keusukupan Agung Jakarta. Dengan masing-masing berbatasan dengan Paroki Santa Bernadet Ciledug di utara, Paroki Santa Monika Serpong di barat, Paroki Santo Nikodemus Ciputat di selatan, dan paroki Santo Matius Penginjil Bintaro di sebelah timur.

Salah satu yang juga unik menurut saya adalah tempar air sucinya yang besar sekali begitu kita mencapai lantai 3 Gereja Sanmare. Selain itu, area balkon biasanya ditutup terlebih dahulu dan baru dibuka aksesnya oleh tata tertib ketika pengunjung misa mulai membludak. Karena pada postingan awal (2017) saya datangnya di Sabtu sore alias bukan di waktu misa ramai, jadi tulisannya begini. Padahal, di kemudian hari, saya datangnya bisa pada momen peak umat, jadi saya ya tahu juga sih misa dari balkon.

Terus yang cukup menarik pula adalah karena karakteristik paroki ini yang berada di pinggiran Jakarta dan merupakan tempat keluarga baru tumbuh sehingga kalau giliran pemberkatan anak, tetiba nongol Romo dari sakristi. Jadi berkat anak dilayani oleh dua Romo, saking banyaknya anak yang mengantre.

Oh, iya, bagi yang hendak beribadah di sekitar Bintaro Jaya, misa di Gereja Sanmare ini dipersembahkan pada hari Sabtu pukul 17.00, Minggu pukul 06.30, 09.00, dan 17.00. Di misa-misa tertentu kita juga dapat beli Majalah Hidup langsung dari redaksinya. Kemungkinan karena Bapak Redaksi memang umat Sanmare. Sebuah nilai plus kecil. Heuheu.

Baiklah, sekian dahulu tentang Santa Maria Regina alias Sanmare yang terletak di Bintaro Jaya. Semoga #KelilingKAJ masih bisa terus ada meski Gereja yang dekat-dekat sudah habis dibahas dan yang tersisa adalah yang jauh-jauh. Bhay!

Advertisement

Tinggalkan komentar supaya blog ini tambah kece!

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.