Menjadi seseorang yang bekerja di industri atau bolehlah dikatakan profesional skala ecek2, adalah hal yang baru. Latar belakang kehidupan di masa kecil sebagai anak guru membuat jenjang karir itu adalah hal yang baru dalam hidup. Maaf-maaf kata, kehidupan yang saya tahu, tataran guru adalah di golongan, jabatannya ya tetap guru.Jabatan macam Kepsek dan sejenisnya itu fungsional. Itu setahu saya lho.. Maaf kalau sekarang sudah beda. Jadi dari jaman dulu kala, bapak saya ya guru, dengan golongan yang terus meningkat dan tentunya gaji yang terus bertambah, sesekali jadi wakil kepsek atau kepsek. Begitu yang dulu saya tahu.
Maka ketika sampai di karir semacam ini agak kagok juga. Di kota macam bukittinggi dan pergaulan di lingkungan pendidikan, siapa yang pernah dengar jabatan manager? Makanan macam apa itu?
Tapi intinya saya sekarang berada di lingkungan yang baru itu.
Well, kemarin baca-baca tentang filosofi treadmill dan relevansinya terhadap karier. Maka mau sedikit berbagi saja disini.
Dulu waktu di Palembang sempat ikut fitness, salah satu alat yang dipakai adalah treadmill. Alat yang memungkinkan orang berjalan hingga berlari di tempat yang sama, karena nggak mungkin tempat fitness menyediakan lintasan lari.
Apa khasnya?
Treadmill itu akan selalu di tempat yang sama, orang yang naik akan berjalan atau berlari mengikuti irama yang ada di treadmill. Kecepatan bisa ditingkatkan, elevasi bisa dinaikkan, keringat deras akan mengucur sejadi-jadinya.
Bayangkan dalam konteks karier, sudah berjalan, berlari, berkeringat susah payah, apakah ada perubahan tempat? TIDAK. Itulah kalau kita berjuang di atas treadmill. Kita memang dibentuk dengan kuat oleh tempaan yang ada, namun kalau tidak ada peluang untuk maju, buat apa?
Coba bayangkan kelemahan lain treadmill. Ketika kita sudah susah payah berjuang lalu lemas, lalu kita ditendang oleh orang untuk turun dari treadmill itu, ada dimana kita? Yap, tepat di tempat yang sama ketika kita naik dalam keadaan masih segar-bugar.
Apa artinya?
Dalam berkarier, janganlah memilih tempat seperti treadmill. Kalau itu anak muda baru lulus mungkin tidak masalah, namanya juga belajar. Tapi ketika sudah berkaitan dengan kemajuan diri, ngapain kita lama-lama di treadmill, kapan kita majunya? Kita hanya akan menguras keringat sampai tepar untuk kemudian harus terus berkeringat agar orang yang siap menendang kita di sebelah itu tahu kalau kita tetap memakai treadmill-nya.
Kalau kita di lintasan? Mungkin di depan kita akan menemui batu, mungkin rintangan lain, tapi pada saat tertentu kita akan sampai pada tempat yang baru dan tentunya kemungkinan yang baru. Umpama kita ditendang dari lintasan, apakah kita sudah berubah dari awal berlari? Tentu saja sudah. Kita ditendang, tapi tetap beberapa langkah lebih maju dari sebelumnya.
Sekadar refleksi, bagaimana kondisi di tempat kerja anda sekarang? 🙂