Jangan Underestimate Sama Anak

Sejak 10 Maret 2020, si Isto memang tidak masuk daycare lagi (walaupun tiap bulan masih bayar). Ketika itu masih ada Opung sama Mbah di rumah. Per 20 Maret, Opung sama Mbah ke Solo dan bapaknya sudah Pembelajaran Jarak Jauh alias kuliah di rumah. Walhasil, sudah nyaris 3 bulan si Isto jadi anak asuh bapaknya.

Bersama mantan tetangga yang pindah buru-buru karena atapnya keburu mau roboh.

Berhubung bapaknya juga cuma sendirian, maka kalau pas bapaknya sambil garap paper atau cuci piring, mau tidak mau si Isto jadi anak YouTube. Beberapa waktu belakangan, dia menjadi anak asuh Daddy Pig. Ha nontonnya Peppa Pig terus.

Nah, sejak beberapa waktu belakangan pula, dia kalau lihat kucing mampir ke teras dan nggak berkenan maka dia akan mengusir kucing itu. Diksi yang digunakan awalnya bikin ngekek.

“Su….su…..”

Normalnya, orang Indonesia kalau ngusir hewan kan “Hush… Hush…” yha. Jadi, saya anggap si Isto ini kebalik aja HUS jadi SU (H luluh). Cuma demi kesopanan, ya saya coba benarkan. Mosok nanti di ranah publik dia bilang “SU… SU….” kan dikira bapaknya nggak ngajarin adab yak.

Sampai kemudian, beberapa hari yang lalu saya mendapati sebuah adegan Daddy Pig mengusir ayam. Pada detik itu juga, saya sadar, bahwa saya selama ini salah memahami maksud anak saya.

Soalnya, Daddy Pig–yang aksennya sangat British itu–ternyata mengusir ayam dengan kata-kata, “Su… su…..”

Saya laporan sama Mamaknya yang pernah setahun di England sono. Eh, mungkin karena belajar terus dan nggak pernah ngusir kucing, Mamaknya juga nggak tahu. Jadilah kemudian dia ngecek ke kamus dan…. ow…ow…..

SHOO itu betul-betul ada di kamus Cambridge! Anak aing pakai diksi dari kamus Cambridge dan selama ini saya mengira dia kebalik mengucapkan sesuatu. Inilah akibat kalau bapaknya lebih ndeso daripada anaknya. Dan ini pula akibat dari pengasuhan Daddy Pig. Heu.