Category Archives: Semacam Puisi

Karena dia ada dari tepian daya pikir

Way To The End

My heart is beating again now. Yes, my heart always beating as long as I live. But, it’s a different way.

It’s difficult to build my heart in same way, but I’m still trying.

But if I still face the same conditions, the fragile building will colapse soon.

When I try to find a way, to make my heart feel the same feelings, the pain will ruin this feeling.

Usually, you will come and act as tough there is nothing before. Again and again!

Do you think my heart like a stone that was never hurt? No!

My heart like a sand castle. When exposed to small amount of water, it will make stronger.

But now you washed over with a big wave. So? Do you think my heart is still in the same form?

I think, No!

My heart become brittle. And it’s not easy to make it strong and durable.

I need a way to end.

Now.

Menanti Hati

Hati itu..

Anang sudah menentukan hati
Lembu telah berucap dari hati
Andra malah sudah main hati
Dan aku masih menanti

Ketika nada-nada berpadu dalam hati
Hati yang menanti getir
Meratap galau menyusun rangkaian kata
Untuk kemudian, tergolek lemah kehilangan daya

Lantas apa yang aku nanti?

Aku tergolek disini bukan sekadar menanti
Aku meracau disini sambil berharap
Ketika ada ruang di tempat yang aku nanti
Sehingga aku bisa berdiam tenang disana

Masih adakah ruang disana?

Seuntai kata yang tercekat bahkan sekadar untuk diracaukan
Lemas..

Dan aku masih terdiam disini, menanti..

Hati itu..

Tersisa Diam

Mengapa alkohol menguap?
Karena baginya, fusi dengan udara lebih menyenangkan
Bersatu dengan udara lebih menarik

Sesuatu dapat terikat padanya
Sesuatu lebih senang bersamanya, tapi ia tidak
Sesuatu itu bahkan rela berpisah dari induknya
Demi bersatu dengan alkohol

Tapi toh bersatu dengan udara adalah pilihannya

Tinggallah secuil kecil ekstrak
Tersisa diam, terpisah dari sumbernya
Ditinggalkan oleh pelarutnya
Tanpa bisa apa-apa

Ia hanya tertinggal diam
Berharap dapat berguna

Itu saja

 

Cikarang, 5 Juli 2011

Puisi orang gila.. hahaha..

Sepotong Kata Kala Senja

Senja berlalu, sudah senja ke seribu delapan ratus dua puluh lima

Senjakala, saat keindahan berpendar di kejauhan

Senjakala, ketika tercekat diam tanpa gerak

Senjakala, masa menyebut bahwa indah itu untuk dikagumi

Senjakala, pas bahwa aku tercekat dan kagum atas pendar keindahan di kejauhan

 

Jauh? Ah, tidak juga

Sedikit dekat, mungkin, tapi pendar indah itu membuatnya jauh

Sedikit dekat, hanya terhalang sirnanya gerak karena tercekat

Sedikit dekat, pengagum keindahan tidak boleh terlalu dekat

Sedikit dekat, pendar indah jauh yang terasa jauh karena gerak tercekat

 

Ini hanya sepotong kata, di kala senja

Kata, kumpulan huruf-huruf yang sejatinya mati

Kata, bunyi-bunyi nan terangkai bermakna

Kata, sekadar huruf dan bunyi yang punya makna

Kata, kala rangkaian huruf, bunyi, dan makna dapat mengubah dunia

 

Ini hanya sepotong kata kala senja

Menyebut cinta kala silau pendar pesona

Melontar jiwa, berupaya meraih asa

Asa tersimpan, sepanjang senja

Senja yang sudah berlalu ribuan kali

 

Ini hanya sepotong kata, kala senja

Keluarlah dari peraduanmu, pijarkan pendar pesonamu

Lebih kuat, lebih dahsyat, agar aku mengerti betapa indahnya dirimu

Agar aku mengerti, bahwa keindahan itu pun bisa jadi milikku

 

Sekali lagi,

Ini hanya sepotong kata kala senja

 

Cikarang, 4 Juli 2011

—-

 

Asli puisi saya, maaf kurang berkualitas, sudah lama nggak nulis puisi hehehe…