
Sejak awal 2020, seluruh dunia gonjang-ganjing karena infeksi novel coronavirus, yang di kemudian hari dikenali sebagai SARS-CoV-2 atau penyakitnya COVID-19. Gonjang-ganjing yang wajar sebab angka kematiannya lumayan tinggi, kurang lebih sama dengan spanish flu yang terjadi lebih dari 100 tahun lalu.
Angka kematian yang lumayan tinggi itu juga kemudian terkait dengan penularan yang terbilang mudah. Segitunya ya masih untung bahwa SARS-CoV-2 ini tidak airbone alias tertular via udara. Kalau airbone, wah, sudah kayak Thanos dia.
Mudahnya adalah karena lewat droplet. Sementara kita tahu bahwa aktivitas kita sehari-hari sangat identik dengan droplet. Orang batuk sembarangan, lalu nyiprat ke dinding, dindingnya dipegang orang lain, orang lain salaman sama bapaknya, bapaknya hidungnya gatal, masuk deh droplet ke tubuh si bapak dan ketika SARS-CoV-2 merasa bahwa si bapak adalah inang yang cocok dan kebetulan tidak ada sel B atau sel T yang melawan maka invasi mereka sukses.
Lantas apa yang harus kita lakukan?
Sekali lagi, ini virus baru. Segala pengetahuan masih terbatas meski dalam 5 bulan ini perkembangan jurnal-jurnal tentang COVID-19 begitu masif dan seluruhnya gratis pula. Untuk itu, yang kita perlukan adalah sebaik-baiknya ikhtiar.
Cuci Tangan
Tampak sepele, tapi saya sudah buktikan bahwa selama 2 bulan ini saya nggak pilek-pilek gimana gitu dengan kerajinan saya mencuci tangan. Faktanya, tangan adalah penghantar terbaik dari droplet yang mengandung SARS-CoV-2 menuju saluran pernapasan kita. Nggak sadar kita pegang pintu, pegang gantungan MRT, pegang jok motor, dll tenyata ada banyak hal yang bisa diantarkan oleh tangan kita.

Jadi, kalau seolah-olah dibilang bahwa ini penyakit gawat tapi kok pencegahannya sereceh cuci tangan, alasannya ya demikian. Soal ini, jurnalnya sudah banyak. Lagipula, di pabrik obat–sebagaimana saya dulu orang pabrik–cuci tangan adalah hal yang sangat biasa dan diatur dalam standar.
Segera Mandi Sesudah Dari Luar
Kalau kita ke pasar atau habis berdempetan di KRL, boleh jadi ada virus yang menempel di baju kita. Nah, ikhtiar yang satu ini menjadi sangat penting untuk mencegah virus yang kalaulah memang nempel itu supaya tidak masuk ke rumah kita.

Hal ini mungkin akan menjadi new normal, bahwa di bagian depan rumah akan ada lapak ganti baju. Atau salah-salah malah kamar mandi pindah ke depan rumah supaya begitu sampai rumah, penghuni bisa langsung mandi dan nggak leha-leha dulu dengan alasan capek. Heuheu.
Disinfeksi Setiap Barang Dari Luar
Sering terima paket dari luar? Dulu saya juga biasa saja. Nah karena lagi ada COVID-19 ini, saya jadi menyiapkan semprotan disinfektan sederhana di luar untuk semprot-semprot dulu plus melepas kemasan terluar di luar saja, sehingga kalaupun ada virus tidak terbawa masuk ke rumah.
Konsumsi Vitamin dan Imunomodulator
Seperti saya cerita tadi, kalaupun ada virus masuk, maka kita butuh tentara untuk melawannya. Kalau tentara kita santuy, maka serangan akan bablas sampai ke istana negara dan pada posisi itu kita kemudian akan sampai pada tingkat keparahan yang lumayan.

Untuk itu, kita harus menjaga tubuh dengan konsumsi vitamin dan imunomodulator yang tepat. Tepat lho ya. Jangan kebanyakan. Khusus yang berkaitan dengan sistem imun, jangan sampai kebablasan juga. Salah-salah tentaranya kebanyakan jadi dia malah memakan sesama rakyat alias sel-sel baik. Kondisi ini yang kita kenal dengan penyakit autoimun.
Optimalkan Teknologi
Kampanye di rumah saja sesungguhnya adalah bentuk ikhtiar kita. Kalau memang bisa nggak keluar, ya jangan keluar. Kalau mau beli-beli, kan sekarang bisa nitip beli pakai online. Dan ketika diserahterimakan, kita perlakukan dengan protokol yang tepat seperti lepas kemasan terluar di luar dan disemprot disinfektan.
Lha sekarang kan apa-apa bisa online. Beda dengan zaman 100 tahun yang lalu. Dengan teknologi itu plus perkembangan kesehatan, seharusnya ya tidak akan separah flu Spanyol. Sayangnya, ya itu dia, banyak orang yang tidak peduli dan jadinya kurang ikhtiar. Padahal ikhtiarnya kan simpel-simpel semua.
Salah satu bentuk pengoptimalan teknologi adalah dengan aplikasi Halodoc. Di masa pandemi ini, saya pakai Halodoc untuk membeli vitamin dan imunomodulator. Paling kerasa waktu vitamin sempat langka di bulan Maret. Saya kayak orang putus asa datang dari apotek ke apotek, nyari vitamin dan nggak ada.
Kemudian saya ingat bahwa dulu waktu Isto masih kecil sekali, ada salah satu vitamin yang pasti saya dan Mamanya beli via Halodoc, sebab nggak selalu ada di semua tempat. Dengan teknologi Halodoc, maka saya nggak perlu repot-repot nyari vitamin yang nggak umum itu di berbagai apotek. Tinggal order via Halodoc, obatnya langsung diantar, dengan tingkat keamanan yang oke pula. Terutama bungkusnya yang khas.
Satu lagi, sebagai apoteker, saya melihat bahwa Halodoc punya kontrol sendiri pada barang-barang yang bisa dibeli dengan pesan antar atau tidak. Bagaimanapun, ada regulasi yang harus dipatuhi dan sejauh saya pakai, Halodoc terbilang oke punya. Jadi, sayanya juga nggak takut melanggar suatu aturan apapun.
Demikianlah yang bisa kita lakukan itu sebatas ikhtiar. Namanya kita kan manusia biasa. Percaya dan ikhtiar adalah hal yang relevan dengan kondisi kita dalam menghadapi si coronavirus ini. Semoga pandemi cepat berakhir, yha. Saya kangen main ke mal~

Iya nih, sejak rajin cuci tangan dan maskeran gak pernah flu dan pilek
padahal kalo musim ujan pasti gak pernah absen bapil… Makasih om
LikeLike
Ternyata memang selama ini gaya hidup banyak orang buruk. Ngupil sekarang lebih tertata, didahului dan diakhiri cuci tangan. Haha.
LikeLiked by 1 person
kalo ngupil lebih enak kalo gak cuci tangan sih wkwkw
LikeLike
Yes, insyaAllah aku waspada di tengah pandemi, ikut anjuran di rumah saja, nggak mudik, silaturahmi virtual, dan menjaga kebersihan semuanya, kalau kepepet harus keluar rumah utk belanja bahan makanan wajib pakai masker, cuci tangan, sampai rumah langsung mandi dll.
LikeLike