Bicara Laos tentu saja tidak jauh-jauh dengan ketumbar. Mengingat Laos adalah salah satu bumbu dapur.
Sebentar-sebentar, ini ngomongin apa sih?
Oh iya, ini ngomongin ASEAN. Berarti bukan ketumbar. Jadi, mari kita ulangi lagi.
Bicara soal Laos tentu saja tidak lepas dari negara-negara di sekitarnya. Mengingat Laos sendiri sudah tergabung di dalam organisasi ASEAN sejak 1997. Laos adalah negara yang tergolong baru masuk ASEAN karena waktu zaman saya SD, Laos belum masuk ASEAN. Sebenarnya saya SD waktu zaman wakil presidennya masih Umar Wirahadikusumah sepertinya.
Laos adalah negara dengan identitas yang berbeda dengan mayoritas ASEAN, apalagi Indonesia. Kalau Indonesia berkelimpahan pantai dan laut, Laos justru nggak punya sama sekali. Laos dibatasi kanan bawah kiri atas dengan daratan negara ASEAN yang lainnya. Penghidupannya adalah di Sungai Mekong yang legendaris.
Saya sendiri tidak terlalu mengenal Laos karena diantara negara-negara ASEAN yang pernah saya layani proses ekspornya, negara ini tidak termasuk. Kalau ekspor ke Myanmar, Thailand, sampai Vietnam sih pernah. Jadi, saya memang perlu kenalan dulu dengan Laos.
Begitu kira-kira.
Langsung ke topik #10daysforASEAN saja deh. Jadi apa sih yang sebaiknya dilakukan oleh Laos dalam hal kerjasamanya dengan negara-negara lain di ASEAN?
Hal yang dilakukan oleh Laos dengan menjadi tuan rumah SEA Games adalah sebuah kemajuan besar yang merupakan pintu gerbang ke kerjasama yang lebih intensif di ASEAN terutama mengingat penyelenggaraan SEA Games biasanya ya di negara situ-situ saja. Kita tentu tahu bahwa SEA Games sendiri terkait dengan pembangunan fasilitas, kunjungan banyak orang antar negara, dan pembangunan relasi yang baik antar warga sesama ASEAN.
Okelah kita belum memetik buah dari SEA Games secara prestasi.Tetapi apa yang dilakukan oleh Laos dengan menjadi tuan rumah SEA Games sudah menjadi semacam awalan yang dilarung di sungai yang kemudian akan mengalir sampai jauh…
…akhirnya ke laut.
Dalam proses komunitas ASEAN tentu keterbukaan dan interkoneksi antar negara menjadi penting. Mengingat Laos punya kebijakan visa yang tidak seketat Myanmar, maka tidak ada yang ditakutkan. Wong kalau Myanmar begitu saja juga nggak ada yang perlu ditakutkan. Satu-satunya yang perlu ditakutkan di dunia itu hanya kalau jodoh kita mengubah nasibnya sehingga tidak menjadi jodoh kita lagi.
#apasih
Potensi yang khas dan berbeda milik Laos tentu harus dikelola dengan pendekatan yang berbeda dibanding dengan Indonesia. Jadi, buat saya tidak ada yang perlu ditambahkan. Arah kebijakan Laos saat ini sudah sesuai untuk tendensi ke Komunitas ASEAN 2015.
Salam Jauh!