Memaknai Kesempatan

Memang ya nasib universitas swasta tu lowongan pekerjaannya + kesempatannya sangat sedikit yang ditawarkan dibanding universitas negeri 😦

Demikian sebuah statement.

Coba aja ke gedung X (sebuah universitas negeri ternama), wuih lowongannya super banyak buanget dan misal kayak U (sebuah perusahaan ternama) dll yang gede2 pasang juga..

Demikian statement berikutnya.

Kesimpulan saya sementara:

kesempatan kerja berbanding lurus dengan lowongan kerja yang ditempelkan di kampus.

Apa iya?

Hmmmm.. berdasarkan pengalaman saya sih, nggak setuju dengan statement di atas.

Dulu saya memang sempat jadi pengangguran (ngaku deh.. hehe..) karena lulus 28 Feb dan kerja 5 May. Tapi sebenarnya, tempat yang saya masuki 5 May itu sudah mulai proses saya sejak 3 May tahun sebelumnya.. hahahaha..

Which is means, saya sebenarnya nganggur juga bukan nganggur nggak jelas.

Dan di sela-sela menganggur itu, saya sempat bertualang ke beberapa tempat. Macam-macam latar belakangnya. Ada yang apply langsung, ada yang lewat teman, tapi yang pasti hampir nggak pernah menggunakan pengumuman rekrutmen yang ditempel di kampus 🙂

Dengan begitu saja, saya sudah berhasil masuk ke gedung perusahaan nomor farmasi nomor 1, perusahaan farmasi nomor 2, perusahaan farmasi nomor 3, dan perusahaan farmasi nomor 4 di Indonesia. Semuanya tanpa sama sekali menggunakan lowongan pekerjaan yang ditempel di kampus. Sampai saat ini saya bekerja di salah satu dari perusahaan2 tersebut.. hehehehe….

Yah, sederhana kok. Hari gini juga ada situs-situs pencari kerja. Saya juga 2-3 kali proses lewat portal itu, termasuk salah satunya untuk salah satu perusahaan di atas.

Jangan lupa juga soal networking. Meskipun saya kadang nggak kepenak karena minta-minta CV tapi ada beberapa yang belum follow up. Tapi ada beberapa yang berhasil masuk via saya (meski belakangan berharap jangan sampai anaknya menyesal.. hahahaha..)

Jadi sebenarnya tidak ada dikotomi swasta-negeri di banyak perusahaan. Memang tidak bisa dipungkiri, masih ada yang demikian, tapi nggak banyak dan nggak bisa digeneralisasi.

Haree geneee, ternyata yang lebih penting adalah kualitas personal dan tentu saja attitude. Begitu kata salah satu petinggi di salah satu dari 4 perusahaan diatas dalam sebuah pembicaraan.

So?

Jawabannya dalam hidup kita masing-masing.

Semangat!!!

Advertisement