5 Hal Krusial Jika Jadi Penampung Dalam Penggalangan Dana

Saya baru menyelesaikan sebuah penggalangan dana kecil-kecilan, hasil pembahasan dengan beberapa teman. Dalam penggalangan ini, rekening saya jadi penampungnya. Artinya, ini kali kedua saya mengurusi penggalangan dana. Yang pertama bahkan cukup masif. Ketika itu seorang teman terkena kanker dan atas inisiatif pribadi, saya dan beberapa teman melakukan penggalangan dana. Meskipun begitu membesuk sang teman, kami malah dimarahi.

Ya, sang teman bukanlah orang yang susah-susah amat. Tapi ya tetap saja namanya teman gitu lho.

Belajar dari pengalaman itu, maka melalui tulisan ini saya mencoba membagikan beberapa hal penting agar bisa menjadi penampung dalam penggalangan dana yang baik dan benar.

Itu Uang Orang

Dalam penggalangan dana yang pertama itu posisi saya masih CPNS dan belum gajian 3 bulan. Gaji swasta saya sudah mau tamat pula. Terus kebayang dong uang puluhan juta masih ke rekening dalam waktu sepekan. Pengen digesek saja rasanya.

Untuk itu, pertama-tama yang harus kita ingat bahwa uang itu adalah uang orang lain yang justru dipercayakan kepada kita. Saya selalu percaya bahwa integritas itu mahal nilainya. Ketika kita jadi penampung dan kitanya ambyar, ya sampai mati boleh jadi kita nggak akan dipercaya.

Akuntabel

Dalam dua penggalangan dana itu, teman yang sama-sama menggalang sama sekali tidak mengecek datanya. Jadi, semua dipercayakan kepada saya. Untuk itu, secara berkala lakukanlah update, tanpa diminta! Tapi, sebaiknya ngupdatenya adalah nama saja, lalu kemudian nominalnya boleh tapi cukup total atau urutan bisa cuma diacak lagi sehingga nggak ketahuan yang punya nama itu nyumbang berapa. Biarlah itu menjadi data di kita saja, plus tidak perlu juga disebar-sebarkan lagi.

Untuk bisa akuntabel, tentu pencatatan harus lengkap. Jadi secara berkala saya buat di Google Sheet sehingga saya bisa melakukan update dimanapun, plus kalau ada teman sepenggalangan butuh datanya segera bisa di-share.

Kalau Bisa Rekening Kosong

Kebetulan sekali, saya itu dari dulu hobi punya rekening banyak walaupun uangnya nggak banyak. Bisa dicek di LHKPN uang saya berapa. Haha. Tapi, saya punya rekening pernah sampai 13 biji. Sekarang sih–karena ada wajib lapor LHKPN saya baru ngerasa ribetnya punya rekening banyak–jadi hanya tinggal beberapa saja.

Nah, kalau bisa untuk penggalangan dana ini pakailah rekening yang kosong alias nggak campur dengan uang pribadi kita. Kalau dulu kan pas CPNS jadi BCA saya buat gaji di swasta sudah idle, rekening itu yang saya pakai. Demikian pula sekarang BCA itu juga buat nampung orderan postingan yang seret sekali di musim pandemi, jadi saya pakai lagi. Sementara rekening pribadi saya di Mandiri, yang untuk mengelola gaji dan tunjangan, tidak digunakan untuk penggalangan dana.

Ada Internet Banking

Karena updatenya akan sangat cepat, maka kita butuh internet banking. Masalahnya, ada sebagian rekening lawas yang kadang sengaja nggak dibuat internet bankingnya dengan berbagai alasan. Kalau ada rekening seperti itu, walaupun kosong ya jangan dipakai. Internet Banking itu diperlukan untuk bisa akuntabel.

Kubu BCA, Kubu Mandiri

Jadi kalau dulu nih mazhabnya dua. BCA sama Mandiri. Karena memang kedua bank itu tahun 2014 kayaknya belum terhubung. Dulu saya bahkan punya BRI demi bisa menghubungkan kedua bank ini. Jadi, kalau bisa sih penggalangan dana juga relevan dengan kedua kubu ini. Sebisa mungkin lebih dari 1 rekening. Itu sebenarnya akan lebih meningkatkan potensi orang nyumbang.

Sekali lagi, jadi penampung dan pengelola itu ujian integritas. Karena ketika ada yang menyumbang sejuta dan nggak dicek, kita lapor ke teman-teman bahwa sumbangannya 800 ribu, sementara 200 ribu buat beli pulsa, misalnya, bisa-bisa saja. Tapi tentu saja, ora ilok, kata orang Klaten.

Segitu dulu, yha. Bhay!