Mengenal Doktor Moeldoko – Moeldoko merupakan Kepala Staf Kepresidenan Kabinet Indonesia Indonesia Maju. Hal ini merupakan periode kedua karena sebelumnya Moeldoko memegang jabatan yang sama sejak menggantikan Teten Masduki pada 17 Januari 2018.

Sebagaimana dijelaskan oleh Agus Mulyadi dari media kondang, Mojok, Moeldoko merupakan peraih Adhi Makayasa sebagai lulusan terbaik Akademi Militer angkatan 1981. Moeldoko merupakan bagian dari Angkatan Darat. Beberapa jabatan yang pernah diemban oleh Moeldoko adalah Panglima Diisi Infateri 1/Kostrad pada tahun 2010 menggantikan Mayor Jenderal TNI Hatta Syafrudin.
Moeldoko juga merupakan Panglima Kodam XII/Tanjungpura ketika diaktifkan kembali pada tahun 2010. Sebelumnya, Kodam di Pulau Kalimantan sempat digabung menjadi 1 dalam Kodam VI/Tanjungpura di Balikpapan.
Posisi sebagai Panglima Kodam XII/Tanjungpura ini ternyata memiliki dampak panjang. Sebagaimana mungkin jarang diketahui oleh publik, Moeldoko sesungguhnya memiliki gelar Doktor yang diperoleh pada tahun 2014 dari Program Studi Pasca Sarjana Ilmu Administrasi yang kala itu masih menjadi bagian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Beberapa waktu kemudian, bidang Ilmu Administrasi berdiri menjadi fakultas tersendiri dan pada tahun 2021 memasuki usia ke-6.
Merujuk data Pangkalan Data Pendidikan Tinggi, Moeldoko menjadi mahasiswa doktoral pada semester ganjil 2008 dan lulus pada 20 Januari 2014. Moeldoko sempat cuti studi pada semester ganjil 2012. Secara umum, waktu yang dihabiskan Moeldoko untuk studi terbilang cepat bila dibandingkan dengan pada umumnya mahasiswa S3 yang memang rata-rata dilakukan sambil kerja.
Pada tahun 2008 sendiri, Moeldoko memegang jabatan Kasdam Jaya. Dengan demikian, sepanjang kuliah di UI, Moeldoko berturut-turut menjadi Panglima Kostrad, Panglima Kodam XII/Tanjungpura, Panglima Kodam III/Siliwangi, Wakil Gubernur Lemhannas, Wakasad, KSAD, hingga pada ahirnya menjadi doktor pada saat menjabat Panglima TNI.
Disertasi yang disusun oleh Moeldoko untuk meraih gelar Doktor berjudul “Kebijakan dan Scenario Planning Pengelolaan Kawasan Perbatasan di Indonesia (Studi Kasus Perbatasan Darat di Kalimantan)”. Promotornya adalah Prof. Dr. Eko Prasodjo, Mag.rer.publ dan ko-promotornya adalah Prof. Dr. Azhar Kasim, MPA.
Disertasi tersebut membahas tiga pokok permasalahan yakni perihal policy content pengelolaan kawasan perbatasan sesuai UU Nomor 43/2008 dan Perpres 12/2010 dan kebijakan terkait lainnya, perihal implementasi kebijakan pengelolaan kawasan perbatasan dalam upaya mewujudkan beranda negara yang aman dan sejahtera, serta mengenai skenario dan arah kebijakan pengelolaan kawasan perbatasan yang aman dan sejahtera.
Paradigma yang digunakan dalam disertasi Moeldoko adalah mixed method atau gabungan kualitatif dan kuantitatif. Paradigma kuantitatif digunakan pada penyebaran kuesioner yang menggunakan data ordinal dan nominal. Selanjutnya, Moeldoko melalukan wawancara mendalam dengan narasumber terkait. Moeldoko juga menggelar diskusi dengan pemangku kepentingan atau Focus Group Discussion.
Ada alasan menarik dalam pemilihan perbatasan Kalimantan untuk diteliti. Sebab ternyata Indonesia ini berbatasan darat dengan Papua Nugini dan Timor Leste, tapi kalau menyoal perbatasan dengan Malaysia menjadi sangat sensitif. Hal ini tentu tidak lepas dari jabatan Moeldoko di Kalimantan walau sebentar.
Sejumlah rekomendasi dibuat Moeldoko dalam disertasinya, antara lain perlunya perumusan UU yang bersifat lex specialis tentang pengelolaan perbatasan serta Peraturan Pemerintah agar amanat UU tentang Wilayah Negara dapat terlaksana dengan lebih efektif. DPR, DPD, dan Pemerintah juga direkomendasikan untuk melakukan harmonisasi terhadap sejumlah peraturan perundang-undangan pokok. Ada pula rekomendasi untuk mengembangkan Grand Design Penataan dan Pengelolaan Kawasan Perbatasan secara partisipatif.
Demikian sedikit gambaran dari Panglima TNI terakhir yang diangkat oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selama 10 tahun. Sebelumnya ada nama Marsekal TNI Djoko Suyanto (TNI AU), Jenderal TNI Djoko Santoso (TNI AD), dan Laksamana TNI Agus Suhartono (TNI AU).