[Review] Kung Fu Panda 3

Reviu Kung Fu Panda

“You don’t even know kung fu!”
“Then you will teach us.”

Yeah! Akhirnya kita bersua lagi dengan Po, Panda jagoan yang kelakuannya lumayan menyebalkan. Saya yakin kita mengikuti kiprah Po dari jaman dia belum bisa kung fu sama sekali di Kung Fu Panda hingga kemudian bisa mendapatkan ‘inner peace’ di Kung Fu Panda 2 yang sudah lima tahun silam itu. Ibarat anak tangga, sesudah Po belajar jadi ksatria naga dan menguasai ‘inner peace’, kini saatnya Po merambah gawean baru: seorang guru.

Kalau mau dirunut, sepanjang dua edisi Kung Fu Panda, boleh dibilang kita hanya menemukan panda selain Po dalam konteks flashback. Dan kalau ingat, pada akhir Kung Fu Panda 2 muncul adegan sesosok panda tua yang merasakan bahwa anaknya masih hidup. Sambungan dari perasaan panda tua tadi baru muncul lima tahun kemudian. Gile, lama bener.

Kurang lebihnya kisah dimulai ketika Master Shifu yang imut-imut itu bilang kalau mau mundur sebagai guru dan pengganti yang tepat adalah ksatria naga yang kita tahu sendiri bahwa itu adalah Po yang bahkan masih doyan main action figure ketika mandi.

Berikutnya, panda tua yang muncul di akhir Kung Fu Panda 2 muncul untuk menemui Po. Panda tua bernama Li Shan itu akhirnya berhasil menemui Po, anak yang sudah terpisah dengan dia sedemikian lamanya. Ada hal menarik yang punya sisi lucu antara Li Shan dengan Ping, bebek yang mengadopsi Po.

Bahwa Po adalah tetap Po yang menyebalkan meski sudah diminta menjadi guru. Ketika bertemu ayahnya, dia malah bikin ricuh sendiri, termasuk bermain-main dengan peninggalan lama. Dan bagian terbaik dari semua itu adalah dia bermain-main bersama Li Shan. Master Shifu yang mengerti bahwa panda memiliki kepakaran tinggi dalam pengelolaan chi akhirnya mengarahkan Po untuk mempelajari chi dan mengikuti Li Shan ke Desa Panda.

Pada saat yang sama, Kai muncul dari dunia roh, dikompori oleh dendam yang gila-gilaan kepada Master Oogway. Ketika pertama kali dia muncul, ada dialog menarik yang layak disaksikan antara Kai dengan dua penduduk lokal. Sebuah percakapan yang mengawali konflik dalam Kung Fu Panda 3 ini. Yes, dengan kekuatannya yang begitu besar, Kai mampu menguasai hampir seluruh master yang ada. Hanya dua yang luput, Tigress dan tentu saja Po. Po sendiri luput karena sedang asyik di Desa Panda, belajar menjadi panda yang sebenarnya mulai dari berguling hingga cara makan bakpao yang baik dan benar, ala Panda.

Oh, spoiler sedikit tanpa mempengaruhi plot, tapi saya suka dialog antara Crane dan Mantis ketika mereka kemudian dikuasai oleh Kai lewat peristiwa di dalam kapal.Dialog dalam Bahasa Inggris, ya, soalnya cocoknya ya dalam Inggris:

Mantis: We gotta get in there!
Crane: But Master Shifu said…
Mantis: You’re seriously afraid? Even Master Chicken’s going in, and he’s a chicken!

Lucu nggak? Menurut saya, sih, lucu.

Tigress yang berhasil sampai ke Desa Panda menyampaikan kondisi itu pada Po dan panda-panda lain yang ada di desa tersebut. Berharap situasi itu menjadi dasar baginya untuk menguasai chi, Po malah mendapati kekecewaan mendalam. Kenapa? Tonton sendiri, dong. Heuheu.

Kondisi akhirnya membuat Po harus bisa menjadi guru kung fu bagi kaumnya. Tidak mudah, memang, namun Po dapat menemukan caranya. Kita akan melihat kepingan-kepingan latihan yang berbeda-beda dan tampak tidak berhubungan satu sama lain, lantas menjadi kombinasi apik ketika benar-benar digunakan. Ingat, Kung Fu Panda 3 adalah film pada umumnya dengan plot bahwa protagonis pasti menang, tinggal bagaimana caranya saja.

Bagi yang sering ke bioskop pasti familiar dengan dialog pembuka adegan kunci di Kung Fu Panda 3. Soalnya, dialog itu adalah materi yang dimasukkan di trailer:

Kai: You must be the Dragon Warrior.
Po: And you must be Kai. Beast of vengeance, Maker of widows.
Kai: Yes! Finally thank you. Almost makes me want to spare your life.
Po: Oh you want to spare me huh? How about you spare me the chit-chat alright let’s do this.
Kai: I’m going to take your chi then the chi of every panda in the…
Po: Augh! chit-chat
Kai: In the…
Po: Chitty-chitty-chat-chat, chat-chat-chat!
Kai: In the…
Po: Chit-Chat!

Yeah, tahulah bagaimana menyebalkannya si Po? Pantas saja Kai marah tiada karuan dan lantas membawa guliran plot sedemikan rupa hingga puncak kisah Kung Fu Panda 3 ini.

Spoiler dari saya semata-mata bahwa Po jelas akan menang. Namun cara dia menang, termasuk pengorbanan yang dilakukannya hingga dampak hubungan dua ayah yang dimiliki Po terhadap keberhasilan si ksatria naga ini patut kita simak. Seperti biasa, Kung Fu Panda tidak sekadar film kartun berantem tanpa isi. Kung Fu Panda 3 ini juga penuh dengan aneka filosofi tentang hidup yang bisa dipetik dengan mudah dan bernas. Dan seperti biasa pula, durasi film seperti Kung Fu Panda ini tiada bisa lama-lama, kayak Deadpool tanpa sensor misalnya.

Boleh dibilang tidak ada kritik krusial bagi saya untuk Kung Fu Panda 3 ini. Mungkin karena tidak ada adegan Po merokok. Heuheu. Ini versi saya, lho, ya. Boleh jadi karena saya menikmati filosofi dalam rangkaian kisah Kung Fu Panda 3 ini alih-alih serius mengikuti plot seperti yang saya lakukan ketika nonton Wolverine, misalnya. Pilihan masing-masing saja.

Pertanyaan saya sih sederhana saja, dengan rating IMDb yang mencapai nyaris 8 dari ponten 10, masih yakin hendak melewatkan petualangan Po melawan Kai nan beringas ini?

10 thoughts on “[Review] Kung Fu Panda 3”

Tinggalkan komentar supaya blog ini tambah kece!

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.